Kontra indikasi
Kejang
Koma
Tertelan bahan korosif
Tertelan minyak (minyak tanah, bensin,
minyak cat/thinner)
PERTOLONGAN PERTAMA (contd)
2. RACUN YG DIHIRUP
1. Bawa pasien segera ke udara bebas
2. Beri oksigen secukupnya, kalau perlu lakukan
pernafasan buatan
3. KERACUNAN MELALUI KULIT
1. Bersihkan kulit yang terkena dg air mengalir
2. Selama melepas pakaian, tubuh pasien tetap
diguyur air
3. Kulit yang terkena disabuni sebersih mungkin
4. Jangan lupa bersihkan mata dengan air mengalir
sekitar 15 menit
PERTOLONGAN PERTAMA (contd)
1. RESUSITASI ABC
2. ELIMINASI
1. RESUSITASI ABC
1. AIRWAY
Bebaskan jalan nafas dari sumbatan bahan muntahan, lendir,
gigi palsu, pangkal lidah, kalau perlu dg mayo tube dan
suction, kepala ditengadahkan, kalau perlu dg ETT
2. BREATHING
Jaga agar pernafasan tetap dapat berlangsung
dengan baik, kalau perlu dg pernafasan buatan
3. CIRCULATION
TD dan nadi dipertahankan dg infus D5%, NaCL
0,9%, RL. Kalau perlu dengan cairan koloid
(expafusin, dextran). Bila terjadi cardiac arrest
lakukan RJP
2. ELIMINASI
Bertujuan menghambat penyerapan racun, kalau
dapat menghilangkan bahan racun / hasil
metabolismenya dari tubuh pasien
Tediri dari
Emesis
Katarsis
Kumbah lambung
Diuresis paksa
Dialisis
Mandi dan keramas dg sabun
EMESIS
Merangsang penderita supaya muntah
dengan cara :
Mencolok faring (dengan telunjuk/pangkal
sendok)
Atau dengan sirup ipecac 15-30 ml
Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak
berhasil karbon aktif (norit) baru boleh
diberikan setelah emesis terjadi
EMESIS (contd)
Kontraindikasi emesis
Kesadaran menurun
Intoksikasi bahan korosif, minyak tanah,
obat-obatan konvulsan
KATARSIS (Intestinal lavage)
Dengan laksan untuk racun yang tidak
dapat diserap melalui saluran cerna
atau diduga racun telah sampai di usus
halus
Kontraindikasi
Keracunan bahan korosif
Ada dugaan kelainan elektrolit
KATARSIS (Intestinal lavage)
contd
Bahan laksan yang berbahaya untuk
dipakai rutin :
Laksan iritan (aloes, cascara)
Cairan hipertonik (pada kelainan ginjal)
MgSO4 (pada kelainan ginjal / intoksikasi
bahan nefrotoksisk / myoglobinuria /
hemoglobinuria)
KATARSIS (Intestinal lavage)
contd
Laksan yang dapat dipakai dengan aman
Na-sulfat : 30 gram dalam 200-250 ml air (1
gelas)
Na-fosfat (“feet’s”” phospho-soda) : 15-60 ml
diencerkan sampai seperempatnya
Sorbitol/mannitol (20-40%) : 100-200 ml
Castor oil (kontraindikasi pada “chlorinated
insecticide”)
KUMBAH LAMBUNG (Gastric lavage)
Indikasi : Emesis tidak berhasil, kesadaran menurun, tidak
kooperatif
Paling efektif bila dikerjakan dalam 4 jam setelah
keracunan
Kontaindikasi : keracunan bahan korosif, minyak tanah,
bahan konvulsan, ada fgangguan elektrolit
Menggunakan pipa lambung besar no.22, 32 atau pipa
levine no.12, pada nak ukuran 8-12
Pemberian cairan KL tidak boleh terlalu banyak karena
dapat menambah kecepatan penyerapan racun
Komplikasi : aspirasi pneumonia, perforasi, perdarahan,
trauma psikis, cardiac arrest
DIURESIS PAKSA
Bila diduga racun telah berada dalam
darah dan dapat dikeluarkan melalui
ginjal
Ada dua macam diuresis paksa :
Diuresis paksa alkali (FDA) untuk
keracunan asam salisilat dan fenobarbital
Diuresis paksa netral pada keracunan
bahan lain
DIALISIS
Hemo/peritoneal dialisis, terutama
untuk keracunan bahan-bahan yang
dapat didialisis
MANDI, KERAMAS DG SABUN
Dilakukan pada keracunan bahan yang dapat
masuk lewat kulit (mis . Insektisida fosfat
organik)
* Catatan :Emesis, katarsis, kumbah lambung hanya
dilakukan pada keracunan kurang dari 4 jam.
