Semester II
Disusun oleh :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
2.1.1 Ergonomi
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-informasi
mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat
sistem kerja yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien).
Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan.Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama
yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek
kualitas kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada
perusahaan, yang berujung kepada produktivitas dan kualitas kerja.
Pencapaian kinerja manajemen K3 sangat tergantung kepada sejauh mana
faktor ergonomi telah terperhatikan di perusahaan tersebut. Kenyataannya,
kecelakaan kerja masih terjadi di berbagai perusahaan yang secara
administratif telah lulus (comply) audit sistem manajemen K3. Ada ungkapan
bahwa “without ergonomics, safety management is not enough”. Keluhan yang
berhubungan dengan penurunan kemampuan kerja (work capability) berupa
kelainan pada sistem otot-rangka (musculoskeletal disorders) misalnya, seolah-
olah luput dari mekanisme dan sistem audit K3 yang ada pada umumnya.
Padahal data menunjukkan kompensasi biaya langsung akibat kelainan ini
(overexertion) menempati rangking pertama (sekitar 30%) dibandingkan
dengan bentuk kecelakaan-kecelakaan kerja yang lain.
b. Pada siku
- Rotasi lengan, adalah gerakan yang terjadi pada persendian lengan
dan siku. Durasi untuk posisi janggal pada siku belum ada
standarnya
- Ekstensi penuh, adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh sumbu
lengan atas dan sumbu lengan bawah ≥ 135°. Durasi untuk posisi
janggal pada siku belum ada standarnya. Frekuensi posisi janggal
tersebut dilakukan secara berulang ≥ 2 kali per menit.
c. Pada bahu
Bahu merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penopang
otot. Karena itu postur janggal pada tangan dan pergelangan tangan juga
dapat mempengaruhi keadaan bahu dikarenakan bahu merupakan tempat
penopang otot-otot tangan. Bentuk postur janggal pada bahu ditandai
dengan gerakan bahu yang mendekati ujung telinga bawah, baik yang kiri
maupun yang kanan. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10
detik, dan dilakukan sebanyak ≥ 2 kali per menit.
d. Pada leher
- Menunduk, yaitu ke arah depan sehingga sudut yang dibentuk oleh
garis vertikal dengan sumbu ruas tulang leher ≥ 20°. Postur janggal
ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan secara
berulang-ulang sebanyak ≥ 2 kali per menit.
- Rotasi, yaitu setiap gerakan dari leher yang memutar baik ke kanan
maupun ke kiri tanpa melihat besarnya derajat rotasi yang dilakukan.
Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan
dilakukan secara berulang-ulang sebanyak ≥ 2 kali per menit.
- Miring, yaitu setiap gerakan dari leher yang miring, baik ke kanan
maupun ke kiri, tanpa melihat besarnya sudut yang dibentuk oleh
garis vertikal dengan sumbu dari ruas tulang leher. Postur janggal ini
dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan secara
berulang-ulang sebanyak ≥ 2 kali per menit.
- Menengadah, yaitu setiap postur dari leher yang mendongak ke atas,
tanpa melihat besarnya sudut yang dibentuk oleh garis vertikal
dengan sumbu dari ruas tulang leher. Postur janggal ini
dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan secara
berulang-ulang sebanyak ≥ 2 kali per menit.
Musculoskeletal adalah risiko kerja mengenai gangguan otot yng disebabkan oleh
kesalahan postur kerja dalam melakukan suatu aktivitas kerja. Keluhan
musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh
seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot
menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan
hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal
disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal.
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil
studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka
(skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan
otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut, yang banyak dialami
oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back Pain = LBP). Laporan dari The
Bureau of Labour Statistics (LBS) Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat yang
dipublikasikan pada tahun 1982 menunjukkan bahwa hampir 20% biaya kompensasi
yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya keluhan/sakit pinggang. Besarnya biaya
kompensasi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan secara pasti belum diketahui.
Namun demikian, hasil estimasi yang dipublikasikan oleh NIOSH menunjukkan bahwa
biaya kompensasi untuk keluhan otot skeletal sudah mencapai 13 milyar US dolar
setiap tahun. Biaya tersebut merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan biaya
kompensasi untuk keluhan/sakit akibat kerja lainnya. Sementara itu National Safety
Council melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya paling tinggi
adalah sakit punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus.
