Anda di halaman 1dari 17

Peraturan

dan
Perundang
an K3
“UU NO.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan”
Kelompok 6
Riezky Febrianty Djabril (14120180106)
Nur Ardianty Latarissa (14120180209)
Asrianti Askar (14120180316)
Definisi 01 Dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa “Tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
Ketenagakerjaan berasal dari kata menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi
tenaga kerja kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.”

Pasal 1 angka 1 UU No. 13 Tahun 2003 tentang


02 Ketenagakerjaan adalah “Ketenagakerjaan adalah segala
hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.”
Dasar hukum pengesahan
UU No.13 Tahun 2003

Landasan hukum pengesahan UU 13/2003 tentang


Ketenagakerjaan adalah
• Pasal 5 ayat (1),
• Pasal 20 ayat (2),
• Pasal 27 ayat (2),
• Pasal 28, dan
• Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
Tujuan Pembangunan Ketenagakerjaan

Mewujudkan Memberikan
pemerataan perlindungan
Memberdayakan kesempatan kerja kepada tenaga
dan dan penyediaan kerja dalam
mendayagunakan tenaga kerja yang mewujudkan
tenaga kerja secara sesuai dengan kesejahteraan dan
optimal dan kebutuhan meningkatkan
manusiawi pembangunan kesejahteraan
nasional dan tenaga kerja dan
daerah Keluarganya
1 3
2
Ruang
Lingkup

1. Pengusaha

a. Orang Perseorangan, Persekutuan, atau Badan


Hukum yang menjalankan suatu perusahaan
milik sendiri.
b. Orang Perseorangan, Persekutuan, atau Badan
Hukum yang menjalankan suatu perusahaan
bukan miliknya.
c. Orang perseorangan, Persekutuan, atau Badan
Hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
huruf A dan B yang berkedudukan diluar
wilayah Indonesia
2. Perusahaan

a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau


tidak, milik orang perseorangan, milik
persekutuan atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang
mempekerjakan pekerja/ buruh dengan membayar
upah atau imbalan dalam bentuk lain.

b. Usaha-usaha social dan usaha-usaha lain yang


mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang
lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
Ketentuan Perjanjian Kerja dalam UU No 13 Tahun
2003

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum


Dalam Pasal 1320 KUH Perdata dalam perjanjian yang telah disepakati dan
terdapat syarat-syarat terjadinya ketentuan yang tercantum dalam UU No.13
suatu perjanjian yang sah adalah: Tahun 2003 maka terdapat unsur dari
hubungan kerja yaitu :

1. Kesepakatan mereka yang 1. Adanya unsur service (pelayanan)


mengikatkan dirinya; 2. Adanya unsur time (waktu)
2. Kecakapan untuk membuat suatu 3. Adanya unsur pay (upah)
perikatan
3. Suatu pokok persoalan tertentu
4. Suatu sebab yang tidak dilarang
5. Hubungan kerja
Hak dan Perlindungan
Pekerja dan Pengusaha
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2. Kesejahteraan (Jamsostek)
3. Kebebasan Berserikat
4. PHK Terselubung atau sepihak
5. Pengupahan
6. Waktu kerja (meliputi kerja lembur)
2. Kepada Pengusaha

(1) No pay
No Work
(3) Hak sanksi
bagi pekerja
(5) PHK bagi
pelanggar
hukum

(2) Hak mutasi


(7) Perlindungan
bersifat normative
(4) Hak Mengatur
dan memerintah
(6) PHK dalam
masa percobaan
Pelaksanaan Hubungan
Kerja di Indonesia
Pasal 1 angka 15 UU No.13 Tahun 2003,
menyebutkan bahwa :

Hubungan kerja Hubungan kerja


adalah hubungan adalah suatu
antara pengusaha hubungan pengusaha
dengan pekerja dan pekerja yang
atau buruh timbul dari
berdasarkan perjanjian kerja yang
perjanjian kerja diadakan untuk
yang mempunyai waktu tertentu
unsur-unsur namun waktu yang
pekerjaan, upah tidak menentu
dan perintah
Unsur-unsur Perjanjian
1. Unsur Pekerjaan Kerja
Dengan disepakatinya pekerjaan oleh kedua belah pihak, maka pekerja telah terikat kewajiban
untuk melakukan pekerjaan. Pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja dan jika
ingin menyuruh orang lain harus mendapat izin majikan.
KUH Perdata pasal 1603a berbunyi : "Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya, hanya
dengan seizin majikan ia dapat menyuruh orang ketiga menggantikannnya."

2. Unsur Upah
Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja (perjanjian kerja) bahkan dapat
dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja bekerja adalah untuk memperoleh upah.
Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan tersebut bukan merupakan
hubungan kerja.

3. Unsur Perintah
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah pekerja
yang bersangkutan harus tunduk terhadap perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan
sesuai dengan yang diperjanjikan
Berakhirnya
Hubungan Kerja

UU 13/2003 telah menggariskan bahwa perjanjian kerja


berakhir apabila terjadi salah satu peristiwa berikut ini:
1. Pekerja Meninggal Dunia
Konsekuensi yuridisnya, bagi ahli waris Pekerja Tetap,
berdasarkan Pasal 166 UU 13/2003 berhak untuk
memperoleh “sejumlah uang”. Bagi ahli waris Pekerja
Kontrak, berdasarkan Pasal 62 UU 13/2003 tidak
berhak atas ganti rugi sebesar upah pekerja sampai batas
waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.

2. Berakhirnya Jangka Waktu Perjanjian


Kerja
Dalam hal pekerja waktu tertentu (PKWT) berakhir jangka
waktunya, maka berakhirlah hubungan hukum antara pengusaha
dan pekerja secara hukum. Namun, jika pengusaha tetap
mempekerjakan pekerja, meskipun 1 hari tanpa adanya
pemberitahuan perpanjangan atau pemberitahuan sebelumnya,
maka status pekerja telah berubah menjadi Pekerja Tetap sejak
saat itu juga.
3. Adanya Putusan Pengadilan dan/atau
Putusan atau Penetapan LPPHI
Adanya putusan  dan/atau penetapan LPPHI yang
menyebabkan perjanjian berakhir, selalu didahului dengan
terjadinya perselisihan pemutusan hubungan kerja (PHK)
antara pengusaha dan pekerja

4. Adanya Keadaan atau Kejadian Tertentu


Sepanjang di dalam Perjanjian Kerja, PP, atau PKB
telah mencantumkan secara tegas bentuk-bentuk kejadian atau
keadaan tertentu tersebut. ketentuan Pasal 61 ayat (1) huruf d UU
13/2003 ini, harus dimaknai sebagai ketentuan pembatalan atau
pengakhiran perjanjian karena terpenuhinya syarat
batal sebagaimana diatur dalam Pasal 1265 – 1267 KUH Perdata.
Perjanjian Kerja Berakhir
atas Persetujuan
05 Pengakhiran PKWT
Berakhirnya perjanjian atas dasar 06
persetujuan pengusaha dan pekerja sesuai Apabila salah satu pihak
prinsip dalam Pasal 1338 ayat (2) KUH mengakhiri hubungan kerja sebelum
Perdata yang menggariskan bahwa berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan
perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dalam PKWT, atau berakhirnya hubungan
dengan kesepakatan kedua belah pihak kerja bukan karena ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61
ayat (1), maka pihak yang mengakhiri
hubungan kerja diwajibkan  membayar
ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar
upah pekerja sampai batas waktu
berakhirnya jangka waktu perjanjian
kerja.
THANK YOU
Any questions ?

Anda mungkin juga menyukai