Pada koma derajat sedang sampai berat (tingkat
III-IV), juga pada keracunan minyak tanah atau
bensin, KL dikerjakan dengan bantuan pipa ETT
berbalaon untuk mencegah pneumonia aspirasi
TERAPI PENUNJANG DAN ANTIDOTUM
Tujuan Tx penunjang : mempertahankan fungsi alt-alat
vital sementara menunggu eliminasi
Dikerjakan dengan memperhitungkan keseimbangan
cairan, elektrolit, asam-basa dan kalori
Hanya kurang dari 10% bahan beracun yang mempunyai
antidotum
Antidotum tidak dapat dipakai sebagai pengganti ketiga
cara pengobatan lainnya
Juga tidak dibenarkan antidotum sebagai bahan
profilaksis
Contoh antidotum : nallorphine untuk morphine, atropin
sulfat untuk IFO, biru-metilen untuk nitrit
INTOKSIKASI INSEKTISIDA FOSFAT
ORGANIK (IFO)
Dua macam insektisida yang paling banyak
digunakan yaitu (IHK=chlorinated hydrocarbon)
dan (IFO=organo phosphate insecticide)
Sifat IFO: Inhibitor cholinesterase, toksisitas
tinggi, dapat menembus kulit, dapat diserap
lewat paru dan saluran cerna, tidak
berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti IHK
Macam IFO yang banyak beredar : Mafu,
baygon, raid, stratox, shelltox
GAMBARAN KLINIK
Kelainan visus, hiperaktivitas kelenjar
ludah/keringat/saluran makanan, dan kesukaran
bernafas
Keracunan ringan : anoreksia,nyeri kepala, rasa lemah,
rasa takut, tremor lidah, tremor kelopak mata, pupil
miosis
Keracunan sedang : nausea, muntah, kejang/kram
perut, hipersalivasi, hiperhidrosis, bradikardia
Keracunan berat : ddiare, pupil pin-point, reaksi vahaya
negatif, sesak nafas, sianosis, sedema paru,
inkontinensia urine dan feses, konvulsi, koma, blokade
jantung
PEMERIKSAAN LAB
Pengukuran kadar KhE dalam sel darah
merah dan plasma memastikan diagnosis
keracunan IFO akut maupun kronik
(menurun sekian % dari normal)
Akut ringan : 40-70% N
Akut sedang : 20-40% N
Akut berat : <20% N
Keracunan kronik bila kadar KhE menurun
sampai 25-50%
PENGOBATAN
1. Resusitasi : Infus D5%, nafas buatan+O2, suction,
jika perlu gunakan respirator
2. Eliminasi : emesis, katarsis, KL, mandi keramas
dengan sabun seluruh tubuh
3. Antidotum
1. Sulfas atropin (SA) dosis awal 1-1,25 mg IV bolus,
dilanjutkan 0,5-1 mg setiap 5-10-15 menit sampai timbul
gejala atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardia,
midriasis, febris, psikosis)
2. Kemudian interval diperpanjang setiap 15-30-60 menit,
selanjutnya setiap 2-4-6 dan 12 jam
3. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2x24 jam
4. Penghentian SA yg mendadak dapat menimbulkan rebound
effect berupa edema paru dan gagal nafas akut
INTOKSIKASI BAHAN HIPNOTIK-
SEDATIVA DAN ANALGETIKA
Obat-obatan yang menimbulkan sedasi dan hipnosis dengan
cara menekan susunan syaraf pusat (SSP)
Dosis fatal sebagian besar obat depresan non barbiturat
berkisar antara 100-500 mg/kg BB
Macam
Golongan barbiturat : phenobarbital, pentobarbital, tiopental
Non barbiturat : meprobamat, methaqualon, gluthemide
Antiepilepsi : phenytoin, carbamazepin
Antihistamin : antazoline, diphenhydramin (benadryl) dll
Phenothiazine : CPZ, diazepam, lorazepam, haloperidol
Bromidum : NaBr, KBr, NHBr
Analgetika : asam salisilat (aspirin), acetaminophen (paracetamol),
metampiron (antalgin, novalgin)
Analgetika narkotika : morphine, codeine, heroin, meperidine
(pethidin), opium, loperamide (imodium)
GAMBARAN KLINIS
Keluhan pertama : rasa ngantuk,
bingung, menurunnya keseimbangan
Dengan cepat kemudian diikuti dengan
koma, pernafasan pelan dan dangkal
Selanjutnya otot-otot melemah/flaccid,
hipotensi, sianosis, hipo/hipertermia,
refleks-refleks menghilang
PEMERIKSAAN LAB
Pada koma yang lama dapat timbul
hipokalemia, pCO2 meningkat
Khusus barbiturat tinggi kadar dalam
darah berhubungan erat dengan lama
koma serta jenis dan dosis barbiturat
yang dipakai
Untuk fenobarbital dan barbital kadar 5-8
mg/100 ml dalam darah menunjukkan
keracunan berat
PENGOBATAN
1. Resusitasi : pertahankan jalan nafas yg baik, bila
perlu dg oropharyngeal airway atau intubasi
endotrakheal, hisap lendir dalam saluran nafas, bila
timbul depresi nafas, berikan O2 lewat kateter hidung
(4-6 lt/menit) atau masker (2-4 lt/mnt). Bila perlu
gunakan respirator
2. Antidotum : tidak ada antidotum yg spesifik
3. Eliminasi : sangat tergantung pada tingkat
kesadaran penderita, jenis dan dosis obat yang
dipakai
PENGOBATAN (contd)
Penderita sadar : cukup emesis, pemberian norit
dan laksan MgSO4, kalau pasti dosis rendah langsung
dipulangkan, bila ragu observasi selama beberapa jam
Koma derajat ringan-sedang : KL dg pipa ET
diikuti diuresis paksa selama 12 jam bila ragu tentang
penyebab
Koma derajat berat : KL dengan pipa ET
berbalon selanjutnya diuresis paksa netral/alkali, atau
dialisis sampai penderita sadar
PENGOBATAN (contd)
Cara Eliminasi pada keracunan bahan hipnotik-
sedativa, narkotika
Mulai dg 1 anmpul Ca glukonas IV selanjutnya infus
D5%-10% ditambah 10ml KCL 15% (=1,5 mg KCL)
untuk setiap 500 ml dextrose, kecepatan 3 liter dalam
12 jam; setiap 6 jam diberi 40 mg furosemide IV
Diuresis paksa dapat diulang setiap 12 jam bila perlu
sampai penderita sadar
Untuk keracunan salisilat dan phenobarbital dapat
ditambahkan 10mEq NaBic untuk setiap 500 ml
dextrose (diuresis paksa alkali)
INTOKSIKASI INSEKTISIDA
HIDROKARBON KLORIN (IHK)