Anda di halaman 1dari 7

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA (SPK)

AIVTARA
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

DENGAI'[
LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

TENTANG
PEMBERIAN PERLINDUNGAN BAGI PELAPOR, SAKSI, DAN/ATAU KORBAN
DI LEMBAGA PEMASYARAI(ATAN/ RUMAH TAHANAN NEGARA

Nomor : PAS-27.HM.05.02 TAHUN 2073


Nomor : NK-O2O/I.DIV 2.6 I LPSKIVII / 2Ol3

Pada hari ini, Senin tanggal Delapan bulan Juli tahun Dua ribu tiga belas
bertempat di Jakarta, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama MOCHAMAD SUEB


Jabatan Direktur Jenderal Pemasyarakatan dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
yang berkedudukan di Jalan Veteran No. 11 Jakarta Pusat
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU

2. Nama ABDUL HARIS SEMENDAWAI


Jabatan Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dalam hal
ini bertindak untuk dan atas nama Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban yang berkedudukan di Gedung Perintis
Kemerdekaan (Gedung Pola) Lt. 4 Jalan Proklamasi No. 56
Jakarta Pusat selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA selanjutnya secara bersama-sama disebut


sebagai PARA PIHAK sepakat untuk membuat Surat Perjanjian Kerjasama, yang
selanjutnya disebut SPK, berdasarkan pada prinsip kemitraan dan saling
memberikan manfaat dengan ketentuan sebagai berikut:

rf
txui
Kesepahaman Bersama antara Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
dengan Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban tentang Penguatan
Kapasitas Perlindungan dan Bantuan kepada Pelapor, Saksi, dan/atau Korban
Tindak Pidana, Nomor: SEK.HM.03.02-717 dan Nomor: LPSK.5-461/1.061
LPSK/7/2010 yang ditandatangani di Jakarta pada hari Selasa tanggal 6 Juli
2070.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 2

Guna menyamakan persepsi tentang istilah dalam pedoman kerja berikut


penerapannya, maka diberikan beberapa pengertian untuk dipahami antara lain
sebagai berikut:

a. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban disingkat LPSK adalah lembaga


mandiri yang bertugas dan berwenang untuk memberikan perlindungan dan
hak-hak lain kepada Saksi dan/atau Korban.
b. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah tempat
untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan.
c. Rumah Tahanan Negara yang selanjutnya disebut Rutan adalah tempat
tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan,
dan pemeriksaan di sidang pengadilan.
d. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
Lapas.
e. Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan dalam Rutan.
f. Perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan
untuk memberikan rasa aman kepada saksi danf atau korban yang wajib
dilaksanakan oleh LPSK atau lembaga lainnya.
g. Pelapor adalah orang yang mengetahui dan memberikan laporan serta
informasi tentang terjadinya tindak pidana kepada penegak hukum dan
bukan merupakan pelaku kejahatan yang dilaporkannya.
h. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri, danf atau ia alami sendiri.
i. Saksi Pelapor (whistle Blower) adalah orang yang melihat, mendengar,
mengalami, atau terkait dengan tindak pidana dan melaporkan dugaan
tindak pidana kepada pejabat yang berwenang untuk diusut sesuai
ketentuan perundangan yang berlaku.
j. Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice Collabolator) adalah saksi yang juga
pelaku suatu tindak pidana yang bersedia membantu aparat penegak

