Anda di halaman 1dari 35

Soal–soal

golongan d
Dosen Pengampu : Prof. Retno Dwi Sunyati, M.Si

Kelompok : 6
Kelompok VI

Muhammad Amri (4183331030)


Rahma Dhani Syahfitri (4183331038)
Nony Millanium Napitupulu (4183331041)
Nur Vadilla (4183331043)
Freshya Sionitha Sembiring (4183331044)
Kelompok 6

ESSAY
HAL 218
1. Jelaskan secara singkat batasan mengenai unsur transisi transisi dan bagaimana pengelompokannya sebutkan pula
sifat sifat kimiawi yang khas

1. Sifat logam, unsur transisi tergolong logam


J
dengan titik cair dan Titik didih yang relatif tinggi
awab :
Unsur-unsur transisi adalah unsur-unsur yang
2. Bersifat paramagnetik (sedikit tertarik ke dalam
pengisian Elektronnya berakhir pada subkulit d. Berdasarkan
medan Magnet).
prinsip Aufbau, Unsur-unsur transisi baru dijumpai mulai
3. Membentuk senyawa – senyawa yang benwama.
periode 4. Pada setiap Periode kita menemukan 10 buah
unsur transisi, sesuai dengan Jumlah elektron yang dapat 4. Mempurnyai beberapa tingkat oksidasi.
ditampung pada subkulit d. Diberi nama transisi karena 5. Membentuk berbagai macam ion kompleks.
terletak pada daerah peralihan antara bagian kiri dan Kanan 6. Berdaya katalitik, banyak unsur transisi dan
sistem periodik. senyawanya yang berfungsi sebagai katalis, baik
Sifat-sifat Umum unsur Tranisi Unsur transisi dalam proses industri maupundalam metabolisme.
mempunyai sifat – sifat khas yang membedakannya. Dari
unsur golongan utama, antara lain
2. Tuliskan formula umum konfigurasi elektron unsur-unsur transisi Jelaskan perbedaan
konfigurasi elektron atau ion hasil pelepasan satu elektron terluar bagi unsur-unsur transisi
dibandingkan dengan unsur-unsur golongan utama atau representative
J
awab :
Konfigurasi elektron. Unsur unsur transisi-periode ke empat
Semua unsur transisi periode keempat
mengisi Subkulit 3d, mulai dari d1 untuk Scadium hingga d10
memenuhi definisi ini kecuali Zink. Pada
untuk Zink. Pada konfigurasi elektron kromium dan tembaga
tingkat oksidasi nol (sebagai Unsur), maupun
subkulit 4s berisi satu Elektron.
pada oksidasi +2 (satu zink), subkulit 3d-nya
Konfigurasi tersebut menunjukkan kestabilan subkulit d terisi penuh:satunya tingkat oksidsi
yang terisi penuh atau setengah penuh. Sifat – sifat khas unsur
transisi berkaitan dengan adanya subkulit yang terisi tidak Tembaga, meskipun pada tingkat
penuh. Oleh karena itu, ada pendapat yang mengatakan bahwa oksidasi nol mengisi penuh subkulit sd,
unsur transisi adalah unsur yang mempunyai unsur subkulit d namun pada tingkat oksidasi 2+ terisi tidak
terisi tidak penuh paling tidak pada salah satu tingkat penuh.
3. Tuliskan konfigurasi elektron atom unsur transisi 24 Cr 25Mn 26Fe 28Ni dan 290C jelaskan pula kestabilannya
untuk atom kromium dan tembaga ditinjau dari diagram aufbau

Sebagaimana diramalkan oleh aturan aufbau. Ini berarti bahwa energi


J
Cr = 1s² 2s² 2p⁶ 3s² 3p⁶ 4s² 3d⁴ konfigurasi [18Ar] 3d5 4s1 lebih rendah (atau lebih stabil) daripada
wab : 24

energi konfigurasi [18Ar] 3d 4 4s2.


25 Mn = 1s² 2s² 2p⁶ 3s² 3p⁶ 4s² 3d 5

Hal ini sering dikaitkan dengan stabilitas konfigurasi elektronik


Fe = 1s² 2s² 2p⁶ 3s² 3p⁶ 4s² 3d 6
26
setengah penuh baik untuk orbital 3d maupun 4s. Dalam hal ini

28 Ni = 1s² 2s² 2p⁶ 3s² 3p⁶ 4s² 3d8 elektron-elektron terdistribusi secara lebih merata di sekeliling inti
yang mengakibatkan energi tolakan antar-elektronnya menjadi
29 Cu = 1s² 2s² 2p⁶ 3s² 3p⁶ 4s² 3d 9
minimum dan akibatnya energi total konfigurasi menjadi lebih

Konfigurasi elektronik rendah.Dengan argumentasi yang sama dapat dijelaskan bahwa


konfigurasi elektronik Cu adalah [18Ar] 3d10 4s1 dan bukan [18Ar]
24Cr adalah [18Ar] 3d
5 29

4s1 bukan [18Ar] 3d 4 3d9 4s2.

