Akuntansi Sektor
Publik
MENUJU PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH YANG
SEMAKIN BERKUALITAS
UU 25/2004 UU 17/2003 UU 1/2004 UU 15/2004 UU 32/2004 UU 33/2004
misal: PP 24/2005
PP 58/2005:
Pengelolaan Keuda
(Omnibus Regulation)
Pasal 69 & Pasal
Pasal 155 PP 58 /2005 86 UU 33/2004
PERMENDAGRI 13 / 2006
Pedoman Pengelolaan
1
keuangan Daerah
2
Permasalahan utama pada model lama
7. Pertanggungjawaban kinerja kegiatan masih tetap cenderung fokus
pada pelaporan penggunaan dana.
Paling tidak, sebelum PP 8 / 2006 ditetapkan, keterpaduan Laporan
Keuangan dengan Laporan Kinerja masih belum jelas.
3
Anggaran Berdasarkan Prestasi Kerja
capaian kinerja
indikator kinerja
Penyusunan anggaran
berdasarkan prestasi
analisis standar belanja
kinerja dilakukan
berdasarkan ditetapkan
dengan
standar satuan harga keputusan
kepala
daerah
standar pelayanan minimal
4
PENDEKATAN PENGANGGARAN
BERDASARKAN PRESTASI KERJA
5
PENDEKATAN PRESTASI KERJA
dilakukan berdasarkan
INDIKATOR KINERJA : Ukuran keberhasilan yang akan dicapai pada
setiap program dan kegiatan (yang di rencanakan) satuan kerja
perangkat daerah.
CAPAIAN KINERJA : Ukuran prestasi kerja yang akan dicapai dari
keadaan semula dengan mempertimbangkan faktor kualitas, kuantitas,
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan.
STANDAR SATUAN HARGA: Harga satuan setiap unit barang/jasa yang
berlaku di suatu daerah.
ANALISIS STANDAR BELANJA: Penilaian kewajaran atas beban kerja
dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
(Dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan)
STANDAR PELAYANAN MINIMAL: Tolok ukur kinerja dalam
menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah.
7
INDIKATOR KINERJA
ukuran keberhasilan . . .
1. Apa yang berhasil diwujudkan oleh kegiatan?
DESKRIPSIKAN: Input, Keluaran, Hasil, (Manfaat, dan
Dampak).
Mulai dari KELUARAN = Barang, Jasa, atau Orang
yang . . .
Lalu tanya “untuk apa?” atau “supaya apa?”
2. Apakah Indikasinya?
SPESIFIKASI DAN OPERASIONALISASI: Tanya “Apa
Buktinya?”
8
CONTOH-CONTOH OUTPUT
NO KEGIATAN OUTPUTNYA …
Dokumen rencana kerja & tindak lanjut bidang … utk tiap peserta
3 (Rapat) Koordinasi
rapat yg operasionil dan disepakati bersama.
5 Studi / Penelitian / … Jumlah dokumen hasil studi / penelitian/ … yang minimal berisi …
9
DESKRIPSIKAN
10
SPESIFIKASI DAN OPERASIONALISASI
11
Kriteria (umum) dlm pemilihan indikator Valid
& Reli
abel
VALIDITAS
Indikator (dan cara menghasilkan indikator
tersebut) benar-benar mampu mengukur apa
yang hendak/akan diukur.
RELIABILITAS
pi
be Teta
Konsistensi indikator (dan konsistensi cara
menghasilkan indikator). Memberikan hasil
Re alid
l
yang sama walaupun dilakukan oleh pihak
lia
V
lain di tempat dan waktu yang berbeda.
ak
Tid
BIAYA PENGUMPULAN DATA
Biaya pengumpulan datanya relatif murah
dan dapat dilakukan secara cepat.
lia &
l
be
Re lid
ak Va
ADEKUASI
Tid ak
Semakin sedikit semakin baik.
Tid
12
RANTAI NILAI DARI KEGIATAN
KASUS 1: KEGIATAN SEBAGAI SOLUSI UNTUK MEMECAHKAN MASALAH
MASALAH:
MASALAH: Hasil
Hasil studi
studi menyimpulkan
menyimpulkan bahwa
bahwa banyak
banyak koperasi
koperasi di
di
kota
kota AA yg
yg blm
blm berfungsi
berfungsi secara
secara optimal;
optimal; mati
mati segan
segan hidup
hidup tak
tak mau.
mau.
