Anda di halaman 1dari 55

PENGANGGARAN PEMERINTAH

Konstantinus Pati Sanga, SE., MSA., Ak.

Akuntansi Sektor
Publik
MENUJU PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH YANG
SEMAKIN BERKUALITAS
UU 25/2004 UU 17/2003 UU 1/2004 UU 15/2004 UU 32/2004 UU 33/2004

Pasal 182 & Pasal


PP PP PP 194 UU 32/2004

misal: PP 24/2005

PP 58/2005:
Pengelolaan Keuda
(Omnibus Regulation)
Pasal 69 & Pasal
Pasal 155 PP 58 /2005 86 UU 33/2004

PERMENDAGRI 13 / 2006
Pedoman Pengelolaan
1

keuangan Daerah

Psl 330 Permendagri 13/2006 Kandungan lokal


berdasarkan kesepakatan
Psl 151 Ayat 1 PP
bersama yg tidak
58 / 2005 Perda Pokok2 bertentangan dng
Pengelolaan Keu Daerah peraturan perUUan

Perkada ttg Sistem & Prosedur SE ttg Pedoman Penyusunan


1 Psl 151 Ayt 1 PP 58 /2005 Pengelolaan Keu Daerah RKA - SKPD
Permasalahan utama pada model lama
Budgetary
Slack
1. Anggaran belanja cenderung ditetapkan LEBIH TINGGI.

2. Anggaran pendapatan cenderung ditetapkan LEBIH RENDAH.

3. Kurangnya keterpaduan antara perencanaan dengan


penganggaran.

4. Relevansi Program/Kegiatan: kurang responsif dengan


permasalahan dan/ atau kurang relevan dengan peluang
yang dihadapi.

5. Konsistensi & sinkronisasi program masih relatif lemah; baik


secara vertikal maupun horizontal.

6. Program/kegiatan saling tumpang tindih antar SKPD dan


bahkan saling meniadakan.

2
Permasalahan utama pada model lama
7. Pertanggungjawaban kinerja kegiatan masih tetap cenderung fokus
pada pelaporan penggunaan dana.
Paling tidak, sebelum PP 8 / 2006 ditetapkan, keterpaduan Laporan
Keuangan dengan Laporan Kinerja masih belum jelas.

8 Spesifikasi indikator kinerja dan target kinerja masih relatif lemah.


Pada beberapa kasus, penetapan besar belanja tidak didasarkan pada
target kinerja keluaran (output) atau hasil (outcome). Volume output
diubah, tetapi total belanja tidak berubah

9. Indikator kinerja untuk Belanja Administrasi Umum (dulu disebut:


Belanja Rutin) masih tetap belum jelas.

10. Honor pada tiap kegiatan.

11. Penetapan APBD seringkali terlambat, dan perubahan APBD seringkali


di akhir tahun anggaran.

12. Manajemen Pendanaan Kesra: Mengapa Kabupaten X mampu


menggratiskan Yankesmas serta wajar 12 tahun, sedangkan
Kabupaten kita tidak mampu?

3
Anggaran Berdasarkan Prestasi Kerja

capaian kinerja

indikator kinerja

Penyusunan anggaran
berdasarkan prestasi
analisis standar belanja
kinerja dilakukan
berdasarkan ditetapkan
dengan
standar satuan harga keputusan
kepala
daerah
standar pelayanan minimal

4
PENDEKATAN PENGANGGARAN
BERDASARKAN PRESTASI KERJA

Dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara


PENDANAAN dengan KELUARAN dan HASIL yang diharapkan
dari KEGIATAN DAN PROGRAM termasuk EFISIENSI dalam
pencapaian KELUARAN dan HASIL tersebut. Pasal 39 Ayat 1 PP 58/2005

Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan


berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis
standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan
minimal. Pasal 39 Ayat 2 PP 58/2005
Dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara
PENDANAAN dengan KELUARAN yang diharapkan dari
KEGIATAN dan HASIL serta MANFAAT yang diharapkan,
termasuk EFISIENSI dalam pencapaian HASIL dan KELUARAN
tersebut. Pasal 91 Ayat 4 Permendagri 13/2006

5
PENDEKATAN PRESTASI KERJA
dilakukan berdasarkan
INDIKATOR KINERJA : Ukuran keberhasilan yang akan dicapai pada
setiap program dan kegiatan (yang di rencanakan) satuan kerja
perangkat daerah.
CAPAIAN KINERJA : Ukuran prestasi kerja yang akan dicapai dari
keadaan semula dengan mempertimbangkan faktor kualitas, kuantitas,
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan.
STANDAR SATUAN HARGA: Harga satuan setiap unit barang/jasa yang
berlaku di suatu daerah.
ANALISIS STANDAR BELANJA: Penilaian kewajaran atas beban kerja
dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
(Dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan)
STANDAR PELAYANAN MINIMAL: Tolok ukur kinerja dalam
menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah.

6 Penjelasan Pasal 39 Ayat 2 PP 58/2005


D A L A M T I A P K E G I A T A N:
MASUKAN  KELUARAN  HASIL
INPUT  OUTPUT  OUTCOME

INPUT: Seluruh faktor produksi, bahan baku dan bahan


penolong yang dibutuhkan untuk menghasilkan output
kegiatan.

OUTPUT: Produk langsung dari kegiatan yang


bersangkutan, yang dapat berwujud barang, jasa
dan/atau orang.

HASIL (KERJA) = OUTCOME: Manfaat jangka pendek


yang diperoleh oleh pelanggan kegiatan, sebagai
akibat langsung dari pemanfaatan OUTPUT kegiatan
yang bersangkutan

7
INDIKATOR KINERJA

ukuran keberhasilan . . .
1. Apa yang berhasil diwujudkan oleh kegiatan?
DESKRIPSIKAN: Input, Keluaran, Hasil, (Manfaat, dan
Dampak).
 Mulai dari KELUARAN = Barang, Jasa, atau Orang
yang . . .
 Lalu tanya “untuk apa?” atau “supaya apa?”

2. Apakah Indikasinya?
SPESIFIKASI DAN OPERASIONALISASI: Tanya “Apa
Buktinya?”

8
CONTOH-CONTOH OUTPUT

NO KEGIATAN OUTPUTNYA …

1 Pelatihan Jumlah orang yg trampil ttg …

2 Sosialisasi Jumlah orang yg paham ttg …

Dokumen rencana kerja & tindak lanjut bidang … utk tiap peserta
3 (Rapat) Koordinasi
rapat yg operasionil dan disepakati bersama.

4 Pembangunan Luas … yang dibangun

5 Studi / Penelitian / … Jumlah dokumen hasil studi / penelitian/ … yang minimal berisi …

6 Pengadaan barang Jumlah dan spesifikasi barang yang dibeli

7 Pemeliharaan Jumlah dan spesifikasi … yang terpelihara

8 Monitoring Jumlah dokumen hasil monitoring yang minimal berisi …

9
DESKRIPSIKAN

OUTPUT 1 Untuk Apa …,


Supaya Apa …
11 Unit
Unit Mobil
Mobil Puskesmas
Puskesmas ya Bu?
Keliling
Keliling sesuai
sesuai standard
standard
yg
yg ditetapkan
ditetapkan Depkes
Depkes
UNTUK APA?
HASIL 2
•• Utk
Utk dipakai
dipakai jalan22
jalan
•• Untuk
Untuk membawa
membawa snack.
snack.
•• Untuk
Untuk melayani
melayani orang
orang
sakit
sakit yg
yg berada
berada di
di luar
luar
jangkauan
jangkauan Puskesmas.
Puskesmas.
•• Untuk
Untuk …

