Anda di halaman 1dari 39

H. NUR ROZUQI, S.Pd.

Lembaga Kajian Desa Indonesia


DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 12Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
111 Tahun 2014 tentang Pedoman
peraturan desa
Peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh kepala desa
setelah dibahas dan disepakati
bersama Badan Permusyawaratan
Desa.
JENIS DAN HIERARKI
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
SESUAI UU NO 12 TAHUN 2011
UUD 1945
UU/PERPPU
PP
PERPRES
PERDA
PERATURAN PERUNDANGAN YANG
DITANDATANGANI ANTARA LAIN
OLEH KEPALA DESA .
JENIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI DESA
• Peraturan Desa (Perdes)
• Peraturan Bersama Kepala Desa
(Persamakades)
• Peraturan Kepala Desa (Perkades)
Peraturan diatas dilarang bertentangan
dengan kepentingan umum dan atau
ketentuan peraturan yang lebih tinggi.
Perdes dan perkades diundangkan dalam
lembaran desa dan berita desa
ASAS PEMBENTUKAN
PERATURAN DESA

1. Kejelasan tujuan
2. Kelembagaan atau organ pembentuk
yang tepat
3. Kesesuaian antara jenis dan materi
muatan
4. Dapat dilaksanakan
5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan
6. Kejelasan rumusan
7. Keterbukaan.
MATERI PERATURAN DESA
 Pemerintahan Desa
 Pembangunan desa
 Pemberdayaan masyarakat
 Penjabaran Peraturan yang lebih tinggi
 Kondisi saat ini, mana yang sudah dan
mana yang belum diatur?
 Harus dibiasakan agar peningkatan
keuangan desa menjadi Berkah bukan
Musibah.
TUGAS KADES
Menyelenggarakan urusan :
- Pemerintahan.
- Pembangunan
- Pembinaan Kemasyarakatan.
- Pemberdayaan Masyarakat
- Memerlukan peraturan perundang
undangan di tingkat Desa (Perdes
dan Perkades)
MATERI
PERATURAN KEPALA DESA

Penjabaran pelaksanaan Peraturan


Desa yang bersifat pengaturan
(aturan pelaksanaan, apabila perdes
belum bisa terimplementasi atau
lebih mempercepat pelaksanaan)
Peraturan Desa
tidak boleh bertentangan
dengan kepentingan umum
dan/atau peraturan
perundang-undangan yang
lebih tinggi.
Siapa yang mengawasi ?
Internal BPD eksternal camat
Bupati/walikota
Rancangan Peraturan Desa
diprakarsai oleh Pemerintah Desa
BPD dapat mengusulkan rancangan
perdes kepada pemdes
(dapat berasal dari usul inisiatif BPD)
Rancangan Peraturan Desa Wajib
Dikonsultasikan kepada Masyarakat untuk itu
Masyarakat berhak memberikan masukan
baik secara tertulis maupun lisan terhadap
Rancangan Peraturan Desa
Bagaimana caranya ?
Sebelum diusulkan ke BPD dan
sesudah diusulkan
 Rancangan Peraturan Desa dibahas dan
disepakati secara bersama oleh
Pemerintah Desa dan BPD.

 Rancangan Peraturan Desa (kecuali


rancangan Peraturan Desa tentang
APBdes, Pungutan, Tata ruang, dan
organisasi pemdes) yang telah dibahas
dan disepakati disampaikan paling lama
7 hari oleh pimpinan BPD kepada kades
dan wajib ditetapkan paling lama 15 hari
setelah diterimanya rancangan perdes.
• Rancangan Perdes tentang APBDes, pungutan, dan penataan
ruang /Tata Ruang serta Organisasi Pemerintahan Desa harus
mendapat evaluasi dari pati/Walikota.

• Hasil evaluasi paling lama 20 hari kera terhitung sejak


diterima Rancangan Perdes, dan Kepala Desa wajib
memperbaiki dengan angka waktu 20 hari.

• Apabila Bupati/Walikota blm memberikan hasil evaluasi Ran


Perdes, Kades dapat menetapkan menjadi Perdes atau berlaku
dengan sendirinya.

• Perdes dan Perkades diundangkan dalam lembaran desa dan


berita desa oleh sekretaris desa dan sejak itu mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat, serta disampaikan kepada
Bupati/walikota paling lama 7 hari setelah diundangkan.
 Ran Perdes yang telah dibahas dan
disepakati Kepala Desa dan BPD
disampaikan oleh pimpinan BPD dgn
surat pengantar kepada Kepala Desa
untuk ditetapkan menjadi Perdes.

 Penyampaian Ran Perdes oleh BPD


dilakukan dalam jangka waktu min 7
hari terhitung sejak tanggal
pembahasan dan kesepakatan
bersama.
 Ranperdes wajib ditetapkan oleh Kades
dgn membubuhkan tanda tangan dalam
waktu max 15 hari sejak diterimanya
Ranperdes.