Koperasi
Koperasi yg
yg fungsional
fungsional
(punya
(punya AD/ART,
AD/ART, Rapat
Rapat UNTUK APA?
Rutin,
Rutin, punya
punya pelayanan
pelayanan SUPAYA APA?
prima
prima ke
ke anggotanya,
anggotanya, dll)
dll)
Agar
Agar kinerja
kinerja pengelolaan
pengelolaan
UNTUK APA?
usaha
usaha anggota
anggota koperasi
koperasi
meningkat
meningkat SUPAYA APA?
Agar
Agar omset
omset usaha
usaha
anggota
anggota koperasi
koperasi ybs
ybs UNTUK APA?
meningkat
meningkat SUPAYA APA?
Agar
Agar pendapataan
pendapataan
anggota
anggota koperasi
koperasi ybs
ybs
13
meningkat
meningkat
RANTAI NILAI DARI KEGIATAN
KASUS 2: KEGIATAN SEBAGAI SOLUSI UNTUK MEMANFAATKAN PELUANG
PELUANG:
PELUANG: Hasil
Hasil studi
studi menyimpulkan
menyimpulkan bahwa
bahwa sungai
sungai BB di
di Kabupaten
Kabupaten A,
A, sgt
sgt potensial
potensial
utk
utk budidaya
budidaya ikan
ikan air
air tawar
tawar arus
arus deras.
deras. Tetapi,
Tetapi, hingga
hingga kini
kini masyarakat
masyarakat di
di sekitar
sekitar
daerah
daerah aliran
aliran sungai
sungai BB tersebut
tersebut blm
blm memanfaatkannya.
memanfaatkannya.
Warga
Warga di di sekitar
sekitar sungai
sungai BB yg
yg UNTUK APA?
tlh
tlh trampil
trampil dlm
dlm budidaya
budidaya ikan
ikan SUPAYA APA?
air
air tawar
tawar arus
arus deras
deras
Agar
Agar (nantinya),
(nantinya), pengelolaan
pengelolaan
UNTUK APA?
usaha
usaha budidaya
budidaya ikan
ikan air
air tawar
tawar
arus
arus derasnya
derasnya berlangsung
berlangsung SUPAYA APA?
tepat
tepat guna
guna dan
dan berhasil
berhasil guna
guna
Agar
Agar ada
ada peningkatan
peningkatan produksi
produksi
UNTUK APA?
budidaya
budidaya ikan
ikan air
air tawar
tawar arus
arus
deras SUPAYA APA?
deras di
di sekitar
sekitar daerah
daerah aliran
aliran
sungai
sungai BB
Agar
Agar pendapataan
pendapataan warga
warga di
di
sekitar
sekitar daerah
daerah aliran
aliran sungai
sungai BB
14
tsb
tsb meningkat
meningkat
SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Pedoman Pedoman
RENSTRA RENJA RKA - KL RINCIAN
Pemerintah
KL KL APBN
Pusat
Pedoman diacu
Pedoman
Pedoman dijabarkan
RPJP RPJM
RKPD RAPBD APBD
Pemerintah
DAERAH DAERAH
Daerah
Pedoman
15
SISTEM PERENCANAAN
Pasal 150 UU 32/ 2004
5 TH
20 TH PERDA/QANUN 1 TH
M RPJM DAERAH M
PERDA/QANUN U PENJABARAN U RKP DAERAH
S RPJP S
R R
RPJP DAERAH Arah Kebijakan Rancangan
E Keuangan Daerah E Kerangka Ekonomi
N Strategi N Daerah
VISI B Pembangunan B
A Daerah
A
Prioritas
MISI N Kebijakan Umum N
Pembangunan
Daerah
G G
ARAH D Program Kerja
D
PEMBANGUNAN Rencana Kerja
A Rencana Kerja A dan Pendanaan
(Kerangka
Regulasi)
Rencana Kerja
(Kerangka
16
Pendanaan)
SISTEM PENGANGGARAN
RPJMD RKPD
KU
POKOK2
FKPD PIKIRAN
Prioritas &
Plafon Anggaran
RKA APBD
RAPBD
Penjabaran
RKA SKPD APBD
DPA SKPD
17
UU RI NO 25 TAHUN 2004
Ketentuan
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Umum
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan
sumber daya yang tersedia.
Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan
tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-
rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan
tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat
RPJP, adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh)
tahun.
18
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya
disingkat RPJM, adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima)
tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/
Lembaga, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra-KL), adalah dokumen perencanaan
Kementerian/ Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja
Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra -SKPD, adalah
dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5
(lima) tahun.
Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pemerintah (RKP), adalah dokumen perencanaan
Nasional untuk periode 1 (satu) tahun.
19
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen
perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga, yang
selanjutnya disebut Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja
-KL), adalah dokumen perencanaan Kementrian/Lembaga untuk
periode 1 (satu) tahun.
Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah,
yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja
Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
20
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada
akhir periode perencanaan.
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif
untuk mewujudkan visi dan misi.
Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah
Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan.
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk
mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau
kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.
21
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Lembaga adalah organisasi non Kementerian Negara dan instansi lain
pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu
berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 atau peraturan perUndang-undangan lainnya.
Program Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah
adalah sekumpulan rencana kerja suatu Kementerian/Lembaga atau
Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Program Lintas Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah adalah sekumpulan rencana kerja beberapa
Kementerian/Lembaga atau beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Program Kewilayahan dan Lintas Wilayah adalah sekumpulan
rencana kerja terpadu antar-Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja
Perangkat Daerah mengenai suatu atau beberapa wilayah, Daerah, atau
kawasan.
22
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya
disingkat Musrenbang adalah forum antarpelaku dalam rangka
menyusun rencana pembangunan Nasional dan rencana pembangunan
Daerah.
Menteri adalah pimpinan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan di
Daerah Provinsi, Kabupaten, atau Kota adalah kepala badan
perencanaan pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut Kepala
Bappeda.
23
UU RI NO 25 TAHUN 2004
Asas dan PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
SISTEM
Tujuan
Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi
dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional.
Perencanaan Pembangunan Nasional disusun secara sistematis,
terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan
berdasarkan Asas Umum Penyelenggaraan Negara.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk:
a. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;
b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik
antarDaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah
maupun antara Pusat dan Daerah;
24
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;
d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,
efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Ruang
Lingkup
Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup penyelenggaraan
perencanaan makro semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua
bidang kehidupan secara terpadu dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia.
25
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan
pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga
dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya.
Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) menghasilkan :
a. rencana pembangunan jangka panjang;
b. rencana pembangunan jangka menengah; dan
c. rencana pembangunan tahunan.
29
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan
mengacu kepada RKP, memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah
Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
30
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
Pengertian (APBN)
APBN
Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang
disetujui oleh DPR.
Berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1
Januari – 31 Desember).
31
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
Fungsi (APBN)
APBN
1. Fungsi Otorisasi
Dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan,
2. Fungsi Perencanaan
Pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun
tersebut.
3. Fungsi Pengawasan
Pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi
Diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.
32
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
(APBN)
5. Fungsi Distribusi
Memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi Stabilisasi
Alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.
7. Fungsi Pengorganisasian
Pedoman untuk menyeimbangkan berbagai pos yang ada agar semua
kepentingan dapat dilaksanakan dengan baik.
Landasan Hukum
APBN
1. UUD 1945 pasal 23 (1), tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun.
2. UU No.17/2003 tentang keuangan negara.
33
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
Cara Penyusunan (APBN)
APBN
Pemerintah mengajukan RAPBN (RUU APBN) – DPR – UU APBN
selambat-lambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan.
34
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
(APBN)
APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:
Pelaksanaan APBN :
APBN ditetapkan dengan UU – pelaksanaan APBN dituangkan dalam PP.
Revisi APBN :
Pemerintah mengajukan RUU Perubahan APBN kepada DPR.
35
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
(APBN)
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN:
Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden
menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN
kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
Struktur
APBN
Anggaran Negara :
1. Anggaran Pendapatan (penerimaan) Negara
2. Anggaran Belanja (pengeluaran) Negara
37
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
Komponen (APBN)
APBN
1. Anggaran Pendapatan Negara, menurut sumbernya
a. Penerimaan Dalam Negeri
a.1. Penerimaan pajak
PPh, PPN, PBB, BPHTB, Cukai & pajak lain.
b. 2. Penerimaan bukan (non) pajak
SDA (Migas dan non Migas), bagian laba BUMN, PNBP lain.
c. Penerimaan pembangunan (Hibah), bantuan dari swasta (dalam
maupun luar negeri) maupun pemerintah luar negeri
b.1. Bantuan program
b.2. Bantuan proyek
38
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
(APBN)
2. Anggaran Belanja Negara, menurut sumbernya :
a. Belanja Rutin (Pemerintah Pusat), membiayai kegiatan
pembangunan pemerintah pusat baik yang dilakukan di pusat
maupun di daerah.