4s2
4. Jelaskan secara singkat variasi dan banyaknya variasi tingkat oksidasi unsur-unsur transisi serta kestabilannya yang
umum
Jawab :
Misalnya, Lal adalah suatu logam konduktor
Bilangan Oksidasi Pada Unsur TransisiTerjadinya dan cara terbaikuntuk merumuskannya adalah sebagai
variasi bilangan oksidasi dan sering terjadinya interkonversi Las+(1-)2(e), dan MoCh mengandung unit-unit
diantara variasi-variasi tersebut adalah merupakan clusterlogam dengan ikatan logam logam dan secara
karakteristik dari kebanyakan logam-logam block-d; kecuali formal adalah [Mo6Ci8] 4+ (C - )}4.
dalam kelompok 3 dan 12.
Seperti yang diharapkan, logam-logamyang
menunjukkan sejumlah besar perbedaan bilangan Sesungguhnya, pembentukan ikatan logam logam

oksidasi terjadi pada deret tengahblock-d atau yang menjadi lebih penting untuk logam-logam yang lebih berat

didekatnya. Ada dua hal yang harus menjadi perhatian 2. Terdapat banyak senyawa logam yang tidak mungkin

(digambarkan olehsenyawa-senyawa logam block-d dan memberikan blangan oksidasi yangtidak ambigu, misalnya,

block-f) dan harus dibuat:1. Bilangan oksidasi yang dalam kompleks [Ti(bpy)3]n (n = 0, 1, 2), terdapat bukti

muncul dihasilkan dari rumus molekul atau rumus bahwamuatan negatif terlokalisasi pada ljigand bpy, bukan

empiriskemungkinan misleading, pada Iogam pusat dan dalam komplekspitrosil, ligand NO


5. Jelaskan secara singkat perihal sifat diamagnetik, sifat paramagnetik, dan komparasi nilai
keduanya.

Jawab :

Diamagnetik adalah sifat yang selalu dimiliki oleh setiap atom dalam materi atau senyawa tanpa
memandang tipe sifat magnetik total dari senyawa yang bersangkutan. Sifat ini hanya muncul jika ada medan
magnetik dari luar yang dikenakan pada atom yang bersangkutan sehingga terjadi interaksi antara medan magnetik
luar dengan medan terinduksi dalam kulit-kulit yang terisi penuh elektron. Medan terinduksi ini harus melawan
medan magnetik luar sejauh mungkin untuk melenyapkan interaksi tersebut, sehingga suseptibilitas (kerentanan)
diamagnetik berharga negatif.

Sifat magnetik spin dari elektron-elektron dalam orbital yang terisi penuh saling meniadakan karena arah spin yang
saling berlawanan; namun, elektron-elektron yang berpasangan dalam kulit/orbital, menurut teori fisika klasik dapat
diperlakukan sebagai loop-loop arus, sehingga berinteraksi menolak medan magnetik dari luar yang mengenainya.
Oleh karena itu, sifat diamagnetik ini tidak dipengaruhi oleh temperatur maupun
besarnya kuat medan magnetik luar, tetapi hanya ditentukan oleh ukuran dan bentuk
orbital.

Semua senyawa dengan momen magnetik permanen menunjukkan sifat


paramagnetik normal. Jika senyawa paramagnetik dikenai medan magnetik luar, atom-atom
atau molekul-molekul magnet permanen akan menata diri searah dengan arah medan
sehingga tertarik menuju medan. Hal ini menghasilkan suseptibilitas magnetik (χ) positif
yang tak bergantung pada besar medan magnetik yang mengenainya, tetapi bergantung
pada temperatur karena agitasi termal akan melawan orientasi dari kutub magnetik. Maka,
efektivitas medan magnetik akan hilang dengan naiknya suhu.

