Anda di halaman 1dari 79

NEUROPATOLOGI

Nia Kurniawati,M.Fis
• Gangguan gerak dan fungsi pada kasus
neurologi ini dapat digolongkan sebagai
sesuatu yang unik, karena alat gerak tubuh
itu sendiri, dimana gerakan itu terjadi,
seperti otot, tendon dan tulang tempat
perlekatannya serta sendi, berada dalam
keadaan yang normal.
• Kelainan pd sistem saraf yaitu pengontrol
dan lintasan impuls gerak.
• Suatu gerakan terjadi dg proses sbb: (1)
ide, (2) perencanaan motorik, (3)
pengambilan keputusan, dan (4) eksekusi
gerakan.
SUSUNAN
SARAF
• Susunan saraf pusat (SSP)
• Otak
• Medulla Spinalis
• Susunan saraf tepi (SST)
• Saraf kranial
• Saraf spinal
SISTEM SARAF TEPI
Semua saraf dan ganglia yg terletak di luar otak dan
medulla spinalis, termasuk:
• Berdasarkan asal/tujuan:
• n. spinalis
• nervi cranialis/n. cerebralis
• Berdasarkan jenis
• sistem saraf visceral/sistem saraf otonom
• Tdr : n. sensoris dan motoris diantara SSP dan berbagai alat dalam
• Fungsi : mendeteksi kondisi ttt dari lingkungan dalam dan
mengadakan perubahan
• Aksi : sebagian besar di luar kesadaran.
• sistem somatik.
• Berdasarkan fungsional:
• serabut saraf afferent  impuls ke SSP
• serabut saraf efferent  impuls dari SSP
Serabut saraf bisa bermielin atau tidak
• Nervi cranialis (12 pasang)
• Nervi spinalis (31 pasang)
Struktur
Saraf
Tepi
SYNAPSES (interneuronal contacts)
1. Axosomatic 2. Axodendritic
3. Axoaxonic 4. Dendrodendritic
SARAF KRANIAL
N. I (Olfactorius)
N. II (Opticus)
N.III (Occulomotorius),
N.IV (Trochlearis) dan N.VI (Abduscens)
Gerakan bola mata
N. V (Trigeminus)
Distribusi sensoris N.V
N.VII (Facialis)
Distribusi sensorik N. VII
N. VIII (Vestibulocochlearis)
N. IX (Glossopharyngeus)
N. X (Vagus)
N. XI (Accessorius)
N. XII (Hypoglossus)
SARAF SPINAL
Bundel Serabut Saraf Tepi (Epineurium), Perineurium, dan Endoneurium

Serabut saraf terdiri dari bundel bundel endoneurium


Interaksi Upper Motor Neuron dan Lower Motor Neuron
Stimulasi dari perifer pada sistem neuro muskular