 Perdes wajib mencantumkan batas waktu


penetapan pelaksanaan.

 Perdes sejak ditetapkan, dinyatakan mulai


berlaku dan mempunyai kekuatan hukum
yg mengikat, kecuali ditentukan lain di
dalam Peraturan Desa tersebut.
 Perdes yang ditetapkan, tidak boleh
berlaku surut.

 Perdes yg telah ditetapkan disampaikan


Kades kepada Bupati/Walikota melalui
Camat sebagai bahan pembinaan dan
pengawasan max 7 hari setelah
ditetapkan.

 Perdes dan peraturan pelaksanaannya


wajib disebarluaskan kepada masyarakat
oleh Pemerintah Desa.
 Peraturan Desa dan Peraturan
Kepala Desa dimuat dalam Lembaran
Desa dan Berita Desa

 Pemuatan dilakukan oleh Sekretaris


Desa.

 Peraturan Desa dan Peraturan


Kepala Desa disebarluaskan oleh
Pemerintah Desa.
 PEMBATALAN PERDES DAN
PERKADES.

 Perdes dan perkades yang


bertentangan dengan kepentingan
umum dan atau ketentuan peraturan
perundangan yang lebih tinggi
dibatalkan oleh Bupati/Walikota.
PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA

 Merupakan peraturan bersama kepala desa


dalam rangka kerjasama antar desa.
 Peraturan bersama kepala desa
ditandatangani oleh kepala desa dari 2 desa
atau lebih yang melakukan kerjasama.
 Peraturan bersama kepala desa
disebarluaskan kepada masyarakat desa
masing masing.
HUBUNGAN MUDES DENGAN
MUSRENBANG DESA DAN ATAU
MUSYAWARAH BPD

HAL HAL YANG BERSIFAT STRATEGIS SEPERTI : PENATAAN


DESA, PERENCANAAN DESA, KERJASAMA DESA, RENCANA
INVESTASI , PEMBENTUKAN BUMDES, ASET DESA, KEJADIAN
LUAR BIASA (PILKADES MUDES), PEMBELANJAAN DESA
WAJIB DIMUSYAWARAHKAN MELALUI MUDES

HASIL PEMBAHASAN DAN KESEPAKATAN MUDES SEBAGAI


BAHAN MUSRENBANGDES DAN ATAU BAHAN RANCANGAN
PERATURAN DESA.

PEMBAHASAN DAN KESEPAKATAN RANCANGAN PERDES


MELALUI MUSYAWARAH BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
HASIL MUDES antara lain
1. Penataan desa kesepakatan penataan
desaperda.
2. Perencanaan desa dan belanja desa
bahan musrenbangdes rancangan
perdes RPJMdesa, RKPdesa,
APBdesamusyawarah BPD dibahas dan
disepakti bersama pemdes  perdes
RPJMdesa, RKPdesa dan APBdesa (setelah
mendapat evaluasi Bupati/walikota)
Dan hasil pembangunan diinformasikan
kepada masyarakat dan melaporkan dalam
mudes.
Lanjutan HASIL MUDES
3. kerjasama desa kesepakatan kerjasama
dengan pihak ketiga , kesepakatan
musyawarah antar desa, ditindaklanjuti
Peraturan Bersama Kepala Desa
4. Aset desa kesepakatan pengelolaan
kekayaan milik desa dan pendayagunaan aset
desa.
5. Pendirian Bumdes dilanjutkan dengan
rancangan Perdes Bumdes.
6. Pilkades antar waktu kesepakatan usul
pilkades
7. Investasi desa  kesepakatan akan investasi
Musyawarah BPD
Mekanisme musyawarah :
1. Musyawarah dipimpin oleh pimpinan BPD.

2. Musyawarah sah dihadiri 2/3 jumlah


anggota BPD.

3. Keputusan dengancara musyawarah


mencapai mufakat atau pemungutan suara
disetujui ½ ditambah 1 anggota BPD.

4. Hasil musyawarah ditetapkan dengan


keputusan BPD.
Lanjutran Musyawarah BPD
Pengaturan tata cara musyawarah
BPD :
1. Tata cara pembahasan rancangan
perdes
2. Konsultasi mengenai rencana dan
program pemerintah desa
3. Tata cara mengenai pengawasan
kinerja kades
4. tata cara penampungan atau
penyaluran aspirasi masyarakat.
PERATURAN DESA ………….
NOMOR ….. TAHUN …..
TENTANG
………………………………………………………..
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA,

Menimbang : a. bahwa ……………………………………………………………………;

: b. bahwa ……………………………………………………………………;

: c. bahwa …………………………………………………………………dst

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor…. Tahun…. Tentang…


(Lembaran Daerah Kabupaten…. Tahun …. Nomor ….,
Tambahan Lembaran Negara Nomor…..);
: 2. ………………………………………………………………………………;

: 3. ……………………………………………………………………………dst

Dengan Kesepakatan Bersama


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
dan
KEPALA DESA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG …………………………..