Komparasi nilai keduanya, senyawa yang berinteraksi tertarik oleh Medan


magnetic dari luar bersifat paramagnetic sedangkan senyawa yang berinteraksi oleh
medan magnetic bersifat diamagnetic
6. Jelaskan dengan singkat bagaimana efek medan magnetik terhadap massa sampel diamagnetik dan
paramagnetik
Jawab :

Senyawa diamagnetik berinteraksi menolak


beberapa garis gaya (Gambar 5.1.3b) sehingga B < H,
dan akibatnya suseptibilitas, k, berharga negatif.
Sebaliknya, senyawa paramagnetik berinteraksi
menarik beberapa garis gaya “tambahan Gambar
5.1.3c) sehingga B >H dan akibatnya suseptibilitas, k,
berharga positif. Jadi dengan kata lain, dalam medan
magnetik senyawa diamagnetik tertolak ke dalam
daerah yang mempunyai rapatan garis gaya rendah
sedangkan senyawa paramagnetik tertarik ke dalam
daerah yang mempunyai rapatan garis gaya tinggi.
Gambar 5.1.3 Jumlah garis gaya antara dua kutub magnet per satuan area (a), menjadi
berkurang ketika melewati sampel diamagnetik (b), tetapi bertambah ketika melewati sampel
paramagnetik (c), dan timbangan magnetik model Gouy (d)

Sampel diamagnetik tertolak keatas menjauh dari medan magnetik ke daerah yang kurang
rapat garis gaya magnetiknya; akibatnya, massa sampel tentu menjadi terukur lebih ringan atau
berkurang. Sebaliknya, sampel paramagnetik tertarik ke bawah, ke daerah yang lebih rapat garis
gaya magnetiknya, sehingga massa sampel menjadi terukur lebih berat atau bertambah relatif
terhadap massa sampel jika ditimbang tanpa medan magnetik. Adanya perbedaan massa inilah
yang mendasari pengukuran suseptibilitas magnetik suatu senyawa.
7. Jelaskan mengapa senyawa transisi
8. Jelaskan secara singkat pengertian katalisator, cara
umumnya bersifat paramagnetik, dan beri
kerja katalisator dan beri contohnya.
contohnya

Jawab : Jawab :

Senyawa transisi yang bersifat Hal ini dapat diatasi dengan melibatkan zat

paramagnetic karena adanya electron yang tidak “pemicu” agar reaksi berlangsung dengan laju lebih

berpasangan, sehingga logam transisi dapat cepat atau lebih mudah seperti yang diharapkan,

diinduksi oleh Medan Magnet (paramagnetic). sedangkan zat pemicu itu sendiri tidak dikonsumsi

Logam paramagnetic merupakan logam yang menjadi produk, melainkan diperoleh kembali pada

sedikit ataudapat ditarik oleh medan magnet. akhir reaksi. Zat pemicu demikian ini disebut sebagai

Semakin banyak electron yang tidak berpasangan, katalisator atau katalis, dan reaksinya dikatakan reaksi

semakin kuat sifat paramagnetiknya katalitik

Contoh : logam Sc, Ti, Cr, V dan Mn.


Cara kerja katalisator ditinjau dari aspek kimiawi secara umum, mungkin terlibat dalam pembentukan senyawa-
senyawa kompleks “antara” yang tidak stabil, namun dapat mengakibatkan reaktan menjadi aktif, atau mungkin
menyediakan media pusat-pusat aktif bagi reaktan.
H2C = CH2 + O2
 Katalisator homogen
Cara kerja katalis homogen umumnya
Pada proses ini dipakai katalisator PdCl2 yang pada
melibatkan pembentukan senyawa-senyawa kompleks
awalnya diduga terjadi reaksi dengan etena :
antara yang bersifat tidak stabil dalam tahap-
tahapreaksi. Katalis dengan reaktanmembentuk C2H4 + PdCl2 + H2O → CH3CHO + Pd + 2HCl
kompleks antara yang mengakibatkan reaktan dalam Oksidasi Pd kembali menjadi Pd(II) dipercepat
kompleks menjadi aktif membentuk produk baru dengan penambahan katalisator Cu(II):
dengan disertai pelepasan kembali katalisatornya.
Pd + 2 Cu2+ → Pd2+ + 2 Cu+,
Contohnya :
dan Cu+ mudah teroksidasi oleh udara kembali
Pada reaksi oksidasi etena menjadi metanal menjadi Cu2+:
(proses Wacker) dipakai katalisator Pd(II) dan Cu(II) :
4 Cu+ + O2 + 4 H+ → 4 Cu2+ + 2 H2O
 Katalisator heterogen
Katalisator heterogen dalam bentuk padatan banyak
dipakai dalam bidang industri untuk reaksi-reaksi fase gas
Reaksi tahap (2) ternyata berlangsung sangat lambat, dan
yang biasanya berlangsung pada temperatur relatif tinggi.
oleh karena itulah pada tahap ini dipakai katalisator
Oleh karena logam-logam transisi mempunyai titik leleh
vanadat dengan atom pusat V5+ yang ditempatkan dalam
yang sangat tinggi dan kuat, maka dapat memenuhi syarat
wadah suport silika, SiO2, dengan luas permukaan yang
untuk berperan sebagai katalisator.
besar. Namun pada temperatur tinggi ~ 600 oC, vanadat
Contoh lain adalah, pemakaian garam kalium vanadat
meleleh sehingga terjadi reaksi redoks dengan laju yang
(K3VO4) dalam industri asam sulfat yang melibatkan tiga
cukup tinggi sebagai berikut:
tahapan reaksi sebagai berikut:

SO2 (g) + 2 V5+ O2- → 2 V4+ + SO3 (g)


(1) S (s) + O2 (g) → SO2 (g)
2 V4+ + O2 → 2 V5+ O2-
(2) SO2 (g) + ½ O2 (g) → SO3 (g)
Jadi, laju reaksi oksidasi tahap (2) dipercepat oleh
(3) SO3(g) + H2O (l) → H2SO4 (aq)
proses reduksi vana- dat yang kemudian diperoleh kembali.
Soal pilihan ganda
hal 218 - 223

Kelompok VI
1. Pernyataan perihal “batasan” unsur-unsur transisi berikut yang paling tepat
adalah…

Jawaban: A. Unsur-unsur transisi selalu mempunyai


konfigurasi elektronik “d” tidak penuh bagi atom-atomnya

Pembahasan: Pada buku Kimia Anorganik Logam


halaman 192 pada paragraf ketiga terdapat paparan bahwa unsur-
unsur transisi didefenisikan sebagai unsur-unsur baik dalam atom
netralnya dan atau atom dalam senyawanya mengandung
konfigurasi elektronik belum penuh pada orbital d, karena
memang inilah yang berperan khas bagi sifat-sifat unsur transisi.
X
2. Diantara pernyataan-pernyataan berikut ini yang tidak menyatakan sifat unsur-unsur transisi

Y
adalah:

4. Unsur-unsur transisi umumnya


Jawaban : D. Unsur-unsur 2. Pada halaman 194
mempunyai rapatan lebih tinggi daripada
transisi umumnya “lebih reaktif” terdapat paparan bahwa oksida-
unsur-unsur non transisi. Kecuali seng
daripada logam-logam alkali- oksida dan hidroksida logam-
logam-logam transisi memiliki elektron-
alkali tanah logam transisi (M2+, M3+) kurang
elektron yang berpasangan. Hal ini lebih
bersifat basa dan lebih sukar
Pembahasan :
memungkinkan terjadinya iktan-ikatan
larut.

Z
1. Pada buku Kimia logam dan ikatan kovalen antara logam
3.Pembentukan senyawa
Anorganik Logam halaman 193 transisi. Ikatan kovalen tersebut adapt

X
dengan banyak bilangan
paragraf pertama terdapat paparan terbentuk antara elektron-elektron yang
oksidasi, dikarenakan kereaktifan
bahwa logam-logam transisi terdapat pada orbital d. Dengan
yang relatif rendah pada elektron
mempunyai titik leleh lebih tinggi, demikian, kisi Kristal logam-logam
subkulit d yang tidak
titik didih lebih tinggi, dan panas transisi lebih sukar dirusak disbanding
berpasangan
penguapan yang lebih tinggi pula. kisi Kristal logam golongan utama.
3. Pernyataan berikut ini yang kurang tepat perihal unsur-unsur transisi adalah:

Jawaban: B. Energi elektron-


1. Energi ionisasi untuk elektron-elektron (n-1) d lebih besar
elektron “(n-1)d” lebih rendah
dibandingkan dengan energi ionisasi untuk elektron-elektron ns.
daripada energi elektron-elektron “ns”
2. Dengan naiknya muatan inti atau nomor atom, elektron-
Pembahasan: Pada buku Kimia
elektron (n-1)d menjadi semakin lebih stabil daripada elektron-
Anorganik Logam halaman 195 paragraf
elektron.
ketiga terdapat paparan bahwa tiga
simpulan yang sangat penting perlu 3. Jika atom unsur transisi melepaskan satu elektron, maka
diketahui dari hasil rasionalisasi data ion positif yang dihasilkan mempunyai konfigurasi elektronik
energi ionisasi hasil eksperimen adalah yang berbeda dari konfigurasi elektronik atom-atom netral
bahwa: sebelumnya dalam peringkat dasar (ground state).
5. Konfigurasi elektronik “spasies” berikut ini benar
kecuali:
4. Penulisan konfigurasi elektronik sangat
tepat diurutkan berdasarkan kenaikan energi orbital Jawaban: C. 29Cu+ : [18Ar] 3d9 4s1
dari rendah ke tinggi; oleh karena itu penulisan
Pembahasan: 29Cu+ : [18Ar] 3d9 4s1 →
konfigurasi elektronik yang paling tepat bagi spasies
berikut ini adalah: 28 Cu : [18Ar] 3d10