Fungsi : Mempengaruhi / Aktivasi sel sel di Otak


Plexus
Cervicalis
Plexus
Brachialis
Pleksus Lumbal
• Pleksus lumbal dibentuk oleh segmen Th12–
L4
• Saraf-saraf tepi besar yang
dipercabangkan dari pleksus lumbal adalah:
• N. Femoralis (L2-3-4)
Mensarafi otot-otot tungkai atas bag depan
Sensorik menuju daerah anterior & medial
tungkai
• N. Obturatorius (L2-3-4)
Mensarafi grup otot adduktor panggul
Sensorik menuju sebagian aspek medial
tungkai atas
Pleksus Sakral
• Pleksus sakral dibentuk oleh segmen L4–
S3
• Saraf tepi besar yang dipercabangkan dari
pleksus sakral adalah:
N. Ischiadicus (L4,5 & S1,2)
• Saraf tepi terbesar di tubuh manusia
• Pd tungkai atas mensarafi grup otot
hamstring,
Pd tungkai bawah bercabang 2, yaitu:
1. N. Peroneus Communis / N. Popliteus
externus (L4,5 & S1,2)
Mensarafi grup otot dorsal fleksor ankle,
sedangkan distribusi sensoriknya di
permukaan lateral tungkai bawah dan
dorsum kaki
2. N. Tibialis / N. Popliteus internus (L4,5 &
S1,2)
Mensarafi grup otot calf, sedangkan
distribusi sensoriknya di permukaan
medial tungkai bawah dan telapak kaki
• Sistem saraf otonom
• Sistem saraf simpatik dan parasimpaik
Patologi
Kelainan/Penyakit/Gangguan
pada Susunan Saraf Tepi
Penyebab KPG SST
• Trauma & entrapment
• Infeksi/penyakit/peradangan
• Keracunan (bahan kimia, overdosis obat, narkoba,
makanan)
• Kelainan vaskuler
• Kegananasan/neoplasma
• Kelainan jaringan ikat (RA, SLE)
• Kelainan metabolisme (diabetik)
• Degeneratif
• Herediter
• Kongenital
• Tak diketahui
Bentuk/jenis kelainan
• Mononeuropati
• Multiplex mononeuropati
• Polineuropati
• Neuritis
• Neuralgia
Pola cedera saraf traumatika
• Kerusakan bisa tjd pd: akson, selubung
myelin, selubung saraf, jaringan penyokong
(jar sekitar), sirkulasi darah
• Tingkatan kerusakan: neurapraksia,
aksonotmesis dan neurotmesis
• Proses kerusakan/patologi: degenerasi
wallerian yang bisa diikuti dengan
regenerasi wallerian
Klasifikasi Cedera Saraf

Seddon (1943) Sunderland (1951)


--------------------------------------------------------------------------------------
Neurapraksia I Blok konduksi [degn. Wallerian (-)]
Aksonotmesis II Diskontinuitas aksonal
III Disrupsi aksonal + endoneurial
------ IV Ruptur perineurial,Disrupsi fasikel
Neurotmesis V Diskontinuitas batang saraf
--------------------------------------------------------------------------------------
1. Neuropraksia /neurapraksia
(grade I)
• Paling ringan, hanya terjadi bloking konduksi saraf
• Tak ada kerusakan pada akson dan selubung myelin,
tak terjadi degenerasi saraf (degenerasi wallerian)
• Paralisis sementara, menghilang seiring hilangnya
tekanan
• Diakibatkan kontusi, seperti pada fraktura, atau
kompresi, seperti pada 'palsi malam Minggu'.
• Respon normal pd stimulasi listrik distal lesi, respon
lambat/tak ada respon pd stimulasi listrik proksimal
lesi
• Waktu pemulihan berkisar 1 – 4 bulan
2. Aksonotmesis
• Terbagi atas tiga grade, yaitu:
• Grade II : diskontinuitas aksonal dan myelin
Kerusakan pada akson; selubung saraf utuh
• Grade III : disrupsi aksonal + endoneurial,
mielin
Kerusakan pada akson; selubung saraf dalam
• Grade IV : ruptur perineurial + fasikel endo
Kerusakan pada akson sd selubung saraf luar
• Terjadi proses degenerasi wallerian
• Karena penetrasi peluru atau tusukan, traksi atau
kompresi dengan disertai iskemia
• Respon berubah/tak normal pd stimulasi listrik
• Waktu pemulihan 4-9 bulan
3. Neuronotmesis/neurotmesis
(grade V)
• Paling berat (diskontinuitas batang saraf atau
batang saraf terputus seluruhnya)
• Kerusakan pada akson dan seluruh selubung
saraf
• Terjadi proses degenerasi wallerian
• Penyebab sajatan, tusukan, traksi ataupun
penyuntikan saraf yang diikuti pembentukan skar
• Respon berubah/tak normal pd stimulasi listrik
• Waktu pemulihan 4-9 bulan
Degenerasi Wallerian

