Imonologi 12 Januari 2013 II-1
Imonologi 12 Januari 2013 II-1
INAWATI
Defisiensi Imun
Adanya defisensi imun di klinik harus dicurgai
bila ditemukan tanda-tanda dari peningkatan
kerentanan terhadap infeksi.
Defisiensi imun primer atau kogenital diturunkan,
tetapi defisiensi imun sekunder atau didapat
ditimbulkan berbagai faktor setelah lahir.
Penyakit defisiensi imun tersering mengenai
sistem imun seperti limfosit, komplemen dan
fagosit seperti terlihat pada Tabel 19.
I. Defisiensi imun non-spesifik
A. Defisiensi komplemen
Komponen komplemen diperlukan untuk
membunuh kuman, opsonisasi,
kemotaksis, pencegahan penyakit
autoimun dan eliminasi kompleks
antigen-antibodi.
1. Defisiensi komplemen kogenital
Defisiensi komplemen kongenital biasanya
mengakibatkan infeksi yang berulang atau penyakit
kompleks imun seperti lupus eritematosus sistematik
dan glomerulonefritis.
2. Defisiensi komplemen didapat
Defisiensi komplemen didapat disebabkan oleh
depresi sintesis misalnya pada sirosis hati dan
malnutrisi protein/ kalori.
Pada anemia sckle cell ditemukan gangguan aktivasi
komplemen sehingga meninggikan risiko terhadap
infeksi salmonella dan pneumococ.
Lanjutan
Defisiensi Clq, r, s.
Defisiensi Clq, r, s, telah dilaporkan bersamaan dengan
penyakit autoimun, terutama pada penderita dengan
SLE. Penderita ini sensitif terhadap infeksi bakteri.
Defisiensi C4
Defisiensi C4 telah ditemukan pada beberapa penderita
SLE.
Defisiensi C2
Defisiensi C2 merupakan defisiensi komponen yang
paling sering terjadi. Defisiensi tersebut tidak
menunjukkan gejala dan terdapat pada penderita SLE.
Lanjutan
Defisiensi C3
Penderita dengan defisiensi C3 menunjukkan infeksi
bakteri rekuren. Pada beberapa penderita disertai
dengan glomerulonefritis kronik.
Defisiensi C5-C8
Penderita dengan defisiensi C5 sampai C8 menunjukkan
kerentanan yang meningkatkan terhadap infeksi
terutama Neisseria.
Defisiensi C9
Defisiensi C9 sangat jarang. Anehnya penderita tersebut
tidak menunjukkan tanda infeksi rekuren. Meskipun
perlahan-lahan lisis dapat terjadi atas pengaruh C8
tanpa C9.
B. Defisiensi Interferon dan lisozim
1. Defisiensi kongenital
Defesiensi interferon kongenital dapat
menimbulkan infeksi mononukleosis
yang fatal.
2. Defisiensi didapat
Defisiensi interferon dan lisozim dapat
ditemukan pada malnutrisi protein/ kalori.
C. Defisiensi kogenital
2. Infeksi
Pada beberapa keadaan, infeksi virus dan
bakteri dapat menekan sistem imun.
Kehilangan imunitas selular terjadi pada
penyakit campak, mononukleosis,
hepatitis virus, sifilis, bruselosis, lepra,
tuberkulosis miliar dan parasit.
Lanjutan
3. Sindrom defisiensi imun didapat (AIDS)
Penyakit AIDS ditemukan pada homoseks dan
biseks baik pada pasangan seksual maupun
anaknya, pecandu obat dan mereka yang sering
mendapaat transfusi darah atau produk darah
seperti hemofilik.
4. Obat
Obat-obat imunosupresi dan antibotik dapat
menekan sistem imun. Beberapa contoh seperti
obat sitotoksik, genyamycin, amaikasin,
tobramisin, dapat menggangu kemotaksis
neutrofil. Tetrasiklin dapat menkan imunitas
selular.
Lanjutan
5. Penyinaran
Dalam dosis tinggi, penyinaran menekan
seluruh jaringan limfoid, sedang dalam
dosis rendah dapat menekan aktivitas sel
Ts secara selektif.
6. Penyakit berat
Uremia dapat menkan sistem imun dan
menimbulkan defisiensi imun.
Lanjutan
7. Kehilangan imunoglobuli/ leukosit
Imunoglobulin dan leukosit dapat keluar dari
badan melalui saluran cerna pada limfangiektasi
intestinal. Imunoglobulin juga dapat keluar dari
badan melalui ginjal pada sindrom nefrotik.
8. Agamaglobulinemi dengan timoma
Agamaglobulinemi dengan timoma disertai
dengan menghilangnya sel B total dari sirkulasi.
Eosinopenia atau aplasia sel darah merah dapat
pula menyertai agamaglobulinemia.