Anda di halaman 1dari 71

BAROTRAUMA

Pengantar
Pengaruh biomekanis dari tekanan
terhadap penyelam.
Bagian tubuh : rongga-rongga udara
fisiologis dalam tubuh, & bagian tubuh
yang membentuk rongga udara artifisial
Rongga-rongga udara fisiologis ;

Equalisasi, dengan tekanan sekeliling


(ambiant pressure)
????? Barotrauma ????? terjadi sumbatan

Kegagalan equalisasi

Distorsi jaringan
Defenisi
Kerusakan jaringan dan sequelenya,
akibat ketidakseimbangan antara tekanan
rongga udara fisiologis dalam tubuh
dengan tekanan di sekitarnya.
Berdasarkan patogenesanya,
 Barotrauma waktu turun (descent
barotrauma)
 Barotrauma waktu naik (ascent
barotrauma)

(Hukum Boyle)
Barotrauma waktu turun/ descent
Penambahan tekanan dari luar.
Normalnya tidak akan menimbulkan
barotrauma.
Kegagalan equalisasi kerusakan pada
jaringan lunak dalam rongga.
Dapat terjadi kongesti vaskuler, odema
mukosa disertai transudasi cairan tubuh
dan bahkan perdarahan ke dalam rongga-
rongga fisiologis tubuh.
Barotrauma akibat turun/ squeeze.
BAROTRAUMA WAKTU
NAIK/ASCENT
Penurunan tekanan sekelilingnya.
Hukum Boyle ; penurunan tekanan akan
mengakibatkan pengembangan ekspansi
dari udara dalam rongga-rongga fisiologis
tubuh.
BAROTRAUMA WAKTU
NAIK/ASCENT
Udara yang mengembang volumenya ini
normalnya dapat disalurkan ke luar lewat
saluran rongga-rongga fisiologis tubuh,
sehingga tetap terjadi tekanan yang
seimbang antara rongga-rongga tubuh tadi
dengan tekanan sekeliling
Obstruksi, udara yang mengembang tadi
akan terperangkap dan meningkatkan
tekanan dalam rongga-rongga fisiologis
tubuh.
Menimbulkan nyeri mendadak akibat
kenaikan tekanan dalam rongga, emboli
paru.
Paru ; over expansion of the lungs.
Barotrauma Telinga
Barotrauma waktu turun :
 Barotrauma telinga luar (auris externa)
 Barotrauma telinga tengah (auris
media)
 Barotrauma telinga dalam (auris
interna)
Barotrauma Auris Externa
Auris externa berhubungan dengan dunia
luar, maka pada waktu turun, air dapat
masuk ke dalam meatus acusticus
externus.
Bila meatus acustiscus externus tertutup,
air tak dapat masuk dan terdapat udara
yang terperangkap dalam canalis
acusticus externus.
Pada waktu tekanan bertambah, udara
yang terperangkap di dalam tidak
mungkin dapat menyamakan tekanan
dengan membuat kollaps canalis
acusticus externus.
Kongesti, perdarahan dalam kanalis
acusticus externus, serta tertariknya
membrana tympani ke lateral.
Mulai terjadi : 1 ½ - 2 meter
Tertutupnya auris externa disebabkan oleh
:
Cerumen/corpus/alienum
Fat plug yang sengaja dipakai
Tight fitting hood (dari pakaian selam)
Klinis
Rasa nyeri
 Perdarahan
 Perdarahan berupa petechiae
 Perdarahan sub cutans (berupa blistars)
 Kongesti pembuluh darah pada
membrana tympani bila perdarahan sub
cutan besar
Pengobatan
Canalis acusticus tetap kering.
Boleh dibersihkan dengan larutan H202.
Dilarang selam
Pencegahan
 Menjaga kebersihan canalis acusticus
externus
 Jangan memakai penutup telinga (ear
plugs)/ penutup kepala yang tidak ada
lubangnya di daerah telinga waktu
menyelam.
BAROTRAUMA AURIS MEDIA
(DESCENT)
Biasanya dialami pada kedalaman 10
meter pertama.
Cavum tympani dipisahkan dari auris
externa oleh membrana tympani.
Mempunyai hubungan dengan dunia luar
(nasopharynx) lewat tuba eustachii.
Dalam keadaan normal tuba eustachii
merupakan satu-satunya saluran untuk
fungsi equalisasi tekanan udara dalam
cavum tympani dengan tekanan di
sekelilingnya
Secara fisiologis memompakan udara dari
nasopharynx lewat tuba ke dalam cavum
tympani adalah lebih sulit dari pada
mengeluarkan udara dari cavum tympani
ke naso pharynx.
Equalisasi auris media pada waktu turun
lebih sukar dari pada waktu naik. Ini
disebabkan adanya valve action dari
muara tuba di daerah nasopharynx yang
normalnya menutup.
Tekanan yang positif dalam cavum
tympani akan dengan mudah membuka
tuba dan melewatkan udara ke
nasopharynx. Sebaliknya tekanan yang
relatif negatif dalam cavum tympani akan
mempersulit pembukaan tuba.
Perbedaan tekanan sekitar 90 mmHg,
tidak memungkinkan lagi pembukaan
