Anda di halaman 1dari 17

Bab 6

Pajak Penghasilan Pasal 22


Definisi
Pajak penghasilan pasal 22 atau PPh 22, merupakan
pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah;
instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-
lembaga negara lain yang berkenaan dengan
pembayaran atas penyerahan barang; dan badan-badan
tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta,
berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain.
Pemungut Pajak
Bank devisa dan Dirjen Bea dan Cukai atas impor barang dan
ekspor komoditas tambang Batubara, mineral logam yang
dilakukan oleh eksportir, kecuali yang dilakukan oleh WP
yang terkait dalam perjanjian kerjasama pengusahaan
pertambangan dan Kontrak Karya.
Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
Bendahara pengeluaran atas pembelian barang yang
dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP).
KPA atau penjabat penerbit Surat Perintah Membayar yang
diberi delegasi oleh KPA atas pembelian barang kepada pihak
ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran
langsung (LS).
Con`t
Badan Usaha tertentu.
Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri
semen, kertas, baja, otomotif, farmasi atas penjualan hasil
produksi kepada distributor di dalam negeri.
Agen tunggal pemegang merek (ATPM), agen pemegang
merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor
atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh
ATPM, APM, dan importir umum kendaraan bermotor.
Produsenatas importir BBM, bahan bakar gas, dan
pelumas atas penjualan hasil produksinya kepada
distributor dalam negeri.
Con`t
Industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan atas
pembelian ahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspornya.
Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian
komoditas tamabng batubara, mineral logam, dan mineral
bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegng ijin usaha
pertambangan atas pembelian komoditas tambang batubara,
mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang
pribadi pemegang ijin usaha pertambangan.
Badan usaha yang memproduksi emas batangan atas penjualan
emas batangan oleh produsen emas batangan.
WP badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong
sangat mewah.
Barang yang tergolong sangat mewah (Dirjen
Pajak Nomor 19/PJ/2015)
Pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi.
Kapal pesiar, yacht, da sejenisnya.
Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga
pengalihannya lebih dari 500M rupiah atau luas bangunan lebih dari
400m2.
Apartemen, kondominium, dan sejenisnya yang harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp 5M atau luas bangunan lebih dari
150m2
Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, SUV, MPV, minibus, dan sejenisnya yang harga
jualnya lebih dari Rp 2M atau dengan kapasitas selinder lebih dari
3.000cc.
Kendaraan bermotor roda dua dan roda tiga dengan harga jual lebih
dari Rp 300 juta atau dengan kapasitas selinder lebih dari 250cc.
Objek PPh Pasal 22
Impor barang dan ekspor komoditas tambang batubara, mineral
logam, dan mineral bukan logam yang dilakukan oleh eksportir,
kecuali yang dilakukan oleh WP yang terikat dalam perjanjian
kerja sama pengusahaan pertambangan dan kontrak karya.
Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh
bendahara pemerintah dan KPA sebagai pemungut pajak pada
pemerintah pusat, daerah, instansi atau lembaga pemerintah,
dan lembaga-lembaga negara lainnya.
Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan
mekanisme UP oleh bendahara pengeluaran.
Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang
dilakukan dengan mekanisme LS oleh KPA atau pejabat
penerbit SPM yang diberi delegasi oleh KPA.
Con`t
Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-
bahan untuk keperluan kegiatan usaha oleh badan
usaha tertentu.
Penjualan hasil produksikepada distributor di dalam
negeri oleh badan usaha yang bergerak dalam bidang
usaha indutri semen, kertas, baja, otomotif dan
farmasi.
Penjualan kendaraan bermotor didalam negeri oleh
