Anda di halaman 1dari 4

Upaya Pencegahan Dan Tindakan Untuk Mengurangi

Gangguan Muskuloskeletal
Berdasarkan penelitian Prasetyo (2010), menunjukan bahwa kekuatan otot maksimal adalah
pada usia 20-30 tahun dan akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Seorang dengan
usia lebih dari 30 tahun akan mengalami degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, pergantian
jaringan menjadi jaringan parut dan pengurangan cairan. Dengan kata lain, semakin tua usia
seseorang maka semakin tinggi resiko mengalami penurunan fungsi otot dan tulang yang
menjadi pemicu timbulnya keluhan muskuloskeletal (Olviana, A. Saftarina, F dan Wintoko,
2013).
Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang sering
dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri, membungkuk, jongkok,
berjalan (Priyono, 2014). Hal tersebut sesuai dengan teori Salami et al (2015) dalam Darma
(2018) bahwa pada pekerja yang bekerja pada posisi duduk statis mengalami resiko cedera yang
lebih tinggi karena pada posisi duduk statis menyebabkan proses vaskularisasi pada otot yang
bersangkutan tidak berjalan dengan baik sehingga akan menyebabkan timbulnya keluhan
muskuloskeletal.
Januario, L.B. Moreira, R.F.C. Barros, F.C dan Oliviera (2014) bahwa para penjahit rentan
untuk mengalami gangguan muskuloskeletal terutama pada daerah leher dan pinggang. Hal ini
terutama disebabkan karena paparan lingkungan kerja dengan antropometri yang tidak sesuai,
posisi kerja duduk yang statis dan tidak ergonomis, pengulangan gerakan yang sama dalam
waktu lama, serta kecepatan kerja yang tinggi. Paparan berkepanjangan terhadap faktor-faktor
risiko ini berpengaruh terhadap onset dan perkembangan gangguan muskuloskeletal. Lingkungan
kerja yang tidak sesuai dengan antropometri ukuran tubuh pekerja dapat menyebabkan pekerja
harus bekerja dengan posisi yang melelahkan dan membebani otot dan persendian. Jika
ketinggian meja terlalu rendah, pekerja harus membungkuk saat bekerja. Sedangkan pada meja
yang terlalu tinggi, pekerja harus bekerja dengan bahu yang terangkat. Posisi-posisi seperti ini
akan membebani leher, bahu, lengan.

Workplace stretching exercise adalah bentuk latihan fisik atau peregangan yang dilakukan di
tempat kerja untuk meningkatkan elastisitas, melenturkan otot, dan memperoleh kenyamanan
pada otot (Dewi et al., 2018). Workplace stretching exercise dapat mengurangi iskemia pada otot
yang mengalami spasme dengan adanya efek peningkatan sirkulasi darah pada otot yang disertai
dengan pembaharuan nutrisi untuk metabolisme dalam sel otot serta pengangkutan sisa
metabolisme. Selain itu peregangan akan meningkatkan fleksibilitas otot, memberikan
kesempatan pada otot untuk kembali ke kondisi resting length, memutus lingkaran spasme-nyeri-
spasme, meningkatkan kebugaran fisik, dan meningkatkan ROM serta mengurangi kelelahan
paada otot (Wahyuno, Y. dan Erawanti, 2014). Gerakan stretching ini sangat sederhana dan
mudah dilakukan. dapat dilakukan hampir di segala tempat dan kapan saja, tidak memerlukan
peralatan khusus, tidak memerlukan pakaian khusus dan tidak memerlukan ketrampilan khusus.

3.3 Upaya Pencegahan MSDs

Diperlukan suatu upaya pencegahan untuk meminimalisasi timbulnya MSDs pada


lingkungan kerja.upaya pencegahan tersebut dapat mempunyai manfaat berupa penghematan
biaya, meningkatkan produktivitas serta kualitas kerja dan meningkatkan kesehatan para
karyawan. Berikut upaya yang bisa dilakukan oleh para pekerja untuk mengurangi risiko
terjadinya kecelakaan kerja yaitu:

a Peregangan otot sebelum melakukan pekerjaan pada setiap harinya.

b Posisi sedikit berlutut saat mengambil barang jangan membungkuk.

c Mencodongkan punggung saat mengangkat beban.

B. Cara mengangkat beban menurut OSHA (Occupational safety and health administration)

Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai berdasarkan dua prinsip yaitu :

a. Lebih banyak menggunakan otot lengan dibandingkan otot punggung.

b. Saat mulai pergerakan horizontal maka menggunakan momentum berat badan.

c. Metode ini termasuk 5 faktor dasar yaitu :

1. Posisi kaki yang benar.


2. Punggung yang kuat dan kekar.
3. Mengangkat dengan benar.
4. Menggunakan berat badan.

d. Pencegahan
1. Pegangan terhadap bahan yang akan diangkat harus tepat
2. Lengan harus dekat dengan badan dengan posisi lurus.
3. Posisi tulang belakang harus lurus.
4. Dagu segera ditarik setelah kepala bisa ditegakkan.
5. Pada saat mengangkat posisi kaki meregang untuk menarik dan mendorong
sedangkan gaya untuk gerakan dan perimbangan.
6. Beban diusahakan sedekat mungkin terhadap garis vertical yang mulai pusat
gravitasi tubuh.

C. Tindakan Untuk Mengurangi Gangguan Muskuloskeletal


Masalah muskuloskeletal dapat dikelola atau dikurangi secara efektif menggunakan
pendekatan multifaset yang termasuk :
a. Postural Teknik Kesadaran, diantara nya :
1. Mempertahankan kurva punggung bawah
2. Gunakan pembesaran
3. Sesuaikan kursi Operator benar
b. Strategi Penempatan, diantaranya
1. Hindari posisi statis
2. Bergantian antara berdiri dan duduk
3. Reposisi kaki
4. Posisikan pasien pada kedudukan yang tepat
5. Hindari gerakan memutar
c. Istirahat berkala dan Peregangan
Istirahat berkala dan perengangan antar pasien yang ditangani oleh operator sangatlah
penting dilakukan. Hal ini akan membiarkan otot-otot rileks sebentar sehingga baik otot
dan sendi tidak berkontraksi terusmenerus
d. Latihan Penguatan
1. Latihan aerobic
2. Managemen stres. Meliputi : teknik pernapasan, relaksasi progresif,
3. visualisasi, pijat, meditasi atau yoga
e. Edukasi
Untuk melindungi kesehatan mereka sendiri, dokter gigi harus mencari dan menerima
pendidikan tentang kesehatan muskuloskeletal, cedera pencegahan dan dental ergonomi.
Idealnya, pendidikan ini harus dimulai selama sekolah gigi dan sampai menjalani
kehidupan dokter gigi profesional.

Anda mungkin juga menyukai