Anda di halaman 1dari 8

RESUME ERGONOMI

MEMAHAMI SIKAP TUBUH YANG ERGONOMIS DALAM BEKERJA DAN


DAMPAKNYA

OLEH :

RIEZKY FEBRIANTY DJABRIL

(14120180106)

C6

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020

1
A. Pengertian Sikap Tubuh
Sikap Badan adalah posisi alami tubuh yang diatur dan dibiasakan sedemikian rupa sesuai
dengan keadaan yang tersedia agar memperoleh rasa nyaman, aman, sehat dan selamat. Selain
itu perlunya memperhatikan sikap badan juga guna untuk menghindari sikap badan yang tidak
alamiah dalam bekerja yang dapat mempengaruhi kesehatan dan memperkecil beban statis.
Sikap kerja adalah tindakan yang akan diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan
pekerja tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan (Sada dalam Purwanto,
2008).
Sikap kerja juga diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas atau tidak puas
terhadap pekerjaannya (Aniek dalam Purwanto, 2008). Kemudian pada saat bekerja perlu
diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman dan
tahan lama (Merulalia, 2010).
Sikap tubuh dalam bekerja atau sikap kerja adalah suatu gambaran tentang posisi badan,
kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antar bagian-bagian tubuh
tersebut maupun letak pusat gravitasinya. Faktor-faktor yang paling berpengaruh meliputi sudut
persendian, inklinasi vertikal badan, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau
pengurangan bentuk kurva tulang belakang. Faktor-faktor tersebut akan menentukan efisien
atau tidaknya sikap tubuh dalam bekerja.
Sikap badan yang benar dibutuhkan dalam segala situasi, kondisi dan tempat.Seperti halnya
saat bekerja. Sikap badan merupakan faktor resiko ditempat kerja. Sikap badan dalam bekerja
berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandang. Untuk merencanakan tempat
kerja dan perlengkapannya diperlukan ukuran – ukuran tubuh yang menjamin sikap badan
sealamiah mungkin dan memberi ruang gerak sesuai kebutuhan.
Sikap tubuh merupakan faktor resiko ditempat kerja. Manusia di muka bumi ini untuk dapat
makan harus bekerja, sikap tubuh saat melakukan setiap pekerjaan dapat berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu pekerjaan, mari kita mempelajari bagaimana sikap kerja yang efektif untuk
menghasilkan produk yang maksimal (Anonim, 2010).
Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas
pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya diperlukan ukuran- ukuran
tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukannya gerakan-
gerakan yang dibutuhkan. Pada posisi berdiri dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum area
kerja adalah 5-10 cm dibawah siku.

B. Macam – macam Sikap Tubuh Saat Bekerja


Di dalam ergonomi sikap badan atau posisi kerja sangan diatur dan memiliki beberapa
persyaratan yang harus dilaksanakan yaitu :
a. Untuk pekerja yang duduk, posisi badan harus terasa nyaman selama melaksanakan
pekerjaan. Selain itu psikologis juga harus diperhatikan agar tidak mengalami gangguan.
b. Untuk pekerja yang berdiri, posisi badan harus benar dengan tulang punggungyang lurusdan
bobot badan terbagi pada kedua tungkai (antara tungkai kanan dan kiri keduanya menjadi
tumpuan bukan hanya salah satu).
Dalam penerapan sikap badan atau posisi tubuh dalam bekerja diperlukan juga adanya
keseimbangan antara penunjang kerja atau alat kerja baik dari segi bentuk, ukuran dan susunan.

