Anda di halaman 1dari 46

ASKEP PASIEN INTOKSIKASI

EDY SURYADI AMIN, S.Kep,


M.Kep. Ns
PENDAHULUAN
 Intoksikasi dapat timbul akut atau
kronik
 Dapat terjadi akibat usaha bunuh diri,
pembunuhan, maupun kecelakaan
 Perawat dituntut agar dapat
memberikan pertolongan secara cepat
dan tepat demi keselamatan jiwa pasien
DIAGNOSIS
1. ANAMNESE
1. Uasahakan mendapatkan nama, jumlah
bahan, serta saat pasien meminum obat
2. Tanta bekas, bungkus, tempat/botol, resep
terakhir, surat-surat yang baru ditulis
3. Tanya riwayat perselisihan dengan keluarga,
teman dekat, teman kerja, ada tidaknya
masalah ekonomi berat
4. Tanyakan usaha pengobatan yang telah
dilakukan
DIAGNOSIS (contd)
2. PEMERIKSAAN FISIK
1. Ukut TD, nadi, suhu, respirasi
2. Tingkat kesadaran
3. Gejala keracunan yang mungkin ada
 Koma yang tenang (gol sedativ/hipnotik)
 Koma dg gelisah sampai kejang (INH, alkohol, IHK)
 Luka sekitar mulut (bahan korosif)
 Hipersalivasi, hiperhidrosis, pupil miosis (IFO)
DIAGNOSIS (contd)
3. PEMERIKSAAN LAB
 Kadar kholinesterase plasma (IFO)
 Kadar Meth-Hb darah (nitrit)
 Kadar barbiturat plasma (barbiturat)
4. PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI
5. PEMERIKSAAN PATOLOGI/OTOPSI
PENATALAKSANAAN UMUM
1. PERTOLONGAN PERTAMA
2. PENATALAKSANAAN DARURAT
3. PERAWATAN JIWA
PERTOLONGAN PERTAMA
1. RACUN YANG TERTELAN
1. Baringkan pasien di tempat datar
2. Usahakan memuntahkan racun dengan cara
1. Merangsang faring dg telunjuk, pangkal sendok
atau
2. Memberi minum 15-30 ml sirup ipecac diikuti ½
gelas air putih. Anak > 1 th diberi 15cc, anak 6-12
bln : 10cc dan tidak boleh diulang
3. Selanjutnya berikan karbon aktif (norit) 25-40gr,
pada anak 1 gr/kg BB
PERTOLONGAN PERTAMA (contd)

 Kontra indikasi
 Kejang
 Koma
 Tertelan bahan korosif
 Tertelan minyak (minyak tanah, bensin,
minyak cat/thinner)
PERTOLONGAN PERTAMA (contd)
2. RACUN YG DIHIRUP
1. Bawa pasien segera ke udara bebas
2. Beri oksigen secukupnya, kalau perlu lakukan
pernafasan buatan
3. KERACUNAN MELALUI KULIT
1. Bersihkan kulit yang terkena dg air mengalir
2. Selama melepas pakaian, tubuh pasien tetap
diguyur air
3. Kulit yang terkena disabuni sebersih mungkin
4. Jangan lupa bersihkan mata dengan air mengalir
sekitar 15 menit
PERTOLONGAN PERTAMA (contd)

4. KERACUNAN MELALUI MATA


1. Lipat kelopak mata keluar
2. Segera bersihkan mata dengan air
mengalir sekitar 15 menit
PENATALAKSANAAN DARURAT UMUM
 Dikerjakan bersama-sama dengan
tindakan diagnostik setelah pertolongan
pertama selesai dikerjakan
 Tujuan :
 Menyelamatkan kehidupan pasien
 Mencegah penyerapan racun dengan cara
menghambat absorbsi dan menghilangkan
racun dari tubuh
 Menawarkan racun dengan ANTIDOTUM
PENATALAKSANAAN DARURAT UMUM
(contd)

