Anda di halaman 1dari 19

Pemantapan Charakter Building

Sebagai Pembimbing Manasik


Haji dan Umrah
Oleh
Prof. Dr. H. Masri Mansoer
Guru Besar Fakultas Ushuluddi
UIN Jakarta
Charakter Building
Charakter Building terdiri dari 2 suku kata yaitu to build (membangun)
dan character (karakter). To build artinya membangun yang mempunyai
sifat memperbaiki, membina, mendirikan. Sedangkan karakter adalah
tabiat, watak, aklak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain. Dalam konteks pendidikan pengertian Membangun
Karekter (character building) adalah suatu proses atau usaha yang
dilakukan untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat,
watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia
(masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang
baik berlandaskan nilai-nilai ke-Islaman dan pancasila.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter
merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan
demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang
terpatri dalam diri dan terjewantahkan dalam perilaku.
Warsono dkk. (2010) menyatakan: “karakter dimaknai
sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter
baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya”
Pemantapan (stabilization) adalah proses, cara, perbuatan
memantapkan (meneguhkan, menjadikan stabil)
Jadi Pemantapan Charaker Building adalah Proses
meneguhkan cara berpikir, bersikap dan berperilaku sebagai
pembimbng manasik haji dan umrah agar dapat menjalankan
profesinya dengan baik sesuai dengan yang diharapkan oleh
jamaah, masyarakat dan pemerintah/negara. Pembimbing
yang berkarakter baik dapat mengambil Langkah-Langkah
dan keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan dalam
menjalankan profesinya sebagai pembimbing.
Pembentukan Karakter
1. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan Salah satu cara
pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kondisioning atau kebiasaan. Dengan cara
membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, maka akhirnya akan
terbentuklah karakter/perilaku tersebut.
2. Pembentukan perilaku dengan memberikan pengertian (insight). Cara ini didasarkan atas
teori belajar kognitif yaitu belajar disertai dengan adanya pengertian. Bila dalam
eksperimen Thorndike dalam belajar yang dipentingkan adalah soal latihan, maka dalam
eksperimen Kohler dalam belajar yang dipentingkan dalah pengertian.
3. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model/contoh. Orang tua, tokoh, pemimpin
dijadikan model atau contoh bagi yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan oleh teori
belajar sosial (social learning theory) atau (observational learning theory) yang
dikemukakan oleh Albert Bandura.
Faktor-Faktor Mempengaruhi
Perilaku/karakter Manusia

1. Faktor Personal
a. Faktor Biologis: perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah di
program secara genetis dalam jiwa manusia.
b.Faktor Sosiopsikologis: dapat diklasifikasikan ke dalam tiga komponen, yaitu: 1.
Komponen afektif, merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, 2.
Komponen kognitif, aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui
manusia. 3. Komponen konatif, aspek volisional yang berhubungan dengan
kebiasaan dan kemauan bertindak.
2. Faktor Situsional

1.Faktor – faktor ekologis Kondisi alam (geografis) dan iklim (temperatur)


