Anda di halaman 1dari 33

KEPERAWATAN ANAK II

Nama Kelompok 1 :
 Winda Julyarni
 Maretha P S Boky
 Maria Deda
 Yubelina Dauwe
ATRESIA BILIER

 Definisi Atresia bilier


Atresia bilier (biliary atresia) adalah suatu
penghambatan di dalam pipa/saluran-saluran  yang
membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke
kantung empedu (gallbladder). Ini merupakan
kondisi  congenital, yang berarti terjadi  saat kelahiran
(Lavanilate.2010.Askep Atresia Bilier).
 Atresia Billiary merupakan kelainan yang berkisar
dari hipoplasiasegmental/generalisata saluran
empedu dan atresia sampai obliterasi lengkap duktur
billiaris ekstra/intra hepatic (David Sabiston, 1994).
). Atresia Billiary merupakan kelainan kongenital
yang berhubungandengan kolangio hepatic intra
uteri dimana saluran empedu mengalamifibrosis.
Proses ini sering berjalan terus setelah bayi lahir
sehingga prognosis umumnya buruk (Sjamsu
Hidajat, 1998). Atresia Billiary merupakan obstruksi
total aliran empedu karenadestruksi/tidak adanya
saluran/sebagian saluran empedu ekstra hepatic
(Robbins Contrans, 1999
Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa Penyakit Atresia
Bilier terjadi pada 1 banding 10 ribu hingga 15 ribu bayi lahir
hidup. Dengan angka kelahiran hidup di Indonesia 4,5 juta
pertahun, dari jumlah tersebut diprediksi bayi yang
menderita penyakit tersebut mencapai 300-450 bayi setiap
tahunnya. Rasio atresia bilier pada anak perempuan dan
anak laki-laki
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika
mereka lahir. Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua
minggu pertama setelah hidup. Gejala-gejala seperti Ikterus,
Jaundice Urin gelap Tinja berwarna pucat, Penurunan berat
badan dan ini berkembang ketika tingkat ikterus meningkat.
Pasien dengan atresia bilier dapat dibagi menjadi 2 grup, yakni :
1. Perinatal form ( Isolated Biliary Atresia)
65 ± 90 % Bentuk ini ditemukan pada neonatal dan bayi berusia
2-8 minggu. Inflmasi atau peradangan yang progresiv pada
saluran empedu extrahepatik timbul setelah lahir. Bentuk ini
tidak muncul bersama kelainan congenital lainnya.
2. Fetal Embrionic form
10 ± 35 % Bentuk ini ditandai dengan cholestatis yang muncul
amat cepat, dalam 2 minggu kehidupan pertama. Pada bentuk
ini, saluran empedu tidak terbentuk pada saat lahir dan
biasanya disertai dengan kelainan congenital lainnya seperti
situs inversus, polysplenia,malrotasi, dan lain-lain.
Epidemiologi

Atresia bilier ditemukan 1 dari 10.000 kelahiran


hidup.sedangkan di RSU Dr.Soetomo Surabaya
antara tahun 1999-2004 ditemukan dari 19.270
penderita rawat inap Anak,tercatat 96 penderita
dengan penyakit kuning gangguan fungsi hati
didapatkan 9 (9,4%) menderita atresia bilier.
Klasifikasi Atresia bilier

Kasai mengajukan klasifikasi atresia bilier sebagai berikut :

I Atresia (sebagian atau total) duktus bilier komunis, segmen proksimal


paten.
II IIa. Obliterasi duktus hepatikus komunis (duktus bilier komunis,
duktus sistikus, dan kandung empedu semuanyanormal).
IIb. Obliterasi duktus bilier komunis, duktus hepatikus komunis, duktus
sistikus. Kandung empedu normal.
III Semua sistem duktus bilier ekstrahepatik mengalami obliterasi, sampai
ke hilus. 
Tipe I dan II merupakan jenis atresia bilier yang dapat dioperasi
(correctable), sedangkan tipe III adalah bentuk yang tidak dapat dioperasi
(non-correctable). Sayangnya dari semua kasus atresia bilier, hanya 10%
yang tergolong tipe I dan II.
Atresia Billiary dibagi menjadi 2 bagian
yaitu:
1. Atresia Billiary Intra Hepatik
2. Atresia Billiary Ekstra Hepatik
a. Embrional
b. Perinatal
Etiologi

Etiologi Atresia Billiary masih belum diketahui dengan pasti.