1. RESUSITASI ABC
2. ELIMINASI
1. RESUSITASI ABC
1. AIRWAY
Bebaskan jalan nafas dari sumbatan bahan muntahan, lendir,
gigi palsu, pangkal lidah, kalau perlu dg mayo tube dan
suction, kepala ditengadahkan, kalau perlu dg ETT
2. BREATHING
Jaga agar pernafasan tetap dapat berlangsung
dengan baik, kalau perlu dg pernafasan buatan
3. CIRCULATION
TD dan nadi dipertahankan dg infus D5%, NaCL
0,9%, RL. Kalau perlu dengan cairan koloid
(expafusin, dextran). Bila terjadi cardiac arrest
lakukan RJP
2. ELIMINASI
 Bertujuan menghambat penyerapan racun, kalau
dapat menghilangkan bahan racun / hasil
metabolismenya dari tubuh pasien
 Tediri dari
 Emesis
 Katarsis
 Kumbah lambung
 Diuresis paksa
 Dialisis
 Mandi dan keramas dg sabun
EMESIS
 Merangsang penderita supaya muntah
dengan cara :
 Mencolok faring (dengan telunjuk/pangkal
sendok)
 Atau dengan sirup ipecac 15-30 ml
 Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak
berhasil karbon aktif (norit) baru boleh
diberikan setelah emesis terjadi
EMESIS (contd)
 Kontraindikasi emesis
 Kesadaran menurun
 Intoksikasi bahan korosif, minyak tanah,
obat-obatan konvulsan
KATARSIS (Intestinal lavage)
 Dengan laksan untuk racun yang tidak
dapat diserap melalui saluran cerna
atau diduga racun telah sampai di usus
halus
 Kontraindikasi
 Keracunan bahan korosif
 Ada dugaan kelainan elektrolit
KATARSIS (Intestinal lavage)
contd
 Bahan laksan yang berbahaya untuk
dipakai rutin :
 Laksan iritan (aloes, cascara)
 Cairan hipertonik (pada kelainan ginjal)
 MgSO4 (pada kelainan ginjal / intoksikasi
bahan nefrotoksisk / myoglobinuria /
hemoglobinuria)
KATARSIS (Intestinal lavage)
contd
 Laksan yang dapat dipakai dengan aman
 Na-sulfat : 30 gram dalam 200-250 ml air (1
gelas)
 Na-fosfat (“feet’s”” phospho-soda) : 15-60 ml
diencerkan sampai seperempatnya
 Sorbitol/mannitol (20-40%) : 100-200 ml
 Castor oil (kontraindikasi pada “chlorinated
insecticide”)
KUMBAH LAMBUNG (Gastric lavage)
 Indikasi : Emesis tidak berhasil, kesadaran menurun, tidak
kooperatif
 Paling efektif bila dikerjakan dalam 4 jam setelah
keracunan
 Kontaindikasi : keracunan bahan korosif, minyak tanah,
bahan konvulsan, ada fgangguan elektrolit
 Menggunakan pipa lambung besar no.22, 32 atau pipa
levine no.12, pada nak ukuran 8-12
 Pemberian cairan KL tidak boleh terlalu banyak karena
dapat menambah kecepatan penyerapan racun
 Komplikasi : aspirasi pneumonia, perforasi, perdarahan,
trauma psikis, cardiac arrest
DIURESIS PAKSA
 Bila diduga racun telah berada dalam
darah dan dapat dikeluarkan melalui
ginjal
 Ada dua macam diuresis paksa :
 Diuresis paksa alkali (FDA) untuk
keracunan asam salisilat dan fenobarbital
 Diuresis paksa netral pada keracunan
bahan lain
DIALISIS
 Hemo/peritoneal dialisis, terutama