dapat mempengaruhi perilaku manusia
2.Faktor rancangan dan arsitektural Contoh pada penataan rumah.
3.Faktor temporal Suasana emosi dan bentuk perilaku dipengaruhi oleh
faktor waktu (temporal). Misalnya, suasana emosi pagi hari tentu berbeda
dengan suasana emosi siang hari dan malam hari.
4.Faktor teknologi Jenis teknologi yang digunakan masyarakat dapat
mempengaruhi pola-pola komunikasi masyarakat baik pola pikir maupun
pola tindakannya.
5. Faktor suasana perilaku Dalam public speaking banyak sekali
pembahasan tentang bagaimana suatu bentuk penyampaian pesan
harus disesuaikan dengan suasana perilaku pesertanya.
6. Faktor-faktor social Ada tiga hal yang dibahas pada faktor ini, yaitu :
sistem peran, struktur sosial dan karakteristik individu.
7. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku, situasi yang
memberi keleluasaan untuk bertindak dan sejumlah lain
membatasinya.
8. Lingkungan psikososial Lingkungan psikososial diartikan sebagai
persepsi terhadap lingkungan.
Pembimbingan Haji dan Umrah yang
berkarakter
• Pembimbing adalah orang-orang yang memilki kemampuan atau
pengetahuan serta pengalaman untuk memberikan pemahaman
ataupun pelatihan bimbingan manasik haji dan umrah kepada
calon jamaah yang membutuhkan pemaham terkait dengan
ibadah haji/umrah yang akan dijalankan selama berada di Tanah
Suci nanti.
• Pembimbingan Haji dan Umrah yang berkarakter adalah
pembimbing yang memiliki integritas, profesionalitas, inovasi,
tanggungjawab, memiki budi pekerti luhur, menjunjung tinggi
nilai-nilai moral dan agama, teliti, empati, sabar, penolong,
pekerja keras dan rendah hati.
Syarat-syarat Pembimbing:

1. Memiliki pribadi yang menarik, serta rasa berdedikasi yang tinggi dalam tugasnya.
2. Memiliki rasa komitmen yang tinggi kepada nilai-nilai kemanusiaan.
3. Memiliki kemampuan untuk mengadakan komunikasi baik.
4. Bersikap terbuka artinya tidak memiliki watak yang suka menyembunyikan sesuatu
maksud yang tidak baik.
5. Memiliki ketenangan jiwa (kedewasaan) dalam segala perbuatan lahiriyah dan batiniyah.
6. Memiliki sikap mental suka belajar dalam ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
tugasnya.
7. Memiliki pengetahuan agama, berakhlak mulia dan menjalankan ajaran agama dengan
baik.
a. Kemampuan keahlian (professional)
• Pembimbing Islami tentu haruslah merupakan orang yang memiliki kemampuan
keahlian atau professional di bidang tersebut. Dengan istilah lain dikatakan yang
bersangkutan merupakan seorang “alim” di bidangnya. Keahlian (kealiman)
dalam hal ini merupakan syarat mutlak, sebab apabila yang bersangkutan tidak
menguasai bidangnya, maka bimbingan tidak akan mencapai sasarannya, tidak
akan berhasil.
b. Sifat kepribadian yang baik (akhlakul-karimah)
1) Siddiq (mencintai dan membenarkan kebenaran).
2) Amanah (bisa dipercaya) Pembimbing harus dapat dipercaya, dalam arti yang
bersangkutan mau dan mampu menjaga rahasia orang yang menjadi yang
dibimbing.
3) Tabliqh (mau menyampaikan apa yang layak disampaikan). Pembimbing harus bersedia
menyampaikan apa yang layak disampaikan. Kalau pembimbimbing mempunyai ilmu, ia
bersedia menyampaikan ilmunya tersebut kepada yang dibimbingnya. Kalau dimintai
nasihat, bersedia memberikan nasihat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
4) Fatonah (Cerdas, Berpengetahuan). Pembimbing harus memiliki kemampuan dan
kecerdasan yang memadai, termasuk sifat inovatif, kreatif, cepat tanggap, cepat mengambil
keputusan dan sebagainya.
5) Mukhlis (ikhlas dalam menjalankan tugas). Pembimbing harus ikhlas dalam menjalankan
tugasnya karena mengharapkan ridha Allah (lillahi ta‟ala).
6) Sabar. Pembimbing harus memiliki sifat sabar, dalam arti ulet, tabah, ramah, tidak mudah
putus asa, tidak pemarah, mau mendengarkan keluh kesah yang dibimbing dengan penuh
perhatian dan kasihsayang
7) Tawaduk (rendah hati) Pembimbing harus memiliki sifat rendah hati, tidak sombong,
tidak merasa paling tinggi kedudukan maupun ilmunya dan sebagainya.
8) Shaleh (taat dan sungguh-sungguh dalam menjalakan ibadah). Kesalehan
mempunyai arti berpegang teguh dan menjalankan ajaran-ajaran agama dengan
baik. Begitu pula dengan pembimbing, seorang pembimbing harus bersifat saleh,
karena kesalehnnya itu akan memudahkannya melakukan tugasnya dengan baik.
9) Adil Adil dalam arti luas adalah segala sesuatu yang dapat melahirkan
kemaslahatan bagi masyarakat atau menjaga dan memeliharanya dalam bentuk lebih
baik sehingga masyarakat mendapatkan kemajuan. Oleh karena itu pembimbing
dalam berlaku harus adil, dalam arti mampu mendudukkan permasalahan sesuai
dengan situasi dan kondisinya secara porposional.
10) Mampu mengendalikan diri. Pembimbing harus memiliki kemampuan kuat
untuk mengendalikan diri, menjaga kehormatan diri dan kehormatan yang
dibimbing.
Kemampuan Hubungan sosial