…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
BAB I
KETENTUAN UM UM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:


1. Desa adalah……………………………………………………………………………………………………………………………..………………………
2. Pemerintah Desa adalah……………………………………………………………………………………………………………………………..
3. Kepala Desa adalah……………………………………………………………………………………………………………………………………….

BAB ….
………………………………………………………………..

Bagian Pertama
…………………………………………………………………
Paragraf 1

Pasal 2
…………………………………………………………………………………………………………………

Pasal 3
(1) ……………………………………………………………………………………………………………………
(2) .………………………………………………………………………………………………………………….

BAB ….
KETENTUAN PERALIHAN (apabila ada)
Pasal 5
(1) …………………………………………………………………………………………………………………………………………
(2) …………………………………………………………………………………………………………………………………………
BAB ….
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
……...
……………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
……..
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………….
Pasal 7
Agar setiap orang …………
Ditetapkan di …………
pada tanggal …………………………
KEPALA DESA ………..

……………………
PERATURAN DESA ………..
NOMOR ….. TAHUN …..

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA


NOMOR …. TAHUN …. TENTANG …..

KEPALA DESA,
Menimbang : a. bahwa ……………………………………………………………………………………………;

: b. bahwa ……………………………………………………………………………………………;

: c. bahwa ………………………………………………………………………………………dst

Mengingat : 1. Peraturan Daerah Nomor.. Tahun.. Tentang… (Lembaran


aerah Republik Indonesia…. Tahun …. Nomor ….,
Tambahan Lembaran Negara Nomor…..);
: 2. …………………………………………………………………………………………………………;

: 3. ……………………………………………………………………………………………………dst

Dengan Kesepakatan Bersama


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
dan
KEPALA DESA
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DESA


NOMOR …. TAHUN …. TENTANG ….
Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Desa …..Nomor …. Tahun …. tentang …. diubah sebagai
berikut:

1. Diantara BAB IX dan BAB X di sisipkan 1 (satu) bab, yakni BAB IX A sehingga berbunyi sebagai berikut:

D. Pasal 10 ditambah ayat (5), yang berbunyi :


“(5)…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
E. Diantara Pasal 14 dan Pasal 15, disisipkan satu pasal “Pasal 14A” baru yang berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 14A
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ..

F. Dalam Pasal 18, perkataan “………………………………………………………………” dibaca “……………………………….”


G. Dalam ayat (2) dari Pasal 20, diantara perkataan “……………………….” dan “…………………………………”
disisipkan perkataan “…………………………………………….”
H. Dalam ayat (2) dari Pasal 27, perkataan “ …………………………………..” dihapus.
Pasal II
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang ……….

Ditetapkan di ……………….
pada tanggal …………………………
KEPALA DESA

……………………..
PERATURAN DESA …………..
NOMOR ….. TAHUN …..
TENTANG
PENCABUTAN PERATURAN DESA………..
NOMOR …. TAHUN …. TENTANG …..

KEPALA DESA ………

Menimbang : a. bahwa ……………………………………………………………………………………………;

: b. bahwa ……………………………………………………………………………………………;

: c. bahwa ………………………………………………………………………………………dst

Mengingat : 1. Peraturan Desa Nomor…. Tahun…. Tentang… (Lembaran


daerah Kabupaten …. Tahun …. Nomor …., Tambahan
Lembaran daerah Nomor…..);
: 2. …………………………………………………………………………………………………………;

: 3. ……………………………………………………………………………………………………dst

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN KEPALA DESA TENTANG PENCABUTAN PERATURAN


DESA ….. NOMOR …. TAHUN …. TENTANG ….
Pasal 1
Mencabut Peraturan Desa Nomor …. Tahun …. tentang
…………………………………………………

Pasal 2
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiapn orang ……….

Ditetapkan di ……………..
pada tanggal …………………………
KEPALA DESA ………..

………………………………………………….
PENOMORAN

SETIAP PRODUK HUKUM DILAKUKAN


PENOMORAN OLEH SEKRETARIS DESA
Beberapa hal yang diatur dengan
Perdes antara lain :
1. Pembentukan dusun
2. Sebutan dusun atau nama lain
3. SOTK Pemerintahan desa
4. RPJMDesa dan RKP Desa
5. APBDesa
6. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa
7. Pengelolaan keuangan oleh Kades
8. Pembentukan Bumdes
9. Lembaga kemasyarakatan
10.Pungutan, Tata ruang dan lain lain.

Anda mungkin juga menyukai