… jawaban beragam (lebih dari


satu)? … pilih 1 (satu) jawaban yg
paling baik (sesuai perUNTUKannya)

10
SPESIFIKASI DAN OPERASIONALISASI

deskripsi indikator kinerja indikator kinerja

1 Unit Mobil Puskesmas Keliling 1. Spesifikasi mobil terlampir sesuai


sesuai standard yg ditetapkan dengan standard Depkes.
KELUARAN
Depkes 2. …

Meningkatnya yankes pd org sakit 1. Jumlah org sakit yg dpt dilayani


yg berada di luar jangkauan 2. Jumlah masyarakat yg dpt dibina
Puskesmas. 3. …
HASIL
apa buktinya ?

11
Kriteria (umum) dlm pemilihan indikator Valid
& Reli
abel

 VALIDITAS
Indikator (dan cara menghasilkan indikator
tersebut) benar-benar mampu mengukur apa
yang hendak/akan diukur.

 RELIABILITAS

pi
be Teta
Konsistensi indikator (dan konsistensi cara
menghasilkan indikator). Memberikan hasil

Re alid
l
yang sama walaupun dilakukan oleh pihak

lia
V
lain di tempat dan waktu yang berbeda.

ak
Tid
 BIAYA PENGUMPULAN DATA
Biaya pengumpulan datanya relatif murah
dan dapat dilakukan secara cepat.

lia &
l
be
Re lid
ak Va
 ADEKUASI

Tid ak
Semakin sedikit semakin baik.

Tid
12
RANTAI NILAI DARI KEGIATAN
KASUS 1: KEGIATAN SEBAGAI SOLUSI UNTUK MEMECAHKAN MASALAH

MASALAH:
MASALAH: Hasil
Hasil studi
studi menyimpulkan
menyimpulkan bahwa
bahwa banyak
banyak koperasi
koperasi di
di
kota
kota AA yg
yg blm
blm berfungsi
berfungsi secara
secara optimal;
optimal; mati
mati segan
segan hidup
hidup tak
tak mau.
mau.

Koperasi
Koperasi yg
yg fungsional
fungsional
(punya
(punya AD/ART,
AD/ART, Rapat
Rapat UNTUK APA?
Rutin,
Rutin, punya
punya pelayanan
pelayanan SUPAYA APA?
prima
prima ke
ke anggotanya,
anggotanya, dll)
dll)

Agar
Agar kinerja
kinerja pengelolaan
pengelolaan
UNTUK APA?
usaha
usaha anggota
anggota koperasi
koperasi
meningkat
meningkat SUPAYA APA?

Agar
Agar omset
omset usaha
usaha
anggota
anggota koperasi
koperasi ybs
ybs UNTUK APA?
meningkat
meningkat SUPAYA APA?

Agar
Agar pendapataan
pendapataan
anggota
anggota koperasi
koperasi ybs
ybs
13
meningkat
meningkat
RANTAI NILAI DARI KEGIATAN
KASUS 2: KEGIATAN SEBAGAI SOLUSI UNTUK MEMANFAATKAN PELUANG

PELUANG:
PELUANG: Hasil
Hasil studi
studi menyimpulkan
menyimpulkan bahwa
bahwa sungai
sungai BB di
di Kabupaten
Kabupaten A,
A, sgt
sgt potensial
potensial
utk
utk budidaya
budidaya ikan
ikan air
air tawar
tawar arus
arus deras.
deras. Tetapi,
Tetapi, hingga
hingga kini
kini masyarakat
masyarakat di
di sekitar
sekitar
daerah
daerah aliran
aliran sungai
sungai BB tersebut
tersebut blm
blm memanfaatkannya.
memanfaatkannya.