tuba secara aktif.
Usaha memompakan udara ke dalam cavum
tympani (auto inflation) dapat dilakukan
dengan menelan atau menggerak-gerakkan
mandibula. Tindakan-tindakan semacam ini
akan menggerakkan otot-otot sekeliling tuba
eustachii. Musculus tensor palatini dan
stylopharingeus akan memperbesar diameter
tuba eustachii dan membuka pula muara
tuba di daerah naso pharynx sehingga terjadi
equalisasi.
Cara lain untuk memompakan udara ke dalam
cavum tympani adalah dengan melakukan
manuver valsasa (menjepit hidung dan
memaksakan udara masuk lewat tuba eustachii
dalam keadaan naso pharinx tertutup). Metode
ini diperbolehkan selama tenaga yang digunakan
tidak terlalu besar. Bila mana metode ini gagal,
biasanya ada kecenderungan si penyelam untuk
memperkuat manuvernya. Ini berbahaya karena
akan menimbulkan barotrauma telinga dalam.
Cara yang lebih baik dan dianjurkan
untuk menyelam adalah tidak melakukan
manuver valsava sendiri. Tetapi manuver
valsava dikombinasikan dengan menelan.
Cara ini akan membuka tuba eustachii
dengan jauh lebih mudah dibanding
dengan manuver valsava sendiri
Penyebab sumbatan pada tuba eustachii ;
 Kongesti mukosa akibat infeksi saluran
napas atas
Otitis media
Kerusakan jaringan akibat tekanan relatif
negatif dalam cavum tympani bervariasi a.l
dari kongesti/ odema mukosa bahkan sampai
perdarahan ke dalam cavum tympani.
Rasa nyeri mulai timbul pada perbedaan
tekanan 60 mmHg.
Membrana tympani akan tertarik ke dalam
cavum tympani akibat tekanan negatif dlam
cavum tympani.
Ruptur membran tympani dapat terjadi
pada perbedaan tekanan antara 100-700
mmHg (1,5-9 meter).
Rasa nyeri akan berkurang bilamana
sudah terjadi ruptur membrana tympani.
Terjadi risiko air masuk ke dalam cavum
tympani dan menimbulkan rangsang
kalori ; vertigo.
Klinis barotrauma auris media waktu
turun
Nyeri
Perdarahan disekitar hidung/mulut ;
perdarahan cavum tympani
Perasaan buntu/tuli
Berdasarkan kelainan membrana tympani pada
pemeriksaan otoskopi, barotrauma auris media
waktu turun (descent) dibagi :
Derajat 0 : hanya keluhan tanpa gejala pada membrana
tympani
Derajat I : injeksi dan perdarahan sedikit dalam
membrana tympani
Derajat II : infeksi dan perdarahan sedang dalam
membrana tympani.
Derajat III : perdarahan yang luas dalam membrana
tympani
Derajat IV : membran tympani bombans, tampak biru
gelap karena adanya darah dalam cavum tympani
Derajat V : perforasi membrana tympani dan perdarahan
bebas dari cavum tympani.
Pada otoskopi yang tampak adalah
kelainan pada membrana tympani. Namun
hendaknya tetap diingat bahwa kerusakan
jaringan yang terjadi akibat barotrauma
auris media turun, tidaklah terbatas pada
membrana tympani saja, melainkan
mengenai seluruh auris media.
Pengobatan yang dianjurkan ialah :
 Istirahat, dilarang menyelam atau
melakukan manuver valsava.
 Penggunaan dekongestan/
antihistamin per oral/ lewat hidung
 Pemberian antibiotika pada kasus-
kasus dimana terjadi perdarahan/
perforasi membrana tympani.
Penyelam boleh menyelam lagi bilamana
telinganya sudah benar-benar sembuh.
Untuk derajat 0-4, kesembuhan bisa
bervariasi antara 2-7 hari. Untuk derajat V
bilamana tidak ada penyulit bisa sembuh
antara 1-3 bulan.
Pencegahan barotrauma telinga tengah ini dapat
diusahakan dengan pemeriksaan otoskopi pada
membran tympani sebelum melakukan
penyelaman.
Otoskopi dilakukan sambil penyelam
melakukan manuver valsava. Dari gerakan
membrana tympani yang tampak dibandingkan
dengan kekuatan yang diperlukan untuk
melakukan manuver valsava, dapat
diperkirakan baik/tidaknya fungsi tuba/ patency.
Apabila hasilnya meragukan, dapat diberikan
dekongestan berupa tetes hidung/ nasal spray
untuk memperbaiki fungsi tuba eustachii. Juga
squeeze pada telinga tengah ini dapat dicegah
dengan tidak melakukan penyelaman bila
dijumpai kongesti hidung/ gangguan fungsi
hidung lain. Selama menyelam, barotrauma
telinga ini dapat dikurangi dengan berhenti dan
mengurangi kedalaman bilamana merasa nyeri
pada telinga waktu turun. Bilamana equalisasi