AtresiaBilliary terjadi antara lain karena proses inflamasi berkepanjangan
yangmenyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier ekstra hepatik
sehinggamenyebabkan hambatan aliiran empedu. Ada juga sebagian ahli
yangmenyatakan bahwa faktor genetik ikut berperan, yang dikaitkan
denganadanya kelainan kromosom trisomi 17, 18 dan 21 serta terdapatnya
anomalioragan pada 10-30 % kasus Atresia Billiary.
Insiden Atresia Billiary adalah1/10000 sampai 1/14.000kelahiran
hidup.Rasio Atresia Billiary pada anak perempuan dan laki-laki adalah +
1,4 : 1.Dari 904 kasus Atresia Billiary yang terdaftar di lebih dari 100
institusi,Atresia Billiary terdapat pada Ras Kaukasia (62 %), berkulit hitam
(20 %),Hispanik (11 %), Asia (4,2 %) dan Indian Amerika (1,5 %).Namun,
sebagian besar penulis berpendapat bahwa atresia bilier adalah akibat
proses inflamasi yang merusak duktus bilier, bisa karena infeksi atau
iskemi (Behrman, Richard E. (1992).
Lanjutan....

Kemungkinan yang "memicu" dapat mencakup satu


atau kombinasi dari faktor-faktor predisposisi
berikut:
a) infeksi virus atau bakteri
b) masalah dengan sistem kekebalan tubuh
c) komponen yang abnormal empedu
d) kesalahan dalam pengembangan saluran hati dan
empedu
e) hepatocelluler dysfunction.
Patofisiologi

Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan


yang menyebabkan kerusakan progresif  pada duktus bilier
ekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan aliran empedu,
dan tidak adanya atau kecilnya lumen pada sebagian atau
keseluruhan traktus bilier ekstrahepatik juga menyebabkan
obstruksi aliran empedu. Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik
akan menimbulkan hiperbilirubinemia terkonjugasi yang disertai
bilirubinuria. Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik dapat total
maupun parsial. Obstruksi total dapat disertai tinja yang
alkoholik. Penyebab tersering obstruksi bilier ekstrahepatik
adalah : sumbatan batu empedu pada ujung bawah ductus
koledokus, karsinoma kaput pancreas, karsinoma ampula vateri,
striktura pasca peradangan atau operasi.
Manifestasi Klinis

Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir. Gejala
penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah hidup. Gejala-
gejala termasuk:
a) Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin yang sangat
tinggi (pigmen empedu) tertahan di dalam hati dan akan dikeluarkan dalam
aliran darah.
b) Jaundice disebabkan oleh hati yang belum dewasa adalah umum pada bayi baru
lahir. Ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10 hari dari kehidupan.
Seorang bayi dengan atresia bilier biasanya tampak normal saat lahir, tapi
ikterus berkembang pada dua atau tiga minggu setelah lahir
c) Urin gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk pemecahan dari
hemoglobin) dalam darah. Bilirubin kemudian disaring oleh ginjal dan dibuang
dalam urin.
d) Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu atau pewarnaan bilirubin yang
masuk ke dalam usus untuk mewarnai feses. Juga, perut dapat menjadi bengkak
akibat pembesaran hati.
Lanjutan...

Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala
berikut:
a) Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan gagal tumbuh
dan malnutrisi.
b) Gatal-gatal : karena asam empedu yang menumpuk dan
menyebar kedalam aliran darah
c) yang menyebabkan kulit merasa gatal
d) Rewel
e) splenomegali menunjukkan sirosis yang progresif dengan
hipertensi portal / Tekanan darah tinggi pada vena porta
(pembuluh darah yang mengangkut darah dari lambung, usus
dan limpa ke hati).
Komplikasi

Kolangitis:
a) komunikasi langsung dari saluran empedu intrahepatic ke usus, dengan aliran empedu yang tidak
baik, dapat menyebabkan ascending cholangitis.  Hal ini terjadi terutamadalam minggu-minggu
pertama atau bulan setelah prosedur Kasai sebanyak 30-60% kasus.Infeksi ini bisa berat dan
kadang-kadang fulminan.  Ada tanda-tanda sepsis (demam, hipotermia,status hemodinamik
terganggu), ikterus yang berulang, feses acholic dan mungkin timbul sakitperut. Diagnosis dapat
dipastikan dengan kultur darah dan / atau biopsi hati.
Hipertensi portal
b) Portal hipertensi terjadi setidaknya pada dua pertiga dari anak-anak setelah portoenterostomy.
Hal paling umum yang terjadi adalah varises esofagus.
Hepatopulmonary syndrome dan hipertensi pulmonal:
c) Seperti pada pasien dengan penyebab lain secara spontan (sirosis atau prehepatic hipertensi
portal) atau diperoleh (bedah) portosystemic shunts, shunts pada arterivenosus pulmo mungkin
terjadi. Biasanya, hal inimenyebabkan hipoksia, sianosis, dan dyspneu.Diagnosis dapat ditegakan
dengan scintigraphyparu.Selain itu, hipertensi pulmonal dapat terjadi pada anak-anak dengan
sirosis yang menjadi penyebab kelesuan dan bahkan kematian mendadak.Diagnosis dalam kasus
ini dapat ditegakan oleh echocardiography. Transplantasi liver dapat membalikan shunts,dan
dapat membalikkan hipertensi pulmonal ke tahap semula.
 
Pemeriksaan Diagnosis

Belum ada satu pun pemeriksaan penunjang yang dapat


sepenuhnya diandalkan untuk membedakan antara kolestasis
intrahepatik dan ekstrahepatik. Secara garis besar,
pemeriksaan dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
pemeriksaan :
 
1. Laboratorium rutin dan khusus untuk menentukan etiologi
dan mengetahui fungsi hati (darah,urin, tinja)
2. Pencitraan, untuk menentukan patensi saluran empedu dan
menilai parenkim hati
3. Biopsi hati, terutama bila pemeriksaan lain belum dapat
menunjang diagnosis atresia bilier.
Penatalaksanaan

Terapi medikamentosa 
Terapi nutrisi
Terapi bedah
Kasai Prosedur
Berdasarkan treatment yang diberikan :
Palliative treatment
Dilakukan home care untuk meningkatkan drainase empedu dengan
mempertahankan fungsi hati dan mencegah komplikasi kegagalan hati.
Supportive treatment
 Managing the bleeding dengan pemberian vitamin K yang berperan dalam pembekuan darah dan apabila
kekurangan vitamin K dapat menyebabkan perdarahan berlebihan dan kesulitan dalam penyembuhan. Ini
bisa ditemukan pada selada, kubis, kol, bayam, kangkung, susu, dan sayuran berdaun hijau tua adalah
sumber terbaik vitamin ini.
 Nutrisi support, terapi ini diberikan karena klien dengan atresia bilier mengalami obstruksi aliran dari hati
ke dalam usus sehingga menyebabkan lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat diabsorbsi. Oleh karena
itu diberikan makanan yang mengandung medium chain triglycerides (MCT) seperti minyak kelapa.
 Perlindungan kulit bayi secara teratur akibat dari akumulasi toksik yang menyebar ke dalam darah dan kulit
yang mengakibatkan gatal (pruiritis) pada kulit.
 Pemberian health edukasi dan emosional support, keluarga juga turut membantu dalam memberikan
stimulasi perkembangan dan pertumbuhan klien.