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan
akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang
panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot
hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi
otot melebihi 20%, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi
yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot
menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi
penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.
Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi
untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan risiko keluhan otot skeletal.
Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor
subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Alat ergonomik
yang dapat digunakan yaitu Checklist, Model Biomekanik, Tabel Psikofisik, Model Fisik,
pengukuran dengan Videotape, Pengamatan melalui Monitor, Metode Analitik, Nordic
Body Map (NBM).
2. Rekayasa Manajemen
a. Pendidikan dan pelatihan.
b. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang.
c. Pengawasan yang intensif.
Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja
dilakukan perhitungan nilai. Perhitungan nilai melalui metode REBA ini dimulai
dengan menganalisis posisi neck, trunk, dan legs dengan memberikan score
pada masing-masing komponen.
Dari final REBA score dapat diperoleh skala dari level tiap aksi yang akan
memberikan panduan untuk resiko dari tiap level dan aksi yang dibutuhkan.
Perhitungan analisis postur ini dilakukan untuk kedua sisi tubuh, kiri dan kanan.
Penilaian postur kerja dengan metode ini, dengan cara memberikan skor
resiko antar satu sampai lima belas dimana skor tertinggi menandakan level
yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam
bekerja. Hal ini berati bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang teliti
bebas dari ergonomic hazard REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur
kerja yang beresiko dan melakukan segera mungkin. (Thyadia, 2012)
menyatakan bahwa ergonomic hazard adalah gangguan kesehatan pada
pekerja akibat ketidaksesusaian pekerjaan dengan pekerja.
2.5.3 OWAS (Ovako Working Postural Analysis system)
Owas adalah metode penilaian dan evaluasi dari postur tubuh
selama bekerja. Metode ini berlandaskan atas klasifikasi
sederhana dan sistematik atas postur tubuh dikombinasikan
dengan observasi atas pekerjaan yang dilakukan. Metode OWAS
ini dapat diaplikasikan antara lain di area :
a. Pengembangan lingkungan kerja atau metode kerja untuk
mengurangi beban pada muskoloskeletal dan membuatnya
lebih aman serta produktif.
b. Untuk merencanakan tempat kerja baru maupun metode
kerja yang baru
c. Di dalam melakukan survey ergonomi
d. Didalam melakukan survey kesehatan kerja
e. Di dalam peneklitian dan pengembangan
Fokus yang dinilai adalah postur tubuh, pergerakan saat bekerja, frekuensi
dari struktur kegiatan kerja, posisi kegiatan kerja di dalam sebuah proses
kerja, kebutuhan intervensi pada disain pekerjaan dan lingkungan kerja,
distribusi pergerakan tubuh, beban dan tenaga yang dibutuhkan saat
bekerja.
Program pengendalian kelelahan pada pekerja adalah suatu program yang dibuat
berdasarkan analisa terhadap kelelahan pada pekerja yang mana bertujuan untuk
membuat suatu program kerja yang baru yang lebih baik agar tingkat kelelahan yang
dialami pekerja lebih kecil (Tarwaka, 2010).
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kelelahan pada pekerja antara lain
adalah:
1. Melakukan perbaikan terhadap postur kerja operator yang salah atau kurang
ergonomis.
2. Melakukan perbaikan pada stasiun kerja si operator, seperti jarak, dan letak
bahan-bahan yang akan dipergunakan operator.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Barnes, Ralph M.1980. Motion and Time Study Design and Measurement of Work. 9th
edition. John Willey & Sons: New York
Mc. Cormic, E.J.1971.Human Factor in Engineering; Mc. Grawhill Company: New York, AS
Pulat, B.M.1991.Industrial Ergonomic Case Studies. Mc. Grawhill Company: New York, AS
Andrian, Deni. 2013. Pengukuran Tingkat Resiko Ergonomi Secara Biomekanika Pada
Pekerja Pengangkutan Semen (Studi Kasus: PT. Semen Baturaja). Laporan Kerja Praktek
Fakultas Teknik Universitas Binadarma, Palembang.
Susihono, Wahyu. 2012. Perbaikan Postur Kerja Untuk Mengurangi Keluhan
Musculoskeletal Dengan Pendekatan Metode OWAS (Studi Kasus Di UD. Rizki Ragil Jaya -
Kota Cilegon). Spektrum Industri Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
Serang.
Tarwaka, PGDip.sc. 2010. Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Harapan Press, Solo.