• Diawali dr tempat lesi ke distal akson


sampai ke “end organ”
• Ke proksimal: berhenti pd node of
ranvier pertama
• Akson disintegrasi, myelin pecah ->
globulus: lipid & protein
• Proses degenerasi lengkap 2-3 minggu
Regenerasi

• Neurofibril di proksimal lesi tumbuh ke distal


• Proliferasi sel schwan, dikelilingi plasma ->
selubung myelin
• Proses perlahan-lahan; awal: 1-1,5 mm/hr (1
inchi per bulan), makin lama makin pelan dan
mungkin berhenti/tidak regenerasi lagi.
Faktor yang mempengaruhi regenerasi saraf
• Usia
Pasien lebih muda memiliki kapasitas intrinsik yang lebih besar untuk re-
edukasi sensibilitas dan adaptabilitas motor dibanding pasien lebih tua.
• Jarak Dari End Organ
Makin proksimal cedera, makin panjang denervasi dari jaringan distal dan
makin lambat pemulihan fungsi. Diharapkan bahwa regenerasi akson paling
pesat pada tahun pertama setelah cedera pada orang dewasa, namun interval
antara cedera dan reinervasi end organ lebih lama dari 4-5 tahun maka
pemulihan fungsional akan terbatas
• Cedera yang Menyertai
luas cedera, jarak cedera, Terkenanya lebih dari satu saraf, Defisiensi vaskuler
berat atau osteomielitis berat yang merusak jaringan lunak sekitar saraf,
berperan pada infiltrasi fibrotik dan penyembuhan yang terlambat
• Mekanisme cedera
Cedera saraf yang berhubungan dengan traksi atau regangan mempunyai
prognosis lebih buruk dibanding akibat fraktura, Laserasi, injeksi dan tusukan
merupakan cedera kecepatan rendah yang sering tidak memperlihatkan
pemulihan spontan setelah cedera inisial
• Faktor tropik
Berbagai faktor trofik yang memperngaruhi regenerasi saraf telah diketahui.
Diantaranya faktor pertumbuhan saraf (nerve growth factor) serta faktor
penumbuh akson (akson outgrowth factor)
• Faktor Kondisi umum dan bagusnya sirkulasi darah
Demyelinisasi segmental
• Selubung myelin rusak tersebar
acak, tanpa ada kerusakan
akson/serabut saraf
• Lesi primer mempengaruhi sel
schwan
• Prognosis baik, akson tak rusak &
otot masih inervated
Degenerasi distal akson
• Kerusakan pada akson dan atau
sel body
• Akibat sekunder: hilangnya
selubung myelin
• Sel body rusak, re-inervasi terjadi
dari saraf di sekitarnya melalui
sistem sinapsis
• Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf
yang  menghubungkan semua bagian 
tubuh dengan sistem saraf pusat.
(1) Sistem saraf sadar/somatik
Sistem saraf sadar/somatik merupakan
sistem saraf yang  kerjanya berlangsung
secara sadar/diperintah oleh otak. 
• Bedakan menjadi dua yaitu :
(a) Sistem saraf pada otak
Sistem saraf pada otak merupakan sistem
saraf yang berpusat pada otak dan
dibedakan menjadi 12 pasang saraf, seperti
tercantum pada tabel berikut:
• (a) Sistem saraf sumsum spinalis
Sistem saraf sumsum spinalis merupakan sistem saraf yang berpusat pada
medula spinali (sumsum tulang belakang) yang berjumlah 31 pasang saraf
yang terbagi sepanjang medula spinalis. 31 pasang saraf medula spinalis,
seperti tercantum pada tabel berikut:
Tabel no. 2. Sistem saraf medulla spinalis

  Jumlah Medula spinalis daerah Menuju

7 pasang Serviks Kulit kepala, leher dan otot


tangan
12 pasang Punggung Organ-organ dalam

5 pasang Lumbal/pinggang Paha

5 pasang Sakral/kelangkang Otot betis, kaki dan jari kaki

1 pasang Koksigeal Sekitar  tulang  ekor

Anda mungkin juga menyukai