2
C. Sikap badan atau posisi tubuh dalam bekerja ada tiga macam yaitu :
1. Kerja dengan Posisi Duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan
bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak
kaki.Posisi duduk pada otot rangka (musculoskletal) dan tulang belakang terutama pada
pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah
(Santoso, 2004).
Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau
berbaring, jika posisi duduk tidak benar. Tekanan posisi tidak duduk 100%, maka tekanan
akan meningkat menjadi 140% bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan
meningkat menjadi 190% apabila saat duduk dilakukan membungkuk kedepan. Oleh karena
itu perlu sikap duduk yang benar dapat relaksasi (tidak statis) (Nurmianto dalam Santoso,
2004).
Sikap kerja yang baik dengan duduk yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap tubuh
dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit
kifosa pada punggung dimana otot-otot punggung menjadi terasa enak dan tidak
menghalangi pernafasan.Pekerjaan sejauh mungkin dilakukan sambil duduk.
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut: kurangnya kelelahan pada
kaki, terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi, dan
kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah (Suma’mur, 1989). Sedangkan untuk kerugian
bekerja sambil duduk yaitu : melembetnya otot-otot perut, melengkungnya punggung, dan
Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ pada sistem pencernaan jika
posisi dilakukan secara membungkuk.
Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu dapat
mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator bekerja yang bekerja
sambil duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara potensial lebih produktif dan
operator juga lebih kuat bekerja sehingga lebih cekatan dan mahir. Namun sikap duduk yang
keliru akan merupakan penyebab adanya masalah-masalah punggung.

2. Kerja dengan Posisi Berdiri


Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri adalah tinggi badan
berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan. Bekerja dengan posisi berdiri
terus menerus sangat mungkin akan mengakibatkan penumpukan darah dan beragai cairan
tubuh pada kaki dan ini akan membuat bertambahnya biola berbagai bentuk dan ukuran
sepatu yang tidak sesuai, seperti pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur
pasti memerlukan sepatu ketika bekerja (Santoso, 2004).
Apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek dan terjadi bengkak pada jari
kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Sepatu yang baik adalah yang dapat
manahan kaki (tubuh) dan kaki tidak direpotkan untuk menahan sepatu, desain sepatu
harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki dan apabila bagian sepatu dikaki terjadi
penahanan yang kuat pada tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan itu terjadi dalam
waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan (Santoso, 2004).
Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada tenaga kerja
dengan posisi berdiri, contohnya yaitu seperti yang diungkapkan Granjean (dalam Santoso,

3
2004) merekomendasikan bahwa untuk jenis pekerjaan teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm
di atas siku. Untuk jenis pekerjaan ringan, letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku,
dan untuk pekerjaan berat, letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku (Santoso,
2004).

3. Kerja Dengan Posisi Membungkuk


Membungkuk adalah posisi tubuh dimana tulang punggung melengkung ke depan
melebihi batas normal yaitu lebih dari 40 derajat.
Berdasarkan penelitian bahwa tenaga kerja yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri
tegak dirubah menjadi posisi setengah duduk tanpa sandaran dan setengah duduk dengan
sandaran menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar
kelompok (Santoso dalam Romanenko, 2004). Yang mana posisi kerja yang baik adalah
bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan
berdiri lebih baik dalam posisi duduk (Romanenko dalam Suma’mur, 1989).
Hal itu dikarenakan sebagian berat tubuh disanggah oleh tempat duduk juga konsumsi
energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi dibandingkan tiduran, tetapi lebih rendah dari
pada berdiri. Posisi duduk juga dapat mengontrol kekuatan kaki dalam pekerjaan, akan
tetapi harus memberi ruang yang cukup untuk kaki karena bila ruang yang tersedia sangat
sempit maka sangatlah tidak nyaman.

D. Sikap Tubuh Dengan Posisi Yang Lain


1. Menjinjing Beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. Beban yang
diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:

Tingkat Dewasa Tingkat Muda

Pria (Kg) Wanita (Kg) Pria (Kg) Wanita (Kg)


Deskripsi

Sekali-sekali 40 15 15 10-12
Terus-menerus 15-18 10 10-15 6-9

4
Tabel beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan
Jenis Kelamin Umur (th) Beban yang disarankan (kg)
Laki-laki 16-18 15-20
>18 40
Wanita 16-18 12-15
>18 15-20

2. Sikap Kerja Alamiah


Sikap kerja almiah aadalh sikap kerja atau posisi kerja yang sesuai dengan bentuk alamiah
kurva tulang belakang. Misalnya pada sikap kerja duduk yang paling baik adalah sedikit
lordose pada pinggang dan sedikit kifose pada punggung. Dengan posisi seperti ini pengaruh
buruk pada tulang belakang terutama pada lumbosacral dapat dikurangi. Hal ini dapat
dicapai dengan penggunaan kursi dengan sandaran pinggang yang sesuai dengan bentuk
anatomis alami tulang belakang.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh
bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu
membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari
pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja
dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Posisi tubuh
atau sikap kerja yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis dalam waktu lama
dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pekerja antara
lain :
a. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan seperti
pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lain-lain.
b. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.
c. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan kaki, tangan
atau leher/kepala).
d. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring, bongkok).

