Anda di halaman 1dari 20

CASE BASED DISCUSSION

ABSES PARU
Dosen Pembimbing:
dr. Setyaningsih, Sp.Rad

TRI UTAMI PUTRI SARI


Dokter Muda FK UNUSA – RSI Jemursari Surabaya
Stase Radiologi
Anatomi

2
Fisiologi
Respirasi/ pernapasan adalah: Terdapat 3 tahap dalam proses respirasi:

Usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 untuk Ventilasi


proses metabolisme dan mengeluarkan CO2 sebagai Peristiwa masuk dan keluarnya udara ke dalam paru
hasil metabolisme dengan perantara organ paru dan
Difusi
saluran napas bersama kardiovaskuler sehingga
Perpindahan O2 darah alveoli ke dalam darah dan
dihasilkan darah yang kaya oksigen.
CO2 dari darah ke alveoli

Perfusi

Distribusi darah ke dalam paru

3
Definisi Abses Paru
Abses paru adalah jenis nekrosis liquefaktif dari jaringan paru dan pembentukan cavitas (>2cm) yang
mengandung sel-sel mati atau cairan nekrotik yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

4
Klasifikasi Abses Paru
Berdasarkan penyebab Berdasarkan durasi
Akut < 6 minggu
- Patogen yang umum: Staphylococcus aureus, Klebsiella
Kronik > 6 minggu
spp, Pseudomonas aeruginosa, Burkholderia pseudomallei,
group A streptococcus, Streptococcus pneumonia, Berdasarkan ada tidaknya faktor komorbid

Nocardia, mycobacteria, parasite (e.g., Paragominus Kanker paru-paru , acquired immunodeficiency syndrome
westermani, Entamoeba histolytica) and fungi. (AIDS), dan immunosuppression

- Abses paru primer yang diakibatkan pneumonia aspirasi

- Abses paru sekunder yang dapat disebabkan oleh


penyebaran infeksi dari tempat lain seperti hematogen
atau limfogen

5
Gejala Klinis Abses Paru
Demam

Malaise

Batuk dg dahak yang purulent – berwarna coklat

Dahak/sputum berbau busuk

Napas pendek terkadang bau napas tak sedap

Nyeri dada pleuritic

Jika kronik, gejala yang muncul lebih lamban (namun progresif),


penurunan BB, dapat mengakibatkan hemoptisis masif dan
mengancam jiwa

6
Diagnosis Abses Paru
X-ray

-Menunjukkan adanya cavitas, dengan air fluid level

-Dinding cavitas tebal, dan tdk teratur

-Terkadang terdapat infiltrate dan terlokalisasi di satu segmen atau lobus paru

CT-scan

Bronchoscopy

Pemeriksaan sputum

-kultur, mikroskopi, sensitivitas, dan BTA

7
Terapi Abses Paru

1. Terapi antibiotic
2. Drainase

Prognosis :
Prognosis penderita abses paru bergantung pada penyakit dasar, faktor
risiko dan kecepatan pemberian terapi yang tepat.
Penatalaksanaan abses paru yang tepat memberikan prognosis yang baik
pada 90% penderita.

8
Case Report
Anamnesis: Pemeriksaan fisik saat di klinik respirasi:
Wanita 56 tahun Demam (-) , takikardi (-), takipneu (-), kedua pulmo tidak
Nyeri dada bagian kanan, nyeri tajam terdapat suara tambahan, suara jantung normal, abdomen
supel dan tidak kaku dan bekas luka akibat kolesistektomi
Nyeri dada diperberat dengan bernapas dalam dengan bergerak sembuh dengan baik. Hepatosplenomegali (-)
RPD: sesak napas saat beraktivitas minimal, demam ringan,
batuk dengan dahak yang berbau busuk , penurunan BB 10kg Pemeriksaan penunjang saat di klinik respirasi:
dalam 2 bulan, delapan hari sebelumnya pasien ke klinik repirasi Laboratorium: Hb 13,9 g/dl (normal), leukosit 8.3×109/l,
untuk periksa mengenai keluhan diatas. Pasien mengatakan neutrophil 4.28×109/l, limfosit 1.74×109/l, monosit
keluhan tersebut muncul setelah dia menjalani kolesistektomi 0.56×109/l dan eritrosit 1.66×109/l, sedimen eritrosit 18
laparoskopi dan kolangiogram untuk beberapa batu empedu dan protein C-reaktif <3.
RPK (-) X-ray thorax: (gambar 1)
R. Kebiasaan: mengkonsumsi 20 unit alcohol/minggu, merokok
(-)
RPO: co-amoxiclav (untuk mengurangi jumlah dan frekuensi
sputum

9
Planning terapi, pasien akan menjalankan pemebrian Pemeriksaan antibodi membran basal antiglomerular,
antibiotic oral selama 6 minggu dengan rencana untuk antibodi sitoplasma antinuklear, dan antibodi antinuklear
mengulangi x-ray thorax dalam 1 minggu. Pengambilan semuanya negatif.
sampel juga dilakukan dan membuat jadwal untuk Namun, nyeri dada pleuritic yang dialami pasien makin
bronkosopi rawat jalan. memburuk, afebril, pemeriksaan fisik didapatkan
Lalu dilakukan pemeriksaann lab ulang dan menunjukkan menurunakan inspirasi dada kanan.
leukosit 16.0×109/l (meningkat), neutrofil 12.42×109/l dan Pada CT-scan thorax menunjukkan kavitas lobus kanan atas
eosinophil 1.23×109/l. pasien juga diberikan analgesik yang dengan air fluid level dan efusi pleura sedang menunjukkan
sesuai sampai menunggu bronkoskopi. pecahnya abses ke dalam rongga pleura.
X-ray thorax menunjukkan bahwa massa kavitas di paru Drainase dilakukan dan keluar cairan kuning dari rongga
kanan atas telah meningkat ukurannya sehingga pasien mulai pleura. Cairan pleura dikirim untuk dilakukan pemeriksaan
diberikan piperacillin-tazobactam dan metronidazole. mikrobiologis, pH pleura 6,9.
Bronkoskopi dilakukan tanpa adanya komplikasi, didapatkan Histopatologi dari kumbah bronkial menunjukkan adanya
pada lobus kanan atas posterior terlihat nanah. eosinofil dan Kristal Charcot-Leyden dan telur parasit.
Mikroskopi dari hasil kumbah bronkial mengungkapkan
adanya sejumlah sel nanah yang moderat, tidak terdapat
basil tahan asam, dan kultur bakteri dan jamur negative.