Warga
Warga di di sekitar
sekitar sungai
sungai BB yg
yg UNTUK APA?
tlh
tlh trampil
trampil dlm
dlm budidaya
budidaya ikan
ikan SUPAYA APA?
air
air tawar
tawar arus
arus deras
deras

Agar
Agar (nantinya),
(nantinya), pengelolaan
pengelolaan
UNTUK APA?
usaha
usaha budidaya
budidaya ikan
ikan air
air tawar
tawar
arus
arus derasnya
derasnya berlangsung
berlangsung SUPAYA APA?
tepat
tepat guna
guna dan
dan berhasil
berhasil guna
guna

Agar
Agar ada
ada peningkatan
peningkatan produksi
produksi
UNTUK APA?
budidaya
budidaya ikan
ikan air
air tawar
tawar arus
arus
deras SUPAYA APA?
deras di
di sekitar
sekitar daerah
daerah aliran
aliran
sungai
sungai BB
Agar
Agar pendapataan
pendapataan warga
warga di
di
sekitar
sekitar daerah
daerah aliran
aliran sungai
sungai BB
14
tsb
tsb meningkat
meningkat
SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Pedoman Pedoman
RENSTRA RENJA RKA - KL RINCIAN

Pemerintah
KL KL APBN

Pusat
Pedoman diacu

Pedoman dijabarkan Pedoman


RPJP RPJM RAPBN APBN
RKP
NASIONAL NASIONAL

diacu diperhatikan Diserasikan melalui MUSRENBANGDA

Pedoman
Pedoman dijabarkan
RPJP RPJM
RKPD RAPBD APBD

Pemerintah
DAERAH DAERAH

Daerah
Pedoman

Pedoman RENJA Pedoman


RENSTRA RKA – RINCIAN
SKPD SKPD SKPD APBD

PERENCANAAN PROGRAM PENGANGGARAN

15
SISTEM PERENCANAAN
Pasal 150 UU 32/ 2004
5 TH

20 TH PERDA/QANUN 1 TH

M RPJM DAERAH M
PERDA/QANUN U PENJABARAN U RKP DAERAH
S RPJP S
R R
RPJP DAERAH Arah Kebijakan Rancangan
E Keuangan Daerah E Kerangka Ekonomi
N Strategi N Daerah
VISI B Pembangunan B
A Daerah
A
Prioritas
MISI N Kebijakan Umum N
Pembangunan
Daerah
G G
ARAH D Program Kerja
D
PEMBANGUNAN Rencana Kerja
A Rencana Kerja A dan Pendanaan
(Kerangka
Regulasi)
Rencana Kerja
(Kerangka
16
Pendanaan)
SISTEM PENGANGGARAN
RPJMD RKPD

KU
POKOK2
FKPD PIKIRAN
Prioritas &
Plafon Anggaran

RKA APBD
RAPBD

Penjabaran
RKA SKPD APBD

DPA SKPD

17
UU RI NO 25 TAHUN 2004
Ketentuan
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Umum
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan
sumber daya yang tersedia.
Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan
tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-
rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan
tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat
RPJP, adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh)
tahun.
18
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya
disingkat RPJM, adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima)
tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/
Lembaga, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra-KL), adalah dokumen perencanaan
Kementerian/ Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja
Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra -SKPD, adalah
dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5
(lima) tahun.
Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pemerintah (RKP), adalah dokumen perencanaan
Nasional untuk periode 1 (satu) tahun.
19
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen
perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga, yang
selanjutnya disebut Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja
-KL), adalah dokumen perencanaan Kementrian/Lembaga untuk
periode 1 (satu) tahun.
Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah,
yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja
Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

20
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada
akhir periode perencanaan.
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif
untuk mewujudkan visi dan misi.
Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah
Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan.
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk
mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau
kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.