untuk keracunan bahan-bahan yang
dapat didialisis
MANDI, KERAMAS DG SABUN
 Dilakukan pada keracunan bahan yang dapat
masuk lewat kulit (mis . Insektisida fosfat
organik)
* Catatan :Emesis, katarsis, kumbah lambung hanya
dilakukan pada keracunan kurang dari 4 jam.
Pada koma derajat sedang sampai berat (tingkat
III-IV), juga pada keracunan minyak tanah atau
bensin, KL dikerjakan dengan bantuan pipa ETT
berbalaon untuk mencegah pneumonia aspirasi
TERAPI PENUNJANG DAN ANTIDOTUM
 Tujuan Tx penunjang : mempertahankan fungsi alt-alat
vital sementara menunggu eliminasi
 Dikerjakan dengan memperhitungkan keseimbangan
cairan, elektrolit, asam-basa dan kalori
 Hanya kurang dari 10% bahan beracun yang mempunyai
antidotum
 Antidotum tidak dapat dipakai sebagai pengganti ketiga
cara pengobatan lainnya
 Juga tidak dibenarkan antidotum sebagai bahan
profilaksis
 Contoh antidotum : nallorphine untuk morphine, atropin
sulfat untuk IFO, biru-metilen untuk nitrit
INTOKSIKASI INSEKTISIDA FOSFAT
ORGANIK (IFO)
 Dua macam insektisida yang paling banyak
digunakan yaitu (IHK=chlorinated hydrocarbon)
dan (IFO=organo phosphate insecticide)
 Sifat IFO: Inhibitor cholinesterase, toksisitas
tinggi, dapat menembus kulit, dapat diserap
lewat paru dan saluran cerna, tidak
berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti IHK
 Macam IFO yang banyak beredar : Mafu,
baygon, raid, stratox, shelltox
GAMBARAN KLINIK
 Kelainan visus, hiperaktivitas kelenjar
ludah/keringat/saluran makanan, dan kesukaran
bernafas
 Keracunan ringan : anoreksia,nyeri kepala, rasa lemah,
rasa takut, tremor lidah, tremor kelopak mata, pupil
miosis
 Keracunan sedang : nausea, muntah, kejang/kram
perut, hipersalivasi, hiperhidrosis, bradikardia
 Keracunan berat : ddiare, pupil pin-point, reaksi vahaya
negatif, sesak nafas, sianosis, sedema paru,
inkontinensia urine dan feses, konvulsi, koma, blokade
jantung
PEMERIKSAAN LAB
 Pengukuran kadar KhE dalam sel darah
merah dan plasma memastikan diagnosis
keracunan IFO akut maupun kronik
(menurun sekian % dari normal)
 Akut ringan : 40-70% N
 Akut sedang : 20-40% N
 Akut berat : <20% N
 Keracunan kronik bila kadar KhE menurun
sampai 25-50%
PENGOBATAN
1. Resusitasi : Infus D5%, nafas buatan+O2, suction,
jika perlu gunakan respirator
2. Eliminasi : emesis, katarsis, KL, mandi keramas
dengan sabun seluruh tubuh
3. Antidotum
1. Sulfas atropin (SA) dosis awal 1-1,25 mg IV bolus,
dilanjutkan 0,5-1 mg setiap 5-10-15 menit sampai timbul
gejala atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardia,
midriasis, febris, psikosis)
2. Kemudian interval diperpanjang setiap 15-30-60 menit,
selanjutnya setiap 2-4-6 dan 12 jam
3. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2x24 jam
4. Penghentian SA yg mendadak dapat menimbulkan rebound