• Pembimbing harus memiliki kemampuan melakukan hubungan kemanusiaan


atau hubungan sosial, ukhuwah Islamiyah yang tinggi. Hubungan tersebut
meliputi:
• 1) Orang yang dibimbing 2) Teman sejawat 3) Orang lain selain yang tersebut
di atas. d. Bertakwa kepada Allah. Ketakwaan merupakan syarat dari segala
syarat yang harus dimiliki seorang pembimbing, sebab ketakwaan kepada
Allah merupakan sifat paling baik yang harus dimiliki oleh seorang
pembimbing.
Syarat Menjadi Pribadi yang Profesional
Unsur-unsur dan Pemantapan Karakter

a. Sikap
Sikap seseorang merupakan bagian dari karakter, bahkan dianggap cerminan karakter seseorang
tersebut. Dalam hal ini, sikap seseorang terhadap profesinya sebagai pembimbing Haji dan Umrah,
biasanya menunjukan bagaimana karakter orang tersebut. Jadi, semakin ikhlas dan positif sikap
seseorang terhadap profesinya maka akan dikatakan dia orang dengan karakter baik. Dan sebaliknya,
semakin komersial atau tidak baik sikap seseorang maka akan dikatakan orang dengan karakter yang
tidak baik. Karena itu sikap Ikhlas dan positif selalu diinjeksikan.
b. Emosi
Emosi merupakan gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia, yang
disertai dengan efeknya pada kesadaran, perilaku, dan juga merupakan proses
fisiologis. Dan emosi identik dengan perasaan yang kuat terhadap profesi,
karena itu perlu digelorakan terus menerus.
. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari faktor sosio-
psikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti,
sugesti otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting dalam membangun
watak dan karakter manusia. Jadi, kepercayaan memperkukuh eksistensi diri
dan memperkukuh hubungan dengan orang lain dalam menjalankan profesi,
karena itu kepercayaan diri perlu ditingkatkan terus dengan belajar, menambah
wawasan dan pengalaman sebagai pembimbing Haji dan Umrah.
cd. Kebiasaan dan Kemauan
Kebiasaan merupakan aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara
otomatis pada waktu yang lama, tidak direncanakan dan diulangi berkali-kali.
Sedangkan kemauan merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter seseorang
karena kemauan berkaitan erat dengan tindakan yang mencerminkan perilaku orang
tersebut. Karena itu kebiasaan dan kemauan sebagai pembimbing Haji dan Umrah harus
digelorakan dan dilatihkan terus dengan menambah wawasan dan keterampilan.
e. Konsepsi diri (Self-Conception)
Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun tidak sadar tentang
bagaimana karakter dan diri seseorang dibentuk. Jadi konsepsi diri adalah bagaimana
saya harus membangun diri, apa yang saya inginkan dari, dan bagaimana saya
menempatkan diri dalam kehidupan. Karena itu profesi sebagai pembimbing Haji dan
Umrah harus diniatkan Ibadah dan ihsan kepada yang membutuhkan serta
menempatkan diri sebagai uswah bagi jamaah.
Terimakasih
wassalam

Anda mungkin juga menyukai