tetap gagal, penyelaman harus dihentikan.
BAROTRAUMA AURIS INTERNA
Barotrauma ini biasanya adalah komplikasi dari
barotrauma auris media waktu turun, karena
melakukan manuver valsava yang terlalu
dipaksakan. Tekanan akan meningkat ketika
turun (descent) membrana tympani terdorong
ke arah cavum tympani.
Hal ini menyebabkan foot plate dari stapes
terdorong ke dalam, yang selanjutnya menekan
perylimph dan mengakibatkan membrana
foramen rotundum terdorong ke luar.
Bila pada saat itu penyelam melakukan
manuver valsava dengan keras, maka
tekanan di dalam cavum tympani akan
meningkat dengan cepat, dan stapes akan
tertarik ke luar dan membrana foramen
retundus akan terdorong ke dalam. Aliran
balik (reversed flog) dari perlymph tidak
secepat aliran akibat dari tekanan yang
terjadi.
Hal ini mengakibatkan ruptura dari
membrana foramen rotundum yang
berakibat bocornya cairan perlymph.
Gejala
Perasaan buntu
Ketulian tipe sensoris
Ketulian bisa fatal, atau hanya pada
frekuensti tinggi (4000-8000 Hz), juga
ketulian ini dapat terjadi seketika atau
perlahan-lahan.
Tinitus
Gejala-gajala gangguan vestibuli seperti
vertigo, ataxia, disorientasi
Pengobatan
Operasi rekonstruksi mikroskopik dari
membrana foramen rotundum yang ruptur
Dilarang menyelam, termasuk melakukan
manuver valsasa
Simptomatik
Pencegahan
Dilarang menyelam bilamana manuver
valsava di permukaan sudah
menimbulkan vertigo
Bila merasakan vertigo sewaktu turun,
jangan terus dipaksakan turun ke dasar.
BAROTRAUMA TELINGA WAKTU
NAIK (ASCENT)
Sesuai hukum Boyle, akan terjadi pengembangan
volume udara dalam rongga-rongga tubuh sewaktu
seseorang penyelam naik.
Secara fisiologis, pengembangan udara dalam cavum
tympani dapat disalurkan ke nasopharynx lewat tuba
eustachii. Tekanan positif dalam cavum tympani
akan membuka tuba eustachii tanpa kesulitan.
Bilamana waktu naik(ascent) tuba eustachii tidak
mau membuka, udara yang mengembang dalam
cavum tympani akan terperangkap, dan
meningkatkan tekanan dalam cavum tympani.
Tuba eustachii dapat mengalami obstruksi
oleh misalnya sakit polip.
Gejala Klinik
Perasaan adanya suatu penekanan atau sakit pada
telinga pada waktu naik (ascent)
Transxent vertigo, stimulasi yang tidak seimbang,
antara organ vestibuliair kanan dan kiri akibat
kenaikan tekanan dalam cavum tympani
(alternobaric vertigo)
Gangguan pendengaran
Tinitus
Pada pemeriksaan otoskopi bisa didapatkan infeksi
dari membrana tympani, perdarahan sampai
ruptura.
Terapi yang dianjurkan
Dilarang menyelam lagi sampai
pendengaran atau fungsi vestibuliar
normal kembali
Dekongestan
Antiotika bila diperlukan
Pencegahan
Bilamana timbul gejala-gejala seperti
pada waktu naik, penyelam harus berhenti
dulu dan turun lagi sedikit sampai gejala-
gejala tersebut menghilang.
BAROTRAUMA SINUS
PARANASALIS
Dalam tulang tengkorak dijumpai rongga-
rongga fisiologis yaitu sinus paranasalis
yang pada dasarnya merupakan rongga
tulang yang dilapisi mukosa dan
berhubungan dengan cavum nasi lewat
ostium dan saluran.
Sinusitis dengan hypertrophi mukus
Rhinitis
Polip Nasi
Infeksi virus pada saluran napas atas,
disertai merokok, dll
Insiden barotrauma sinus paranasalis
waktu turun kira-kira 2 X lebih banyak
dari pada waktu naik
Gejala : timbulnya rasa nyeri, epistaksis
BAROTRAUMA SINUS WAKTU
TURUN
Sumbatan pada ostium atau saluran sinus
waktu turun (descent), akan terjadi
kegagalan equalisasi.
Anomali sinus
Bilamana batas elastisitas mukosa
terlewati, dapat terjadi perdarahan baik
dalam mukosa, atau pada ruang
submukosa dan masuk ke dalam lumen
sinus.
Dikatakan perbedaan tekanan sebesar
100-150 mmHg, menimbulkan oedema
mukosa dan keluarnya cairan serosa ke
dalam sinus.
Perbedaan tekanan sebesar 250-300
mmHg menimbulkan oedema mukosa.
Gejala Klinis
Nyeri daerah dan sekitar sinus waktu
menyelam.
Epistaksis
Pengobatan Yang dianjurkan
Pengobatan faktor predisposisi
Dekongestan nasal untuk mengurangi
odema mukosa di daerah ostium sinus
Antibiotika bilamana diperlukan
Kadang-kadang diperlukan tindakan
drainage