effect berupa edema paru dan gagal nafas akut
INTOKSIKASI BAHAN HIPNOTIK-
SEDATIVA DAN ANALGETIKA
 Obat-obatan yang menimbulkan sedasi dan hipnosis dengan
cara menekan susunan syaraf pusat (SSP)
 Dosis fatal sebagian besar obat depresan non barbiturat
berkisar antara 100-500 mg/kg BB
 Macam
 Golongan barbiturat : phenobarbital, pentobarbital, tiopental
 Non barbiturat : meprobamat, methaqualon, gluthemide
 Antiepilepsi : phenytoin, carbamazepin
 Antihistamin : antazoline, diphenhydramin (benadryl) dll
 Phenothiazine : CPZ, diazepam, lorazepam, haloperidol
 Bromidum : NaBr, KBr, NHBr
 Analgetika : asam salisilat (aspirin), acetaminophen (paracetamol),
metampiron (antalgin, novalgin)
 Analgetika narkotika : morphine, codeine, heroin, meperidine
(pethidin), opium, loperamide (imodium)
GAMBARAN KLINIS
 Keluhan pertama : rasa ngantuk,
bingung, menurunnya keseimbangan
 Dengan cepat kemudian diikuti dengan
koma, pernafasan pelan dan dangkal
 Selanjutnya otot-otot melemah/flaccid,
hipotensi, sianosis, hipo/hipertermia,
refleks-refleks menghilang
PEMERIKSAAN LAB
 Pada koma yang lama dapat timbul
hipokalemia, pCO2 meningkat
 Khusus barbiturat tinggi kadar dalam
darah berhubungan erat dengan lama
koma serta jenis dan dosis barbiturat
yang dipakai
 Untuk fenobarbital dan barbital kadar 5-8
mg/100 ml dalam darah menunjukkan
keracunan berat
PENGOBATAN
1. Resusitasi : pertahankan jalan nafas yg baik, bila
perlu dg oropharyngeal airway atau intubasi
endotrakheal, hisap lendir dalam saluran nafas, bila
timbul depresi nafas, berikan O2 lewat kateter hidung
(4-6 lt/menit) atau masker (2-4 lt/mnt). Bila perlu
gunakan respirator
2. Antidotum : tidak ada antidotum yg spesifik
3. Eliminasi : sangat tergantung pada tingkat
kesadaran penderita, jenis dan dosis obat yang
dipakai
PENGOBATAN (contd)
 Penderita sadar : cukup emesis, pemberian norit
dan laksan MgSO4, kalau pasti dosis rendah langsung
dipulangkan, bila ragu observasi selama beberapa jam
 Koma derajat ringan-sedang : KL dg pipa ET
diikuti diuresis paksa selama 12 jam bila ragu tentang
penyebab
 Koma derajat berat : KL dengan pipa ET
berbalon selanjutnya diuresis paksa netral/alkali, atau
dialisis sampai penderita sadar
PENGOBATAN (contd)
 Cara Eliminasi pada keracunan bahan hipnotik-
sedativa, narkotika
 Mulai dg 1 anmpul Ca glukonas IV selanjutnya infus
D5%-10% ditambah 10ml KCL 15% (=1,5 mg KCL)
untuk setiap 500 ml dextrose, kecepatan 3 liter dalam
12 jam; setiap 6 jam diberi 40 mg furosemide IV
 Diuresis paksa dapat diulang setiap 12 jam bila perlu
sampai penderita sadar
 Untuk keracunan salisilat dan phenobarbital dapat
ditambahkan 10mEq NaBic untuk setiap 500 ml
dextrose (diuresis paksa alkali)
INTOKSIKASI INSEKTISIDA
HIDROKARBON KLORIN (IHK)