f1
hukum untuk mengungkap suatu tindak pidana atau akan terjadinya suatu
tindak pidana untuk mengembalikan aset-aset atau hasil suatu tindak
pidana kepada negara dengan memberikan informasi kepada aparat penegak
hukum serta memberikan kesaksian di dalam proses peradilan pidana.
k. Korban adalah seorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, danf atau
kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.
l. Pendampingan adalah salah satu bentuk perlindungan LPSK terhadap Saksi
dalam menghadapi pemeriksaan pada setiap tahap proses peradilan pidana.
m. Layanan Medis adalah pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan oleh
tenaga medis dan atau rumah sakit yang ditunjuk dalam rangka
penyembuhan penyakit yang diderita.
n. Rehabilitasi psikososial adalah terapi yang diberikan oleh psikolog kepada
korban yang menderita trauma atau masalah kejiwaan lainnya untuk
memulihkan kembali kondisi kejiwaan korban.
Perlindungan hukum terhadap Saksi danlatau Korban adalah suatu
perlindungan yang diberikan berupa tidak dapat dituntutnya Saksi
dan/atau Korban secara hukum baik pidana maupun perdata atas laporan,
kesaksian yang akan, sedang, atau yang telah diberikannya. Seorang Saksi
yang juga Tersangka dalam kasus yang sama, tidak dapat dibebaskan dari
tuntutan pidana apabila ia ternyata terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah, tetapi kesaksiannya dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam
meringankan pidana.
p. Terlindung adalah Pelapor, Saksi, Korban, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku
yang Bekerjasama, yang telah masuk dalam program perlindungan LPSK.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 3

(1) Maksud SPK adalah sebagai pedoman bagi PARA PIHAK dalam
melaksanakan kerjasama untuk memberikan perlindungan bagi Terlindung
di Lapas/Rutan.
(21 Tujuan SPK ini adalah terwujudnya pemberian perlindungan terhadap
Terlindung di Lapas/Rutan.

BAB III
RUANG LINGKUP

Pasal 4

Ruang lingkup SPK meliputi:


a. Perlindungankeamanan
b. Pendampingan
c. Bantuan medis dan rehabilitasi psikososial
d. Penanganan khusus dan pemberian penghargaan

Pa
BAB IV
PELAKSANAAN

Bagian Kesatu
Perlindungan Keamanan

Pasal 5

(1) PIHAK KEDUA memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KESATU


untuk memberikan pengamanan khusus kepada Terlindung sesuai dengan
jangka waktu yang ditentukan oleh PIHAK KEDUA.
(2) Perlindungan Keamanan diberikan kepada Terlindung selama berada di
Lapas/Rutan dalam bentuk pengamanan dan penempatan di ruang khusus
sesuai ketentuan yang berlaku.
(3) Apabila ada pihak ketiga yang akan menghubungi atau menemui Terlindung
di Lapas/Rutan harus ada ijin tertulis dari PIHAK KEDUA.
(4) Dikecualikan dari ketentuan tersebut huruf (c) adalah Penasehat Hukum
dan anggota keluarga sesuai dengan daftar yang diberikan oleh Terlindung.
(5) Apabila pemeriksaan dilakukan di luar Lapas/Rutan terhadap Terlindung
yang telah berstatus sebagai narapidana, pengawalan dan pengamanan
diiakukan oleh PIHAK KESATU.
(6) Apabila diperlukan penambahan pengamanan dapat dimintakan bantuan
dari Kepolisian Negara RI.
(7) Seluruh biaya yang timbul dalam pelaksanaan perlindungan keamanan akan
menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

Bagian Kedua
Pendampingan

Pasal 6

Pendampingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf (b) dilakukan oleh


PIHAK KEDUA terhadap Terlindung baik di dalam maupun di luar Lapas/Rutan
dengan memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KESATU.

Bagian Ketiga
Bantuan Medis dan Rehabilitasi Psikososial

Pasal 7

(1) Apabila Terlindung membutuhkan bantuan medis dan rehabilitasi


psikososial di luar Lapas/Rutan sesuai dengan surat rujukan dokter atau
psikolog harus mendapat ijin PIHAK KEDUA.
(2) Apabila Terlindung masih dalam status tahanan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) harus mendapat ijin dari Pihak yang menahan.

f/
(3) Biaya yang timbul dalam bantuan medis dan rehabilitasi psikososial menjadi
tanggung jawab PIHAK KEDUA.

Bagian Keempat
Penanganan Khusus dan Pemberian Penghargaan

Pasal 8

(1) PIHAK KEDUA memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KESATU


bahwa Terlindung berstatus sebagai Saksi Pelaku yang Bekedasama.
(2) PIHAK KEDUA mengajukan permintaan kepada PIHAK KESATU untuk
memberikan penanganan khusus dan penghargaan kepada Saksi Pelaku
yang Bekerjasama.
(3) Penanganan khusus berupa pemisahan tempat penahanan, kurungan atau
penjara dari tersangka, terdakwa, danf atau narapidana lain.
(4) Penghargaaan yang diberikan kepada narapidana yang berstatus sebagai
Saksi Pelaku yang Bekerjasama berupa pemberian remisi tambahan sesuai
ketentuan yang berlaku.