 
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN ATRESIA DUKTUS HEPATIKUS

1. Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5.  Riwayat Perinatal
a). Antenatal:
Pada anak dengan atresia biliaris, diduga ibu dari anak pernah menderita infeksi penyakit,
seperti HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan infeksi virus rubella.
b). Intra natal:
Pada anak dengan atresia biliaris diduga saat proses kelahiran bayi terinfeksi virus atau
bakteri selama proses persalinan.
c). Post natal:
Pada anak dengan atresia diduga orang tua kurang memperhatikan personal hygiene saat
merawat atau bayinya. Selain itu kebersihan peralatan makan dan peralatan bayi lainnya
juga kurang diperhatikan oleh orang tua ibu
6).  Riwayat Kesehatan Keluarga
7).  Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
8). Keadaan Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit
9). Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Aktivitas/Istirahat
b) Pola Sirkulasi
c) Pola Eliminasi
d) Pola Nutrisi
e) Pola kognitif dan persepsi sensori:
f) Pola konsep diri
g) Pola hubungan-peran
h)  Pola seksual-seksualitas
i) Pola nilai dan kepercayaan
Pemeriksaan fisik

a) B1 (breath) : RR meningkat >40x/menit, Suhu (38,4 °C), penggunaan otot bantu


pernapasan, pernapasan cuping hidung, napas pendek.
b) B2 (blood) : TD meningkat 100/150 mmhg, HR meningkat 103x/ menit
(tachicardi).
c) B3(brain) : gelisah (rewel), gangguan mental, gangguan kesadaran sampai
koma
d) B4 (bladder) : Perubahan warna urin dan feses
e) -Urine : warna gelap, pekat
f) -Feses : warna pucat, steatorea, diare
g) 5. B5 (bowel) : anoreksia, mual muntah, tidak toleran terhadap lemak dan
makanan pembentuk gas, regurgitasi berulang, penurunan berat badan BB/TB
(5,1 Kg/ 62 cm), dehidrasi, distensi abdomen, hepatomegali.
h) 6. B6 (bone) : letargi atau kelemahan, otot tegang  atau  kaku  bila kuadran 
kanan atas ditekan, ikterik,  kulit berkeringat dan gatal (pruritus), kecenderungan
perdarahan (kekurangan vitamin K), oedem perifer, jaundice, kerusakan kulit.
Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

a) lirubin direk dalam serum meninggi. Normalnya (0,3 – 1,9 mg/dl)


b) Bilirubin indirek serum meninggi karena kerusakan parenkim hati akibat bendungan empedu yang luas.
Normalnya (1,7 – 7,1 mg/dl)
c) Tidak ada urobilinogen dalam urin.
d) Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase alkalifosfatase (5-
20 kali lipat nilai normal) serta traksi-traksi lipid (kolesterol fosfolipid trigliserol).

2. Pemeriksaan Diagnostik

a) USG yaitu untuk mengetahui kelainan kongenital penyebab kolestasis  ekstra  hepatik 


(dapat berupa dilatasi kristik saluran empedu).
b) Memasukkan pipa lambung sampa duodenum lalu cairan duodenum diaspirasi. Jika tidak ditemukan cairan
empedu, dapat berarti atresia empedu terjadi.
c) Sintigrafi Radio Kolop Hepatobilier untuk mengetahui kemampuan hati 
memproduksi empedu dan mengekskresikan ke saluran empedu  sampai tercurah 
ke duodenum. Jika tidak ditemukan empedu  di  duodenum,  maka  dapat berarti terjadi katresia intrahepatik.
d) Biopsi hati perkutan ditemukan hati berwarna coklat kehijauan dan noduler. Kandung empedu mengecil
karena kolaps. 75 % penderita tidak ditemukan lumen yang jelas.
Analisi Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS: pasien menangis, Inflamasi yg progresiv Hipertermi
rewel  
DO:
Suhu tubuh meningkat kerusakan
(38,4°C) progresif  pada
Takikardi (103x/menit) duktus bilier
RR meningkat ekstrahepatik
>24x/menit  