21
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Lembaga adalah organisasi non Kementerian Negara dan instansi lain
pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu
berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 atau peraturan perUndang-undangan lainnya.
Program Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah
adalah sekumpulan rencana kerja suatu Kementerian/Lembaga atau
Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Program Lintas Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah adalah sekumpulan rencana kerja beberapa
Kementerian/Lembaga atau beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Program Kewilayahan dan Lintas Wilayah adalah sekumpulan
rencana kerja terpadu antar-Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja
Perangkat Daerah mengenai suatu atau beberapa wilayah, Daerah, atau
kawasan.
22
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya
disingkat Musrenbang adalah forum antarpelaku dalam rangka
menyusun rencana pembangunan Nasional dan rencana pembangunan
Daerah.
Menteri adalah pimpinan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan di
Daerah Provinsi, Kabupaten, atau Kota adalah kepala badan
perencanaan pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut Kepala
Bappeda.

23
UU RI NO 25 TAHUN 2004
Asas dan PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
SISTEM
Tujuan
Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi
dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional.
Perencanaan Pembangunan Nasional disusun secara sistematis,
terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan
berdasarkan Asas Umum Penyelenggaraan Negara.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk:
a. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;
b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik
antarDaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah
maupun antara Pusat dan Daerah;
24
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;
d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,
efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Ruang
Lingkup
Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup penyelenggaraan
perencanaan makro semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua
bidang kehidupan secara terpadu dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia.

25
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan
pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga
dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya.
Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) menghasilkan :
a. rencana pembangunan jangka panjang;
b. rencana pembangunan jangka menengah; dan
c. rencana pembangunan tahunan.

RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya


pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam
bentuk visi, misi, dan arah pembangunan Nasional.
26
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang
memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program
Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan
dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah
kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi
dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas
pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan
fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi
dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
27
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang
mengacu pada RPJP Nasional.
RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah
dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan
Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program
Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah,
dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada
RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas
pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat.
28
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program,
dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM
Nasional dan bersifat indikatif.
Renja-KL disusun dengan berpedoman pada Renstra-KL dan
mengacu pada prioritas pembangunan Nasional dan pagu indikatif,
serta memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik
yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan
tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman
kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.

29
UU RI NO 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan
mengacu kepada RKP, memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah
Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.

30
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
Pengertian (APBN)
APBN
 Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang
disetujui oleh DPR.
 Berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1
Januari – 31 Desember).

Tujuan APBN  Mengatur pembelanjaan negara, mewujudkan stabilitas


ekonomi dan pemerataan pendapatan/mengembangkan aktivitas ekonomi
masyarakat.

31
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
Fungsi (APBN)
APBN
1. Fungsi Otorisasi
Dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan,
2. Fungsi Perencanaan
Pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun
tersebut.
3. Fungsi Pengawasan
Pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi
Diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.

32
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
(APBN)
5. Fungsi Distribusi
Memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi Stabilisasi
Alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.
7. Fungsi Pengorganisasian
Pedoman untuk menyeimbangkan berbagai pos yang ada agar semua
kepentingan dapat dilaksanakan dengan baik.
Landasan Hukum
APBN
1. UUD 1945 pasal 23 (1), tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun.
2. UU No.17/2003 tentang keuangan negara.

33
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
Cara Penyusunan (APBN)
APBN
Pemerintah mengajukan RAPBN (RUU APBN) – DPR – UU APBN
selambat-lambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan.

Faktor-faktor yang belum dapat dipastikan memberikan pengaruh dalam


penentuan APBN umumnya terkait dengan enam sumber :
1. Nilai tukar rupah terhadap dollar Amerika (USD)
2. Harga minyak bumi di pasar Internasional
3. Kuota minyak mentah yang ditentukan oleh OPEC
4. Suku bunga
5. Pertumbuhan ekonomi
6. Inflasi

34
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
(APBN)
APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:

1. Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.


2. Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
3. Penajaman prioritas pembangunan
4. Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang Negara

Pelaksanaan APBN :
APBN ditetapkan dengan UU – pelaksanaan APBN dituangkan dalam PP.

Revisi APBN :
Pemerintah mengajukan RUU Perubahan APBN kepada DPR.