1. Sifat : mudah larut dalam minyak


tidak larut dalam air dan tetap stabil
dalam beberapa minggu sampai
berbukan-bulan
2. Macam : DDT, benzene hexacloride,
cyclodines, toxapene
GAMBARAN KLINIS
 Paling menonjol adalah : muntah-muntah,
tremor, konvulsi
 Keracunan ringan : muntah-muntah (1/2 jam
setelah keracunan), rasa lemah, lumpuh,
diare
 Sedang-berat : twitching kelopak mata (dlm
8-12 jm) diikuti tremor otot mulai kepala dan
leher ke daerah distal, nadi normal,
pernafasan cepat kemudian melambat
PENGOBATAN
1. Resusitasi : nafas buatan + O2 dan infus bila
hipotensi
2. Eliminasi : KL dengan 2-4 liter air, emesis dan
katarsis
3. Terapi penunjang : antikonvulsan (valium,
luminal, bila perlu dengan sodium pentotal)
INTOKSIKASI MINYAK
(HIDROKARBON)
1. Sifat : sebenarnya tidak toksik bila tertelan tapi
dapat mengancam jiwa bila masuk ke sdalam
paru walaupun dalam jml sedikit
2. Makin rendah titik didihnya makin toksik efek
yang dapat ditimbulkan
3. Macam :
1. Antara 150-300 derajat C : minyak tanah, solar
2. Antara 100-150 derajat C : destilat minyak
3. Antara 20-100 derajat C : bensin, minyak cat (tiner)
GAMBARAN KLINIS
 Gejala utama : iritasi paru dan depresi SSP
setelah tertelan atau terhirup, dengan cepat
akan timbul gejala nausea, muntah, batuk
 Bila tertelan dalam jml besar dan tinggal lama
dalam tubuh : rasa lemah, pusinhg,
pernafasan lambat dan dangkal, kesadaran
menurun, kejang, fibrilasi
 Bila terjadi aspirasi ke dalam paru : edema
paru, sputum berdarah, bronkhopneumonia
PEMERIKSAAN LAB
 Jumlah sel darah menurun
 Urine : proteinuria, hematuria
 Hipoplasi sumsum tulang
PENGOBATAN
1. Eliminasi : Kumbah lambung
sebaiknya dilakukan dengan
endotrakheal berbalon, dikerjakan
secepat mungkin
2. Terapi penunjang : respirator bila
terjadi depresi nafas, antibiotika bila
ada infeksi
INTOKSIKASI BAHAN KOROSIF
1. Sifat : iritan kuat
2. Macam :
1. Asam kuat : pemutih pakaian, asam oksalat,
asam asetat glasial, H2SO4/air accu, HCL
(air keras), asam format, asam laktat
2. Basa kuat : Pembersih kloset, bahan
pembuat sabun : KOH, NaOH NHaOH,
CaOH, K atau Na karbonat, Na fosfat
GAMBARAN KLINIS
 Segera setelah terjadi kontak timbul rasa nyeri
yg hebat seperti terbakar di sekitar mulut,
faring dan abdomen kemudian diiukti muntah-
muntah, diare dan kolaps
 Bahan muntahan sering disertai darah segar
 Pada pemeriksaan fisik di sekitar mulut
kekuningan, dapat timbul asfiksia akibat
edema glotis,
 Demam tinggi akibat peritonitis, mediastinitis
akibat perforasi esofagus/lambung
PEMERIKSAAN LAB
 Hb perlu diperiksa bila timbul
hematemesis melena atau syok
 Nekrosis terutama sekitar mulut,
esofagus dan lambung
PENGOBATAN
 KL, emesis dan katarsis merupakan kontraindikasi
 Segera px disuruh minum air atau air susu sebanyak
mungkin untuk pengenceran bahan (perbandingan 1:10-
100 x). Pengenceran terus dilakukan meskipun px
muntah-muntah
 Infus D5% kalau perlu cairan koloid atau transfusi darah
 Kortikosteroid IV selama 4-7 hari pertama kemudian
dosis diturunkan sampai 10-20 hari
 Antibiotik untuk pencegahan infeksi
 Pemberian makanan/minuman/obat oral ditunda sampai
dapat dilakukan pemeriksaan laringoskopi direkta atau
esofagoskopi
 Pengobatan selanjutnya tergantung hasil pemeriksaan
PENGOBATAN (Contd)
 Bila lesi ringan : diit oral dapat segera
dimulai dg makanan cair, dan pemberian
steroid-antibiotik dapat dipercepat
penghentiannya (dalam 5-7 hari)
 Bila lesi cukup luas : perlu pemasangan
sonde lambung lewat tuntunan
esofaguskopi atau px dipuasakan dan
diberi nutrisi parenteral total, atau
pemasangan sonde lewat gstrostomi

Anda mungkin juga menyukai