Jawaban: D. 22Ti : [18Ar] 3d2 4s2


Dengan argumentasi yang sama
Pembahasan :
dapat dijelaskan bahwa konfigurasi
25 Mn : [18Ar] 3d5 4s2 elektronik

29 Cu : [18Ar] 3d10 4s1 29 Cu adalah [18 Ar] 3d10 4s1 dan

Cu+ : [18Ar] 3d8 4s2 bukan [19Ar] 3d9 4s2.


29

Ti : [18Ar] 3d2 4s2


6. Salah satu sifat atom unsur 21Sc yang benar
adalah:
Jawaban: B. Stabil dalam
senyawaan dengan tingkat Konfigurasi elektronik [18Ar] 3d1 4s1 tidak pernah dijumpai
oksidasi +3 oleh karena pada atom netral dalam peringkat dasar. hal ini berbeda dengan
melepaskan elektron 4s2 3d1 atom-atom unsur kelompok s dan p. Secara sederhana dapat

Pembahasan: Pada buku dikatakan bahwa energi orbital 3d yang terisi elektron selalu lebih

Kimia Anorganik Logam halaman rendah dibandingkan dengan energi orbital 4s yang sudah terisi.

196-197 terdapat paparan bahwa Perbedaan tingkat energi antara keduanya semakin besar dengan
bertambahnya elektron pada orbital 3d, sehingga urutan
21 Sc : [18Ar] 3d1 4s2 → 21Sc+ : [18Ar]
penulisannya juga mendahuluinya. Jadi konfigurasi elektronik atom
3d1 4s1 + e
Sc dituliskan [18Ar] 3d1 4s2 tidak [18Ar] 4s2 3d1 demikian seterusnya.
7. Variasi tingkat oksidasi unsur-unsur transisi “3d” dalam satu seri:

Jawaban : C. relatif semakin banyak sampai


dengan pertengahan seri Kestabilan tingkat oksidasi tinggi dari awal

Pembahasan : Pada buku Kimia Anorganik hingga akhir seri menunjukkan kecenderungan yang

Logam halaman 198-199 terdapat paparan bahwa menurun. hal ini dikaitkan dengan semakin kuatnya

untuk kelompok transisi seri 3d ternyata diperoleh pengaruh muatan inti terhadap elektron 3d dengan

kecenderungan bahwa terdapat satu atau dua variasi naiknya nomor atom, khususnya mulai dari

tingkat oksidasi pada wal seri Sc(III) dan akhir seri pertengahan seri; atau dengan kata lain, elektron 3d

Cu(I) dan Cu(II), Zn(II), tetapi variasi tingkat semakin tertarik ke dalam oleh inti sehingga elektron

oksidasi menggelembung semakin banyak pada ini semakin sukar dilepas.

pertenga han deret, Mn: +2, +3, +4, +6, +7.


8. Pernyataan berikut yang kurang tepat berkaitan dengan seri 3d adalah: 3. Pada awal deret,
jumlah elektron 3d terlalu
Jawaban: B. Tingkat oksidasi
sedikit (d1-2) untuk berperan
rendah terdapat pada awal dan ujung
2. Kestabilan tingkat oksidasi dalam ikatan baik ionic
seri. Pembahasan:
tinggi dari awal hingga akhir seri maupun kovalen.
1. Pada buku Kimia Anorganik menunjukkan kecenderungan yang
4. Pada akhir deret
Logam halaman 198-199 terdapat paparan menurub. hal ini dikaitkan dengan
jumlah elektron 3d terlalu
bahwa untuk kelompok transisi seri 3d semakin kuatnya pengaruh muatan
banyak (yaitu d9-10), sehingga
ternyata diperoleh kecenderungan bahwa inti terhadap elektron 3d dengan
orbital yang sudah penuh atau
terdapat satu atau dua variasi tingkat naiknya nomor atom, khususnya
yang setengah penuh terlalu
oksidasi pada awal seri Sc(III) dan akhir mulai dari pertengahan seri; atau
sedikit untuk dapat berperan
seri Cu(I) dan Cu(II), Zn(II), tetapi variasi dengan kata lain, elektron 3d
dalam ikatan. Seri 4d dan 5d
tingkat oksidasi menggelembung semakin semakin tertarik ke dalam oleh inti
ternyata tidak menunjukkan
banyak pada pertengahan deret, Mn: +2, sehingga elektron ini semakin sukar
variasi tingkat oksidasi
+3, +4, +6, +7. dilepas.
sebagaimana seri 3d.
9. Pernyataan-pernyatan berikut ini berkaitan dengan banyaknya
variasi tingkat oksidasi unsur-unsur transisi kecuali:

Jawaban : B. Daya tarik inti yang relatif


lemah terhadap orbital-orbital d yang kosong dan
atau setengah penuh 2. Kestabilan tingkat oksidasi tinggi dari awal
hingga akhir seri menunjukkan kecenderungan yang
Pembahasan:
menurun. hal ini dikaitkan dengan semakin kuatnya
1. Pada buku Kimia Anorganik Logam halaman
pengaruh muatan inti terhadap elektron 3d dengan
198-199 terdapat paparan bahwa untuk kelompok
naiknya nomor atom, khususnya mulai dari pertengahan
transisi seri 3d ternyata diperoleh kecenderungan
seri; atau dengan kata lain, elektron 3d semakin tertarik ke
bahwa terdapat satu atau dua variasi tingkat oksidasi
dalam oleh inti sehingga elektron ini semakin sukar
pada wal seri Sc(III) dan akhir seri Cu(I) dan Cu(II),
dilepas.
Zn(II), tetapi variasi tingkat oksidasi menggelembung
3. Pada awal deret, jumlah elektron 3d terlalu
semakin banyak pada pertengahan deret, Mn: +2, +3,
sedikit (d1-2) untuk berperan dalam ikatan baik ionic
+4, +6, +7.
10. Pernyataan yang kurang tepat berkaitan dengan
4. Pada akhir deret jumlah atom 26Fe adalah:
elektron 3d terlalu banyak (yaitu
Jawaban: D. Kestabilan Fe(II) dikaitkan dengan
d9-10), sehingga orbital yang sudah
konfigurasi elektronik setengah penuh [18Ar] 3d654s1
penuh atau yang setengah penuh
terlalu sedikit untuk dapat berperan Pemabahasan:
dalam ikatan. Seri 4d dan 5d
26 Fe = [18Ar] 3d6 4s2
ternyata tidak menunjukkan variasi
tingkat oksidasi sebagaimana seri 26 Fe = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d6

3d.
Hal ini sering dikaitkan dengan stabilitas konfigurasi
5. Semakin kuatnya pengaruh elektronik setengah penuh baik untuk orbital 3d
muatan inti terhadap elektron 3d maupun 4s. Dalam hal ini elektron-elektron
dengan naiknya nomor atom, terdistribusi secara lebih merata di sekeliling inti yang
khususnya mulai dari pertengahan mengakibatkan energi tolakan antar-elektronnya
seri. menjadi minimum dan akibatnya energi total
11. Salah satu pernyataan berikut yang tidak tepat berkaitan dengan sifat magnetik adalah:

Jawaban : A. Setiap elektron secara individual bersifat magnetik permanen oleh karena gerakan elektron
yang bersangkutan

Pembahasan: Pada buku Kimia Anorganik Logam halaman 210 terdapat paparan bahwa sifat-sifat magnetik
adalah sebagai berikut:

1. Sifat magnetik suatu spasies ditimbulkan oileh karena adanya induksi medan mahnit dari luar

b. Sifat magnetik-spin spasies (ion, atom, molekul) unsur-unsur transisi utama sebanding dengan banyaknya
elektron-elektron yang tidak berpasangan.

c. Setiap 2 elektron yang berpasangan dalam orbitalnya bersifat saling meniadakan sifat magnetik-spin oleh
karena arah spin yang saling anti-panel.
12. Salah satu pernyataan berikut yang tidak tepat
berkaitan dengan sifat magnetik sampel adalah:

Jawaban : B. Suatu sampel diamagnetik tidak akan berubah beratnya sekalipun


ditimbang di dalam pengaruh medan magnetik luar

Pembahasan: Pada buku Kimia Anorganik Logam halaman 209 dan 217 terdapat paparan
bahwa sifat-sifat magnetuik sampel adalah sebagai berikut:

1. Suatu sampel paramagnetik akan bertambah beratnya jika ditimbang di dalam pengaruh
medan magnetik luar.

2. Suatu sampel paramagnetik yang diletakkan dalam pengaruh medan magnetik luar akan
berinteraksi tertarik ke dalam medan.