BAB V
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 9

Kewajiban dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh PARA PIHAK sebagai
berikut:

a. Melaksanakan ketentuan yang tertuang dalam SPK.


b. Menghormati prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam melaksanakan
perlindungan terhadap Terlindung.
c. Memberikan kelancaran dan kemudahan bagi terpenuhinya hak Terlindung
dalam proses peradilan pidana dengan memperhatikan prinsip kerahasiaan
dan keamanan.

BAB VI
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Pasal 1O

(1) PARA PIHAK atau masing-masing pihak dapat menyelenggarakan pendidikan


dan pelatihan.
(2) Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, PARA PIHAK dapat
bekerjasama dalam menyiapkan tempat, tema, bahan,
narasumb er / pengajar, serta peserta pendidikan dan pelatihan.

$rf
BAB VII
SOSIALISASI

Pasal 11

Sosialisasi dilaksanakan oleh PARA PIHAK sebagai berikut:

a. Dilakukan dari tingkat pusat sampai daerah dengan melibatkan instansi


mitra kerja dan lembaga masyarakat pemangku kepentingan.
b. Sosialisasi dilakukan melalui forum-forum pertemuan, program-program
pendidikan dan pelatihan, workshop, seminar, studi banding, fokus grup
diskusi, penelitian, media cetak maupun elektronik yang dilakukan secara
bersama atau sendiri-sendiri untuk mensosialisasikan ruang lingkup
perjanjian kerjasama tentang pemberian perlindungan bagi Pelapor, Saksi,
danfatau Korban di Lapas/Rutan.

BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 12

(1) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh PARA PIHAK setiap 6 (enam)
bulan sekali atau sewaktu-waktu sesuai kesepakatan PARA PIHAK.
(2) Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PIHAK
KESATU dikoordinir oleh Direktorat Informasi dan Komunikasi dan PIHAK
KEDUA dikoordinir oleh Divisi Hukum, Kerjasama, dan Pengawasan
Internal.

BAB IX
JANGKA WAKTU

Pasal 13

(1) SPK berlaku dalam jangka waktu 2 (dua) tahun.


(2) SPK dapat diubah atau diperpanjang sesuai kesepakatan PARA PIHAK.
(3) SPK dapat diakhiri sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dengan ketentuan PIHAK yang bermaksud mengakhiri, wajib
memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK lainnya sekurang-kurangnya
3 (tiga) bulan sebelumnya.

ff6
BAB X
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Pasal 14

Apabiia terjadi perbedaan penafsiran atau perselisihan yang timbul akibat dari
pelaksanaan SPK, PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikannya secara
musyawarah untuk mufakat.

BAB XI
LAIN - LAIN

Pasal 15

(1) SPK ditindaklanjuti dengan pen)rusunan rencana aksi (action plan) yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah SPK.
(2) Daiam pelaksanaan perjanjian kerjasama dibentuk kelompok kerja yang
terdiri dari unsur PARA PIHAK.
(s) Apabila terjadi perubahan dan/atau penambahan hal-hal yang belum diatur
dalam SPK akan diatur lebih lanjut oleh PARA PIHAK dalam suatu
Addendum yang akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari naskah
SPK.

BAB XII
PENUTUP

Pasal 16

(1) Perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari dan
tanggal tersebut di atas dan dibuat dalam rangkap 2 (dua) asli dibubuhi
materai secukupnya, masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sah
setelah ditandatangani PARA PIHAK.
(2) SPK mulai berlaku sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK.

PIHAK KEDUA, PII{AK KESATU,


KETUA DIREKTUR JENDERAL
LEMBAGA PERLINDUNGAN PEMASYARAI(ATAN
SAKSI DAN KORBAN

SUEB
t97709 I

Anda mungkin juga menyukai