10
Riwayat perjalanan pasien kemudian ditinjau, pasien
mengaku pernah mengunjungi Turki 1 tahun yll, dan
Vietnam/Thailand 4 tahun yll sebelum timbulnya penyakit
yang dikeluhkan ini. Saat ditanya pernah makan selada air/
tanaman air disangkal saat mengunjungi negara-negara
tersebut.
Pencitraan pada hepar juga dilakukan, hasil menunjukkan
adanya batu empedu dengan saluran empedu yang normal,
serta banyak daerah hyperechoic di lobus kiri, menunjukkan
beberapa kista hati, gambar laparoskopi pada (gambar 3)

11
X-ray Thorax PA
Deskripsi:
Cor : ukuran dan bentuk normal, CTR 50%
Pulmo : tampak cavitas, berbatas jelas, berdinding tebal,
disertai dengan air-fluid level di suprahiler paru kanan
Trachea tidak ada deviasi
Diafragma : berbentuk kubah, kanan lebih tinggi dari
pada kiri, normal
Sinus prenicocostalis kanan dan kiri tajam
Tulang dan soft tissue normal

Kesimpulan :
Abses paru

12
CT-Scan Thorax

Potongan Coronal

Deskripsi:
Tampak kavitas di lobus kanan atas dengan dinding
yang relative tebal, kavitas memiliki batas jelas dan
terdapat aif-fluid level serta efusi pleura kanan
sedang

Kesimpulan:
Abses paru
Efusi pleura dextra moderate

13
Laparoskopi

14
Microscopy
 140 mm×80 mm140 mm×80 mm

The microscopy of the bronchial lavage


Menunjukkan adanya multiple yellowish brown, yang berukuran 140 µm×80 µm,
patognomonik untuk Fasciola sp.

15
Diagnosis Banding
Infeksi parasite yang menyebabkan eosinofilia dan abses paru, meliputi:

Paragonimus
Penyebab eosinofilia dan abses paru yang diketahui pada turis yang pergi ke Asia Tenggara dan Afrika Barat. Ova dapat
dideteksi dari sputum, namun mereka lebih kecil ((80–120×45–70 µm) dan memiliki cangkang yang tebal dari pada Ova
Fasiola sp.

Echinococcus
Terutama penyakit kistik dengan infeksi bakteri sekunder.
(Entamoeba histolytica atau amoebiasis invasive dapat menyebabkan abses hati tetapi tidak berhubungan dengan eosinofilia
dan Strongyloides stercoralis menyebabkan eosinofilia tetapi bukan abses paru).

16
Terapi
- Hyoscine untuk kolik bilier
Triclabendazol oral dengan dua dosis 10mg/kg diberikan 24 jam terpisah

17
Hasil dan Follow-Up
- Akumulasi kembali dari efusi pleura sehingga dilakukan drainase kembali.
- Dari cairan pleura menunjukkan sel mesothelial reaktif, sel inflamasi akut dan kronik dengan
eosinofil berlebih, tidak ada telur parasit dan tidak ada bukti keganasan.
- Pemberian piperacillin-tazobactam dilanjutkan.
- Dengan pemberian Triclabendazol oral pasien merespon dan drainase dilepas.
- Secara klinis pasien membaik.
- Serologi Fasciola diulang setelah 2 bulan pengobatan dan masih positif pada titer yang sama.

18
Diskusi
 Fasciola adalah infeksi trematode yang sering terjadi diseluruh dunia, yang sering ditemukan dinegara-negara
beriklim tropis (Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika)
 Infeksi terjadi karena konsumsi selada air atau tanaman air yang airnya terkontaminasi oleh kotoran hewan
 Jarang migrasi ke organ (paru-paru, jantung, otak, kulit, ototo dan system genitourinaria)
 Sejumlah besar pasien tidak menunjukkan gejala dan banyak yang datang setelah bertahun tahun setelah
pajanan.
 Pada pencitraan hati akan nampak terowongan dibagian perifer hati. Pada USG akan menghasilkan
mikroabses yang ditunjukkan dengan adanya nodul hypoechoic dan lesi kistik. Pada CT akan menunjukkan
hipodensitas nodular atau linear .
 Pengobatan terdiri dari 1-2 dosis triclabendazol atau nitazoxanide
 Pasien pada case merupakan travellers ke Eropa tetapi tidak mengingat apakah pernah mengkonsumsi sayuran air
yang airnya terpapar kontaminasi, pasien datang dengan gejala hepatobilier dengan adanya kista non-spesifik pada
laparoskopi, menderita eosinophilia dan kemungkinan bisa terjadi larva bermigrasi ke paru karena parenkim paru
yang rapuh dari pada hepar.

19
“ WALLAHU A’LAM BISSHOWAB …
- Terima Kasih

20

Anda mungkin juga menyukai