3. Suatu sampel diagmanetik yang diletakkan dalam pengaruh medan amgnetik luar akan
berinteraksi tertolak menjauhi medan.
13. Salah satu pernyataan berikut yang tidak benar adalah:

 
Jawaban : A. Senyawa CuSO4. H2O bersifat paramagnetik

Pembahasan: CuSO4.H2O Cu2+ + SO42- + H2O

Konfigurasi elektron CuSO4:

29 Cu : [Ar] 3d10 4s1

29 Cu2+ : [Ar] 3d9 4s0

● Cu2+ bersifat paramagnetik karena memiliki elektron yang belum berpasangan

● Adanya warna biru pada CuSO4


14. Sifat paramagnetik dapat ditunjukkan oleh senyawa berikut:

Jawaban : C. TiCl4 (Titanium Tetraklorida)

Pembahasan:

Pada buku Kimia Anorganik Logam halaman 212 terdapat paparan bahwa:

1. Paramagnetik dapat diinduksi oleh medan magnet atau sedikit pada dapat ditarik oleh
magnet. Unsur-unsur yang termasuk dalam paramagnetik adalah Sc, Ti, Cr dan Mn. Sedangakan
contoh senyawa-senyawanya adalah VCl3 (Vanadium Triklorida) dan TiCl4 (Titanium Tetraklorida).

2. Diamagnetik tidak dapat ditarik oleh medan magnet. Unsur-unsur diamganetik adalah Zn
dan Cu. Sedangakan contoh senyawa adalah TiO2 (Titanium Dioksida)..
15. Senyawaan mangan (25Mn) yang pasti bersifat diamagnetik adalah:

ban : A. KMnO4 Pada Mn2+ menunjukkan


Pada K+ men
adanya satu elektron yang belum
bahasan: tidak adanya satu
berpasangan. Hal ini dapat
2. KMnO4 yang belum berpasan
SO4 menerangkan benbearpa hal, yaitu:
ini dapat men
1. Mn2+ bersifat paramagnetik KMnO4 → K+ + benbearpa hal, yaitu:
O4 → Mn2+ + SO42-
karena tidak semua orbital terisi MnO4⁻
1. K+
gurasi elektron MnSO4: penuh.
Konfigurasi diagmanetik karena
: [Ar] 3d5 4s2 2. Adanya sifat paramagnetik elektron MnO4⁻: orbital terisi penuh.
(berdasar pengsisan spin)
+
: [Ar] 3d5 4s0 K : [Ar] 4s1 2. Adanya
menyebabkan MnSO4 berwarna 25

disebabkan oleh ion


hitam. K : [Ar] 4s
+ 0
16. Ion-ion berikut mungkin saja bersifat diamagnetik, kecuali :

Jawaban : A. 27Co2+

Pembahasan:

27 Co2+ : [18Ar] 3d54s2

27 Co3+ : [18Ar] 3d54s1

28 Ni2+ : [18Ar] 3d64s2

29 Cu+ : [18Ar] 3d84s2


17. Berikut ini adalah sifat-sifat unsur-unsur transisi yang dapat dikaitkan
dengan perannya sebagai katalisator, kecuali :
Cara kerja katalisa- tor ditinjau dari aspek kimiawi secara
umum, mungkin terlibat dalam pembentukan senyawa-
Jawaban : D. Reaktifitas yang relative rendah
senyawa kompleks “antara” yang tidak stabil, namun
daripada logam alkali-alkali tanah
dapat mengakibatkan reaktan menjadi aktif, atau mungkin
Pembahasan: Pada buku Kimia Anorganik menyediakan media pusat-pusat aktif bagi reaktan.
Logam halaman 200-206 terdapat paparan bahwa sifat- Katalisator dapat dibedakan menjadi katalisator homogen,
sifat unsur katalisator adalah: artinya reaktan dan katalisator keduanya mempunyai fase

1. Kemampuannya membentuk senyawa kompleks atau wujud yang sama, dan katalisator heterogen jika
keduanya mempunyai fase berbeda.
2. Adanya variasi tingkat oksidasi hingga
memungkinkan terjadinya reaksi redoks Katalis dengan reaktanmembentuk kompleks antara yang