Mekanisme tubuh
untuk meningkatkan
suhu tubuh
 
Hypertermi
2 DS : pasien terlihat cairan asam Pola napas tidak
sesak. empedu balik ke efektif
DO : hati
RR= 35x/menit
Penggunaan otot Peradangan sel
bantu pernapasan hati
Napas pendek  
Hepatomegali
(pembesaran
hepar)
 
distensi abdomen
 
menekan
diafragma

peningkatan
Komplain paru
 
Kebutuhan oksigen
meningkat
3 DS : - Pembesaran hepar Kekurangan
DO : Penurunan turgor   volume cairan
kulit Distensi abdomen
Frekuensi nadi  
meningkat >
100x/menit Perut terasa penuh
Produksi keringat  
meningkat Mual muntah
Input = 700 ml/hr  
Output = 1000 ml/hr cairan banyak yang
keluar
4 DS: Tidak mau makan, Obstruksi aliran dari Gangguan pem
rewel, mual/muntah. hati ke dalam usus enuhan
Do:   Nutrisi kurang
Berat badan turun (6 kg gangguan penyerapan dari kebutuhan
menjadi 5,1 kg) ,muntah, lemak dan vitamin larut tubuh
konjungtiva anemis. lemak (A, D, E, dan K)
 
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
5 Ds:- cairan asam Kerusakan
Do: empedu balik ke integritas kulit
Anak tampak tidak nyaman hati
dengan posisi tidurnya  
Terdapat pruritus di daerah
pantat & punggung anak itching dan
Albumin 3,27 g/dL (N:3,8- akumulasi dari
5,4) toksik
 

tersebar ke
dalam darah
dan kulit
 
 