ATPM, APM dan importir umum kendaraan bermotor
ATPM, APM, dan importir umum kendaraan bermotor.
Penjualan hasil produksinya kepada distributor dalam
negeri oleh produsen atau importir BBM, gas, dan
pelumas.
Con`t
Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau
ekspornya oleh industri atau eksportir yang bergerak
dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan.
Pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam,
dan mineral bukan logam dari badan atau OP pemegang
izin usaha pertambangan.
Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang
memproduksi emas batangan.
Penjualan barang yang tergolong mewah oleh WP badan
yang melakukan penjualan barang yang tergolong mewah.
Kegiatan yang tidak dikenakan PPh 22
Impor barang dan/atau penyerahan barang yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
tidak terutang pajak penghasilan.
Impor barang yang dibebaskan dari pungutan bea
masuk dan/atau PPN (lihat Hal 277)
Impor sementara, jika pada waktu impor nyata-nyata
dimaksudkan untuk diekspor kembali.
Impor kembali.
Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak
(lihat Hal 278)
Con`t
Impor emas batangan yang akan diproses untuk
menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan
ekspor.
Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan
dengan penggunaan dana BOS.
Penjualan emas batangan oleh badan usaha kepada BI.
Pembelian gabah dan/atau beras oleh bendahara
pemerintah.
Pembelian gabah dan/atau beras oleh perum BULOG.
Saat terutangnya PPh Pasal 22
PPh 22 atas impor barang (terutang dan dilunasi
bersamaan dengan saat pembayaran bea masuk)
PPh 22 atas pembelian barang oleh pemungut pajak
yaitu bendahara pemerintah, KPA, bendahara
pengeluaran, pejabat penerbit SPM, BUMN tertentu,
dan bank-bank BUMN (terutang dan dipungut pada
saat pembayaran).
PPh 22 atas penjualan hasil produksi industri semen,
kertas, baja, otomotif, farmasi, dan penjualan
kendaraan bermotor oleh ATPM, APM, dan
importirnya (terutang dan dipungut pada saat
penjualan).
Con`t
PPh 22 atas penjualan BBM, bahan bakar gas dan
pelumas (terutang dan dipungut padaat saat penerbitan
surat perintah pengeluaran barang (delivery order)).
PPh pasal 22 atas pembelian bahan-bahan dari
pedangang pengumpul (terutang dan dipungut pada
saat pembelian).
Tata cara pemungutan dan penyetoran PPh
22
No Pemungutan Penyetoran
1 Pemungutan PPh 22 atas Dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh
impor barang importir yang bersangkutan atau ke Dirjen
Bea dan Cukai ke kas negara melalui Kantor
pos, bank Devisa, atau bank yang ditunjuk
oleh Menkeu.
2. Pemungutan PPh 22oleh Wajib disetor oleh pemungut ke kas negara
pemungut pajak melalui kantor pos, bank devisa, atau bank
bendahara pemerintah, yang ditunjuk oleh Menkeu menggunkan SSP
KPA, bendahara yang telah diisi nama rekanan serta
pengeluaran, pejabat ditandatangani oleh pemungut pajak. SSP
penerbit SPM atas berlaku sebagai bukti pemungutan pajak.
ddelegasi KPA
3. Pemungutan PPh 22 oleh Wajib disetor oleh pemungut pajak ke kas
pemungut pajak : negara melalui kantor pos, bank devsisa,
BUMN, industri, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
produsen BBM, keuangan menggunakan SSP.
peternakan/perkebunan
Sifat Pemungutan – Tidak Final
Impor barang
Pembelian barang oleh pemungut pajak meliputi bendahara
pemerintah, KPA, bendahara pengeluaran, pejabat penerbit SPM.
Pembelian barang oleh pemungut pajak meliputi BUMN tertentu
dan bank-bank BUMN.
Penjualan hasil produksi oleh industri.
Penjualan produsen atas importir BBM, gas dan pelumas kepada
penyalur/agen.
Penjualan kendaraan bermotor oleh ATPM, APM, atau importir.
Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor
oleh industri atau eksportir dalam sektor kehutanan, pertanian,
perkebunan, peternakan, dan perikanan.
Menghitung PPh Pasal 22

PPh 22 = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak

(Tarif PPh 22 dapat dilihat di Hal 282 s/d 284)


Contoh perhitungan
Lihat Hal 285 s/d 301

Anda mungkin juga menyukai