35
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
(APBN)
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN:
Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden
menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN
kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
Struktur
APBN
Anggaran Negara :
1. Anggaran Pendapatan (penerimaan) Negara
2. Anggaran Belanja (pengeluaran) Negara

Untuk melaksanakan tugas sehari-hari (rutin), disusun anggaran rutin :


3. Anggaran penerimaan rutin (dalam negeri)
4. Anggaran belanja rutin
36
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
(APBN)
Untuk melaksanakan tugas pembangunan (non rutin) disusun Anggaran
pembangunan:
1. Anggaran penerimaan pembangunan
2. Anggaran belanja pembangunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


Tahun xxxx/xxxx
(dalam milyar rupiah)

37
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
Komponen (APBN)
APBN
1. Anggaran Pendapatan Negara, menurut sumbernya
a. Penerimaan Dalam Negeri
a.1. Penerimaan pajak
PPh, PPN, PBB, BPHTB, Cukai & pajak lain.
b. 2. Penerimaan bukan (non) pajak
SDA (Migas dan non Migas), bagian laba BUMN, PNBP lain.
c. Penerimaan pembangunan (Hibah), bantuan dari swasta (dalam
maupun luar negeri) maupun pemerintah luar negeri
b.1. Bantuan program
b.2. Bantuan proyek

38
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
(APBN)
2. Anggaran Belanja Negara, menurut sumbernya :
a. Belanja Rutin (Pemerintah Pusat), membiayai kegiatan
pembangunan pemerintah pusat baik yang dilakukan di pusat
maupun di daerah.
Meliputi : Belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, subsidi
daerah otonom, subsidi BBM dan non BBM, pembiayaan bunga
hutang, belanja lainnya.
b. Belanja Pembangunan (belanja daerah), dibagi - bagi ke pemerintah
daerah – pendapatan APBD yang bersangkutan.
Meliputi : Dana bagi hasil, dana alokasi umum, dana alokasi
khusus, dana otonomi khusus.

39
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NASIONAL
(APBN)
3. Pembiayaan :
a. Pembiayaan dalam negaeri: pembiayaan perbankan, privatisasi,
surat utang negara, serta penyertaan modal negara.
b. Pembiayaan luar negeri: penarikan pinjaman luar negeri (pinjaman
program & pinjaman proyek).
c. Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri.

40
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
Pengertian
APBD
Adalah daftar yang sistematis tentang rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang memuat anggaran pendapatan dan pengeluran
daerah dan telah disetujui oleh DPRD untuk masa waktu satu tahun.

UU No 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, bahwa di dalam


melaksanakan pembangunan harus selalu berpedoman pada tiga asas
yaitu:
1. Asas Desentralisasi
Terkait dengan masalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pusat kepada daerah otonom dalam koridor Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Penyelenggaraan asas desentralisasi ini meliputi wilayah dan
bukan daerah kota atau kabupaten.

41
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)

2. Asas Dekonsentrasi
Memuat masalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
gubernur sebagai wakil pemerintahan dan atas perangkat pusat di
daerah.
3. Asas Tugas Pembantuan
Memuat tentang penegasan dari pemerintah pusat kepada daerah dan
desa serta dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu
dengan pembiayaan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.
Setelah semua tugas selesai dilaksanakan mereka berkewajiban untuk
melaporkan hasil pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan
kepada yang mengesahkannya.

42
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
Fungsi
APBD
Fungsi otorisasi, fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi
pengawasan, fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi.

Ditinjau dari sisi keefektifan, maka fungsi alokasi yang paling efektif
dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Alasannya karena daerah lebih
mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan masyarakat di daerahnya
sendiri. Meski demikian pada tingkat pelaksanaannya pemerintah pusat
lebih memahami adanya situasi dan kondisi yang berbeda-beda dari
masing-masing wilayah.

