AIVTARA
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
DENGAI'[
LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN
TENTANG
PEMBERIAN PERLINDUNGAN BAGI PELAPOR, SAKSI, DAN/ATAU KORBAN
DI LEMBAGA PEMASYARAI(ATAN/ RUMAH TAHANAN NEGARA
Pada hari ini, Senin tanggal Delapan bulan Juli tahun Dua ribu tiga belas
bertempat di Jakarta, kami yang bertanda tangan di bawah ini:
rf
txui
Kesepahaman Bersama antara Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
dengan Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban tentang Penguatan
Kapasitas Perlindungan dan Bantuan kepada Pelapor, Saksi, dan/atau Korban
Tindak Pidana, Nomor: SEK.HM.03.02-717 dan Nomor: LPSK.5-461/1.061
LPSK/7/2010 yang ditandatangani di Jakarta pada hari Selasa tanggal 6 Juli
2070.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 2
f1
hukum untuk mengungkap suatu tindak pidana atau akan terjadinya suatu
tindak pidana untuk mengembalikan aset-aset atau hasil suatu tindak
pidana kepada negara dengan memberikan informasi kepada aparat penegak
hukum serta memberikan kesaksian di dalam proses peradilan pidana.
k. Korban adalah seorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, danf atau
kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.
l. Pendampingan adalah salah satu bentuk perlindungan LPSK terhadap Saksi
dalam menghadapi pemeriksaan pada setiap tahap proses peradilan pidana.
m. Layanan Medis adalah pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan oleh
tenaga medis dan atau rumah sakit yang ditunjuk dalam rangka
penyembuhan penyakit yang diderita.
n. Rehabilitasi psikososial adalah terapi yang diberikan oleh psikolog kepada
korban yang menderita trauma atau masalah kejiwaan lainnya untuk
memulihkan kembali kondisi kejiwaan korban.
Perlindungan hukum terhadap Saksi danlatau Korban adalah suatu
perlindungan yang diberikan berupa tidak dapat dituntutnya Saksi
dan/atau Korban secara hukum baik pidana maupun perdata atas laporan,
kesaksian yang akan, sedang, atau yang telah diberikannya. Seorang Saksi
yang juga Tersangka dalam kasus yang sama, tidak dapat dibebaskan dari
tuntutan pidana apabila ia ternyata terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah, tetapi kesaksiannya dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam
meringankan pidana.
p. Terlindung adalah Pelapor, Saksi, Korban, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku
yang Bekerjasama, yang telah masuk dalam program perlindungan LPSK.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 3
(1) Maksud SPK adalah sebagai pedoman bagi PARA PIHAK dalam
melaksanakan kerjasama untuk memberikan perlindungan bagi Terlindung
di Lapas/Rutan.
(21 Tujuan SPK ini adalah terwujudnya pemberian perlindungan terhadap
Terlindung di Lapas/Rutan.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 4
Pa
BAB IV
PELAKSANAAN
Bagian Kesatu
Perlindungan Keamanan
Pasal 5
Bagian Kedua
Pendampingan
Pasal 6
Bagian Ketiga
Bantuan Medis dan Rehabilitasi Psikososial
Pasal 7
f/
(3) Biaya yang timbul dalam bantuan medis dan rehabilitasi psikososial menjadi
tanggung jawab PIHAK KEDUA.
Bagian Keempat
Penanganan Khusus dan Pemberian Penghargaan
Pasal 8
BAB V
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 9
Kewajiban dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh PARA PIHAK sebagai
berikut:
BAB VI
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pasal 1O
$rf
BAB VII
SOSIALISASI
Pasal 11
BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 12
(1) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh PARA PIHAK setiap 6 (enam)
bulan sekali atau sewaktu-waktu sesuai kesepakatan PARA PIHAK.
(2) Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PIHAK
KESATU dikoordinir oleh Direktorat Informasi dan Komunikasi dan PIHAK
KEDUA dikoordinir oleh Divisi Hukum, Kerjasama, dan Pengawasan
Internal.
BAB IX
JANGKA WAKTU
Pasal 13
ff6
BAB X
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 14
Apabiia terjadi perbedaan penafsiran atau perselisihan yang timbul akibat dari
pelaksanaan SPK, PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikannya secara
musyawarah untuk mufakat.
BAB XI
LAIN - LAIN
Pasal 15
(1) SPK ditindaklanjuti dengan pen)rusunan rencana aksi (action plan) yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah SPK.
(2) Daiam pelaksanaan perjanjian kerjasama dibentuk kelompok kerja yang
terdiri dari unsur PARA PIHAK.
(s) Apabila terjadi perubahan dan/atau penambahan hal-hal yang belum diatur
dalam SPK akan diatur lebih lanjut oleh PARA PIHAK dalam suatu
Addendum yang akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari naskah
SPK.
BAB XII
PENUTUP
Pasal 16
(1) Perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari dan
tanggal tersebut di atas dan dibuat dalam rangkap 2 (dua) asli dibubuhi
materai secukupnya, masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sah
setelah ditandatangani PARA PIHAK.
(2) SPK mulai berlaku sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK.
SUEB
t97709 I