3. Kemampuan adsorpsi (kimis-fisis) terhadap mengakibatkan reaktan dalam kompleks menjadi aktif

molekul-molekul reaktan (gas) membentuk produk baru dengan disertai pelepasan


kembali katalisatornya.
18. Dalam reaksi-reaksi fase gas, berikut ini adalah keadaan kemungkinan keterlibatan
katalisator yang umum, kecuali :
Interaksi molekul-molekul gas reaktan dengan logam
Jawaban : A. Katalisator dalam fase padatan, baik
katalis dibedakan dalam dua jenis, physisorption
logam ataupun oksidanya
(fisisorpsi) dan chemisorption (kemisorpsi). Pada jenis
pertama molekul-molekul gas reaktan sekedar
Pembahasan: Pada buku Kimia Anorganik Logam
mengumpul terkonsentrasi pada permukaan lorong-
halaman 200-206 terdapat paparan bahwa sifat-sifat unsur
lorong katalis.
katalisator adalah:
Dari hasil penelitian ternyata diperoleh kesimpulan bahwa
1. Kemampuannya membentuk senyawa kompleks
logam- logam transisi mempunyai kecenderungan lebih
2. Adanya variasi tingkat oksidasi hingga
mudah melakukan kemisorpsi terhadap molekul gas-gas
memungkinkan terjadinya reaksi redoks
tertentu relatif terhadap logam- logam lain sehingga cocok
3. Kemampuan adsorpsi (kimis-fisis) terhadap dipakai sebagai katalisator, sebagaimana ditunjukkan dalam
molekul-molekul reaktan (gas) Tabel 5.1.6.
 
19. Dalam reaksi sintesis amonia : 2 N2 (g) + 3H2(g) 2NH3 (g) , dipakai katalisator besi, Fe ; mekanisme kerja
katalisator ini diduga: Reaksi sintesis amonia dari gas nitrogen dan hidrogen
Jawaban : A. Mengadsorpsi secara kemis dengan katalis logam besi dan dengan sedikit alumina dan garam
(kemisorpsi) molekul-molekul reaktan sehingga kalium sebagai promotor, diduga berlangsung secara kemisorpsi.
menjadi lebih aktif Adanya ikatan rangkap tiga dalam molekul nitrogen tentu
mengakibatkan proses kemisorpsi gas ini menjadi lebih lambat
Pembahasan: Pada buku Kimia Anorganik
daripada proses kemisorpsi gas hidrogen.
Logam halaman 200-206 terdapat paparan bahwa
sifat-sifat unsur katalisator adalah sebagai berikut: Kemisorpsi peruraian N2 : N2 ¾Fe¾; D® N2 (Fe) → 2 N (Fe)
(g)

1. Kemampuannya membentuk senyawa Kemisorpsi peruraian H2 : 3H2 (g) ¾Fe¾; D® 6H (Fe)


kompleks
Penggabungan atom – atom reaktan : 2 N(Fe) + 6 H (FE) ¾Fe¾;
2. Adanya variasi tingkat oksidasi hingga D® 2NH3 (Fe)
memungkinkan terjadinya reaksi redoks
Desorpsi (pelepasan ) molekul produk NH3 : 2NH3(Fe) →
3. Kemampuan adsorpsi (kimis-fisis) 2NH3 (g)

terhadap molekul-molekul reaktan (gas)


20. Dalam proses reaksi pembuatan asam sulfat dari oksidasi belerang oleh oksigen dipakai katalisator venadat,
Vanadium (V); kerja katalisator ini diduga:
Jawaban : -

Pembahasan: Pada buku Kimia Anorganik Logam halaman 200-206 terdapat paparan bahwa katalis tidak memiliki
efek apapun pada system kesetimbangan. Menambahkan katalis tidak menghasilkan sulfur triosida yang lebih besar dalam
system kestabilan. Satu-satu fungsi katalis adalah mempercepat laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi.

Contoh lain adalah, Reaksi tahap (2) ternyata berlangsung sangat lambat, dan oleh karena
pemakaian garam kalium vanadat itulah pada tahap ini dipakai katalisator vanadat dengan atom pusat V5+
(K3VO4) dalam industri asam yang ditempatkan dalam wadah suport silika, SiO2, dengan luas
sulfat yang melibatkan tiga permukaan yang besar. Namun pada temperatur tinggi ~ 600 0 C, vanadat
tahapan reaksi sebagai berikut: meleleh sehingga terjadi reaksi redoks dengan laju yang cukup tinggi sebagai
berikut:
(1) S (s) + O2 (g) → SO2 (g) SO2 (g) + 2 V5+O2- → 2 V4+ + SO3 (g)
(2) SO2 (g) + ½ O2(g) → SO3 (g) 2 V4+ + O2 → 2 V5+ O2-

(3) SO3 (g) + H2O (l) → H2SO4 (aq) Jadi, laju reaksi oksidasi tahap (2) dipercepat oleh proses
Thanks
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik.

Anda mungkin juga menyukai