43
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
Tujuan
APBD
Pedoman untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran dalam
melaksanakan kegiatan daerah agar peningkatan produksi dan kesempatan
kerja serta peningkatan pertumbuhan ekonomi, dapat tercapai sehingga
kesejahteraan masyarakat dapat terwujudkan.
Cara Penyusunan
APBD
Ditetapkan setiap tahun melalui peraturan daerah. Pendapatan daerah ini
berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan pendapatan
lain-lain yang sah.

44
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
Langkah-Langkah Penyusunan
APBD
1. Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang
APBD kepada DPRD yang disertai dengan penjelasan dan dokumen
pendukung pada bulan Oktober minggu pertama tahun sebelumnya.
DPRD mengambil keputusan setuju atau tidak mengenai rancangan
peraturan daerah tentang APBD tersebut dilaksanakan selambat-
lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan.

45
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)

2. Apabila DPRD setuju, maka RAPBD ditetapkan menjadi APBD


melalui Peraturan Daerah dan sebaliknya apabila DPRD tidak setuju,
maka untuk membiayai pembiayaan pengeluaran setiap bulannya
pemerintah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya
sebesar angka APBD tahun sebelumnya. Setelah APBD ditetapkan
dengan peraturan daerah maka pelaksanaannya lebih lanjut dituangkan
melalui keputusan gubernur/walikota/bupati.

46
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)
Komponen
APBD

47
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)

STRUKTUR PENDAPATAN
A. Pendapatan Asli Daerah :
1. Hasil Pajak Daerah 4. Lain-Lain PAD yang Sah
2. Hasil Retribusi Derah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
B. Dana Perimbangan :
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
C. Lain – Lain Pendapatan Daerah yang Sah :
1. Dana Darurat dari Pemerintah 3. Bantuan Keuangan
2. Hibah 4. Bagi Hasil dari Provinsi

48
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)

STRUKTUR BELANJA
A. Aparatur Daerah :
1. Belanja Administrasi Umum
- Belanja Pegawai/Personalia
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
2. Belanja Operasi & Pemeliharaan
- Belanja Pegawai/Personalia
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
3. Belanja Modal

49
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)

B. Pelayanan Publik :
1. Belanja Administrasi Umum
- Belanja Pegawai/Personalia
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
2. Belanja Operasi & Pemeliharaan
- Belanja Pegawai/Personalia
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
3. Belanja Modal
C. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
D. Belanja Tidak Tersangka
50
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD)

STRUKTUR PEMBIAYAAN
A. Penerimaan Pembiayaan :
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu
2. Transfer dari Rekening Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah
5. Penerimaan Piutang Daerah
B. Pengeluaran Pembiayaan :
1. Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo
2. Pembelian kembali obligasi daerah
3. Penyertaan modal (investasi) daerah
4. Pemberian piutang daerah
5. Transfer ke rekening dana cadangan

51
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN

PP No.8 Tahun 2006 pasal 2 :


Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD setiap
entitas pelaporan wajib menyusun dan menyajikan:
a. Laporan keuangan
b. Laporan Kinerja
Pertanggungjawaban Kepala Daerah (PP 108 TAHUN 2000)
c. Pertanggungjawaban Akhir Tahun Anggaran
d. Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan
e. Pertanggungjawaban Untuk Hal Tertentu
Jenis Pelaporan/Pertanggungjawaban (PP 58/2005 & PP 8/2006)
f. Laporan Tahunan
g. Laporan Semesteran
h. Laporan Triwulan
52
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN/APBD (UU No 17 / 2003)


 Pasal 30
a. Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa
laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
b. Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan
Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan
perusahaan negara dan badan lainnya.

53
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN

 Pasal 31
Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa
laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.

Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi :


1. Laporan Realisasi APBN/APBD,
2. Neraca,
3. Laporan Arus Kas,
4. Catatan atas Laporan Keuangan,

54

Anda mungkin juga menyukai