Rata-rata barotrauma sinus gejala-gejalanya


akan hilang dalam 5-10 hari
Pencegahan
Dilarang menyelam bilamana dijumpai
infeksi saluran napas bagian atas, sinusitis
atau rhinitis atau kelainan anatomis
rongga hidung
Jangan turun terlampau cepat
Orang-orang yang memiliki riwayat
gangguan hidung atau sinus harus diteliti
dulu sebelum melaksanakan aktivitas
selam.
Barotrauma Sinus Waktu Naik
Udara masuk sinus waktu turun (descent)
lancar, tetapi udara yang keluar dari sinus
waktu naik (ascent) terganggu, sehingga
terjadi peningkatan tekanan dalam sinus.
Gejala –Gejala
Nyeri di daerah sinus
Epistaksis
Terapi
Umumnya kasus-kasus ini tidak
membutuhkan pengobatan khusus
Pencegahan
Kecepatan naik ke permukaan tidak
boleh terlalu tinggi
BAROTRAUMA GIGI
Pada akar gigi yang terinfeksi atau
disekeliling tambalan dari gigi yang berlubang
dapat terjadi ruangan berisi udara.
Waktu menyelam, ruangan ini terisi jaringan
lemak dari gusi atau darah. Dapat timbul rasa
nyeri pada gigi ybs.
Pada waktu ascent, udara yang terjebak akan
menggembung lagi, tetapi dibatasi oleh darah
yang terjadi, maka akan muncul rasa nyeri
hebat.
Bila terjadi rongga dalam gigi akibat
adanya caries dengan lapisan cement yang
tipis. Bila tekanan bertambah dinding
yang tipis tertekan dan dapat pecah, atau
sebaliknya bila timbul udara yang
terperangkap mengembang dan gigi dapat
pecah.
Pencabutan gigi atau tindakan-tindakan
lain pada gigi.
Pencegahan dengan cara pemeriksaan
rutin dari gigi, disertai dengan
pemeriksaan X-ray, dilarang menyelam
setelah dilakukan pencabutan atau operasi
gigi.
Pengobatan dengan analgetik dan reparasi
gigi. Bila terjadi nyeri pada premolar
sampai molar, harus dipikirkan
kemungkinan nyeri dari barotrauma sinus
maxilaris.
BAROTRAUMA WAJAH
Menggunakan masxer ; terbentuk rongga
berisi udara di wajah.
Bila tidak dapat menyamakan tekanan
waktu menyelam lewat udara dari hidung,
maka wajah akan tertarik ke dalam rongga
tersebut.
Gejala Klinis
Pembengkakan jaringan facial, khususnya
di bawah mata
Haemorragi conjunctiva
Bisa disertai protrusi mata
Pencegahan
Bilamenyelam disertai ekspirasi
secukupnya lewat hidung ke masxer
Pengobatan
Biasanya simptomatik dan dilarang
menyelam sementara
Bisa diberikan kompres es pada bagian
yang edema atau mengalami perdarahan.
BAROTRAUMA KULIT
Akibat memakai cry suit atau wet suit
yang tidak cocok.
Terjadi rongga udara antara kulit dan
pakaian.
Akibatnya kulit terhisap pada rongga
udara tersebut, dan menimbulkan garis-
garis hiperemis sesuai lipatan pakaian
yang membentuk rongga udara.

Anda mungkin juga menyukai