Meliputi : Belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, subsidi
daerah otonom, subsidi BBM dan non BBM, pembiayaan bunga
hutang, belanja lainnya.
b. Belanja Pembangunan (belanja daerah), dibagi - bagi ke pemerintah
daerah – pendapatan APBD yang bersangkutan.
Meliputi : Dana bagi hasil, dana alokasi umum, dana alokasi
khusus, dana otonomi khusus.
39
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
(APBN)
3. Pembiayaan :
a. Pembiayaan dalam negaeri: pembiayaan perbankan, privatisasi,
surat utang negara, serta penyertaan modal negara.
b. Pembiayaan luar negeri: penarikan pinjaman luar negeri (pinjaman
program & pinjaman proyek).
c. Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri.
40
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
Pengertian
APBD
Adalah daftar yang sistematis tentang rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang memuat anggaran pendapatan dan pengeluran
daerah dan telah disetujui oleh DPRD untuk masa waktu satu tahun.
41
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
2. Asas Dekonsentrasi
Memuat masalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
gubernur sebagai wakil pemerintahan dan atas perangkat pusat di
daerah.
3. Asas Tugas Pembantuan
Memuat tentang penegasan dari pemerintah pusat kepada daerah dan
desa serta dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu
dengan pembiayaan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.
Setelah semua tugas selesai dilaksanakan mereka berkewajiban untuk
melaporkan hasil pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan
kepada yang mengesahkannya.
42
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
Fungsi
APBD
Fungsi otorisasi, fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi
pengawasan, fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi.
Ditinjau dari sisi keefektifan, maka fungsi alokasi yang paling efektif
dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Alasannya karena daerah lebih
mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan masyarakat di daerahnya
sendiri. Meski demikian pada tingkat pelaksanaannya pemerintah pusat
lebih memahami adanya situasi dan kondisi yang berbeda-beda dari
masing-masing wilayah.
43
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
Tujuan
APBD
Pedoman untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran dalam
melaksanakan kegiatan daerah agar peningkatan produksi dan kesempatan
kerja serta peningkatan pertumbuhan ekonomi, dapat tercapai sehingga
kesejahteraan masyarakat dapat terwujudkan.
Cara Penyusunan
APBD
Ditetapkan setiap tahun melalui peraturan daerah. Pendapatan daerah ini
berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan pendapatan
lain-lain yang sah.
44
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
Langkah-Langkah Penyusunan
APBD
1. Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang
APBD kepada DPRD yang disertai dengan penjelasan dan dokumen
pendukung pada bulan Oktober minggu pertama tahun sebelumnya.
DPRD mengambil keputusan setuju atau tidak mengenai rancangan
peraturan daerah tentang APBD tersebut dilaksanakan selambat-
lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan.
45
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
46
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
Komponen
APBD
47
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
STRUKTUR PENDAPATAN
A. Pendapatan Asli Daerah :
1. Hasil Pajak Daerah 4. Lain-Lain PAD yang Sah
2. Hasil Retribusi Derah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
B. Dana Perimbangan :
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
C. Lain – Lain Pendapatan Daerah yang Sah :
1. Dana Darurat dari Pemerintah 3. Bantuan Keuangan
2. Hibah 4. Bagi Hasil dari Provinsi
48
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
STRUKTUR BELANJA
A. Aparatur Daerah :
1. Belanja Administrasi Umum
- Belanja Pegawai/Personalia
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
2. Belanja Operasi & Pemeliharaan
- Belanja Pegawai/Personalia
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
3. Belanja Modal
49
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
B. Pelayanan Publik :
1. Belanja Administrasi Umum
- Belanja Pegawai/Personalia
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
2. Belanja Operasi & Pemeliharaan
- Belanja Pegawai/Personalia
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
3. Belanja Modal
C. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
D. Belanja Tidak Tersangka
50
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
STRUKTUR PEMBIAYAAN
A. Penerimaan Pembiayaan :
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu
2. Transfer dari Rekening Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah
5. Penerimaan Piutang Daerah
B. Pengeluaran Pembiayaan :
1. Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo
2. Pembelian kembali obligasi daerah
3. Penyertaan modal (investasi) daerah
4. Pemberian piutang daerah
5. Transfer ke rekening dana cadangan
51
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN
53
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN
Pasal 31
Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa
laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.
54