Pruiritis (gatal)
pd kulit
 Diagnosa Keperawatan
Hypertermi berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan
progresif pada duktusbilier ekstrahepatik.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
distensi abdomen
Kekurangan volume cairan b.d dengan mual dan muntah
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan
penyerapan lemak, ditandai dengan berat badan turun dan
konjungtiva anemis.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi
garam empedu dalam jaringan, ditandai dengan adanya
pruritis.
N DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATA KRITERIA
N HASIL
1 Hypertermi b.d INTERVENSI
Tujuan : suhu akan
Mandiri: •Dapat membantu
inflamasi akibat kembali normal dalam •Berikan kompres air mengurangi
kerusakan progresif waktu 1x 24 jam. biasa pada aksila, demam.
pada duktusbilier Kriteria hasil: kening, leher dan •Mengetahui
ekstrahepatik Suhu tubuh dalam lipatan paha. kemungkinan
rentang normal •Pantau suhu minimal adanya kenaikan
Nadi dan RR dalam setiap 2 jam sekali, suhu secara
rentang normal sesuai kebutuhan mendadak
Tidak ada perubahan •Berikan pasien •Membantu
warna kulit dan tidak pakaian tipis mengurangi panas
pusing •Manipulasi ditubuh
lingkungan seperti •Memberikan rasa
penggunaan AC/ nyaman dengan
kipas angin mengurangi
  keadaan panas
Kolaborasi: akibat suhu
Berikan obat anti pengaruh
piretik sesuai lingkungan
kebutuhan Digunakan untuk
mengurangi
demam dengan
aksi sentralnya
pada hipotalamus.
2 Pola nafas tidak Tujuan : Menunjukkan Mandiri: )dengan
efektif pola nafas yang efektif. 1)Kaji distensi mengukur
b.dpeningkatan kriteria: abdomen lilitan atau
distensi abdomen Mendemonstrasikan 2)KajiRR,kedal lingkar
batuk efektik dan suara aman, dan abdomen
nafas yang efektif. kerja 2)Untuk
Menunjukan jalan nafas pernafasan. mengetahui
yang paten(klien merasa 3)Waspadakan adanya
tidak tercekik,irama klien agar leher gangguan
nafas,frekuensi nafas tidak pernafasan
dalam rentang normal tertekuk/posisi pada pasien
,tidak ada suara nafas kan semi 3)Menghindari
abnormal) ekstensi atau penekanan
Ttv dalam rentang eksensi pada pada jalan
normal saat nafas untuk
beristirahat meminimalkan
Kolaborasi: penyempitan
4).Persiapkan jalan nafas
operasi bila
diperlukan.
3 Kekurangan Tujuan : setelah )Berikan cairan •memberikan
volume cairan diberikan tindakan IV ( biasanya terapi cairan
berhubungan keperawatan glukosa ) dan
dengan mual dan diharapkan intake dan elektrolit. penggantian
muntah ouput cairan menjadi 2)Awasi nilai elektrolit
seimbang. laboraturium, •menunjukkan
Kriteria: contoh Hb/Ht, hidrasi dan
Tanda-tanda vital stabil nat, albumin. mengidentifika
Turgor kulit membaik.   sikan retensi
Pengisian kapiler nadi   natrium/ kadar
perifer kuat 3)Kaji tanda- protei yang
Haluaran urine tanda vital, dapat
individu sesuai nadi perifer, menimbulkan
pengisian pembentukan
kapiler, turgor edema.
kulit. •indikator
4)Awasi intake volume
dan output, sirkulasi/
bandingkan perfusi.
dengan BB .  
misal muntah.
4 Gangguan pemenuhan Tujuan : Mandiri: 1)Distensi abdomen
nutrisi kurang Setelah 1)Kaji distensi
dari kebutuhan dilakukan abdomen merupakan tanda
tubuh berhubungan tindakan 2)Pantau non verbal
dengan anoreksia dan keperawatan masukan
gangguan penyerapan selama proses nutrisi dan gangguan pencerna
lemak, ditandai dengan keperawatan frekuensi an.
berat badan turun dan diharapkan muntah
2)Mengidentifikasi
konjungtiva anemis. polanutrisi 3)Timbang BB
adekuat. setiap hari. kekurangan /
Kriteria: 4)Berikan kebutuhan nutrisi
Ada makanan
peningkatan /minuman dengan mengetahui
berat badan sedikit tapi intake dan output
sesuai dengan sering.
tujuan 5)Berikan klien.
Berat badan kebersihan oral 3)Mengawasi
ideal sesuai sebelum makan
dengan tiggi Kolaborasi: keefektifan
badan 6)Konsul rencana diet
Mampu dengan ahli
mengidentifika diet sesuai 4)Untuk
si kebutuhan indikasi. menurunkan
kebutuhan
rangsang
nutrisi
Tidak ada mual/muntah.
tanda
malnutrisi
Tidak terjadi
5 Kerusakan integritas kulit Tujuan : Mandiri: )Mencegah
berhubungan dengan Setelah 1)Gunakan air kulit
akumulasi garam empedu dilakukan mandi biasa kering berlebih
dalam jaringan, ditandai tindakan atau pemberian an,
dengan adanya pruritis. keperawatan lotion/ cream, memberikan pe
selama proses hindari sabun nghilang rasa
keperawatan alkali. Berikan gatal,
diharapkan minyak Sekaligus
integritas kulit kalamin sesuai menghindari
baik. indikasi. infeksi.
Kriteria: 2)Berikan 2)Bermanfaat
Inetgritas kulit massage pada dalam
yang baik waktu tidur. meningkatkan
Tidak ada Kolaborasi: tidur dan
luka/lesi pada 5)Berikan obat menurunkan
kulit sesuai indikasi integritas kulit.
Perfusi jarigan (antihistamin). 3)Kelembaban
baik 6)Berikan obat meningkatkan 
Mampu resin pruritus dan
melindungi kholestiramin meningkatkanr
kulit dan (questian). esiko
mempertahank 7)Pantau kerusakan
an kelembaban pemeriksaan kulit.
kulit dan laboratorium 4)Mencegah
perawatan sesuai indikasi. pasien dari
alami (bilirubin direk cidera
dan indirek) tambahan pada
kulit,khususny
a bila tidur.
Implementasi

 adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan .
Evaluasi
 Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan
cara membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan.
S (Subjective)    : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
O (Objective)  : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Analisis)     : adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
P (Planning)        : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
YO U
AN K
TH

Anda mungkin juga menyukai