E. Sikap Tubuh Yang Baik Saat Bekerja


Masih banyak industri dan berbagai sektor, lebih-lebih sektor informal, belum menjadikan
ergonomi sebagai prioritas dalam merancang lingkungan kerja. Sebagian bahkan tidak
menganggap penting sama sekali. Keberhasilan maupun kegagalan peran manusia dalam
menguasai alat-alat produksi tergantung pada kemampuannya dan kesanggupannya maupun
keterbatasannya, sehingga untuk memperoleh hasil yang optimal, alat-alat produksi harus
direncanakan dalam konstruksi maupun operasional sesuai kemampuan dan kesanggupan
tenaga kerja. Demikian pula tata ruang kerja, penempatan alat-alat maupun kondisi ruang kerja,

5
harus memungkinkan pekerjaan yang nyaman. Penting pula penataan jam kerja yang sesuai
dengan pasang surutnya daya kerja alami (circadian rhythm) tenaga kerja.
Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan tata letak
peralatan, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara memperlakukan peralatan seperti macam
gerak, arah dan kekuatan. Dalam hal normalisasi ukuran peralatan, harus diambil ukuran
terbesar sebagai dasar, untuk selanjutnya dapat diatur, misalnya ukuran dibesarkan dan
dikecilkan, atau dapat dinaikturunkan, disetel maju atau mundur dan lain-lain.
Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Namun dari sudut
tulang lebih baik tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Untuk itu
dianjurkan memiliki sikap duduk yang tegak, diselingi istirahat dengan sedikit membungkuk.
Arah penglihatan untuk pekerjaan yang berdiri adalah 23-37 derajat ke bawah, sedangkan untuk
pekerjaan duduk 32-44 derajat ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang
istirahat, sehingga tidak mudah lelah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan
pekerjaan, yaitu :
1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara
bergantian
2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak
memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil.
3. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani, melainkan dapat
memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak pakai untuk bekerja dan tidak
menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan
kesemutan yang dapat menganggu aktivitas.

F. Dampak dari Jika Seseorang Salah dalam Posisi Tubuh saat Bekerja
Keluhan Muskuloskeletal :
Definisi Keluhan Muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh
seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban
statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan
dengan keluhan musculoskeletal disorders atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara
garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka, 2004), yaitu :
a. Keluhan sementara (reversible)
Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis,
namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.
b. Keluhan menetap (persistent)
Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah
dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. Hasil studi menunjukkan bahwa
bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu,
lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot – otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal
pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja
yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang

6
Hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal)
yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot – otot bagian
bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan
akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.
1. Penyebab Keluhan Muskuloskeletal
Menurut Peter Vi (2000) yang dikutip oleh Rizki (2007) menjelaskan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu :
- Peregangan Otot yang Berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana
aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat,
mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini
terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot.
Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan
otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeleletal.
- Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus seperti pekerjaan
mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan lain – lain. Keluhan otot terjadi
karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus – menerus tanpa
memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
2. Penyebab sekunder terjadinya keluhan muskuloskeletal, yaitu :
- Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat
tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima
tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat
menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
- Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah.
Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat
meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
- Mikroklimat
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan
kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai
dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas.
Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian
energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan
lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup,
maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah
kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat
terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri
otot.
- Penyebab Kombinasi
Selain faktor – faktor yang telah disebutkan di atas, beberapa ahli menjelaskan bahwa
faktor individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan
fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi penyebab terjadinya keluhan otot skeletal.

7
8

Anda mungkin juga menyukai