Nita Safitri
Alif Hamzah
Moch. Miqdar
KERATITIS
(= radang kornea)
berdasar lokasi dpt dibagi :
• Keratitis Pungtata
Keratitis yg berkumpul di daerah membran Bowman, dg infiltrat
bercak-bercak halus.
ec. Moluskum kontagiosum, akne rosasea, herpes simpleks, herpes
zoster, blefaritis neuroparalitik, infeksi virus, vaksinia, trakoma,
trauma radiasi, dry eyes, trauma, lagoftalmus, keracunan obat
(neomisin, tobramisin, bahan pengawet)
Gejala : bilateral, kronis tanpa kelainan konjungtiva.
Kelainan berupa :
1. Keratitis pungtata epitel
2. Keratitis pungtata
3. Pd konjungtivitis verna dan konjungtivitis atopik ditemukan
bersama-sama papil raksasa
4. Pd trakoma, pemfigoid, sindrom Stevens-Johnson dan pasca
pengobatan radiasi dpt ditemuka bersama-sama dg jaringan parut
konjungtiva.
• Keratitis pungtata superfisial
– Cacat halus kornea superfisial dan hijau bila diwarnai
fluoresein ec. Dry eyes, Blefaritis, Keratopati
lagoftalmus, keracunan obat topikal, sinar UV, trauma
kimia ringan, lensa kontak.
– Gejala : sakit, silau, mata merah, rasa kelilipan.
– Terapi : tetes air mata buatan, tobramisin tetes,
siklopegik.
• KERATITIS VIRAL
1. Keratitis Herpetik
– epitelial (dendritik) : pembelahan virus di dlm epitel → tukak
kornea superfisial
– stromal (diskiformis) : reaksi imunologik → radang.
– Terapi : Idoxuridine (IDU, toksik) fl 1% / 1jam ,salep o,5% / 4jam.
Vibrabin salep. Trifluorotimidine (TFT). Acyclovir salep 3% /4jam
(ES minimal)
2. Infeksi herpes zoster
Bila terkena ganglion cabang oftalmik, akan terlihat gejala
herpes zoster pd mata. Keratitik vesikular. Gejala : mata sakit pd
daerah yg terkena, demam, merah & penglihatan berkurang. Pd
kelopak terdapat vesikel yg tersebar sesuai dg dermatom pd saraf
trigeminus dan infiltrat pd korea. Terapi : acyclovir, steroid (usia
lanjut)
3. Keratitis Dendritik
ec. Herpes simpleks. Berupa garis infiltrat pd
permukaan yg kemudian membentuk cabang, berlanjut
mjd bentuk Geografik. Gejala : fotofobia, kelilipan,
penglihatan menurun, konjungtiva hiperemis,
sensitibilitas kornea hipestesia. Terapi : simptomatik,
debridement, IDU 0,1% / jam, acyclovir.
4. Keratitis Disiformis
Profunda superfisial.
Berupa reaksi alergi / imunologik thd virus herpes
simpleks.
KERATITIS ALERGI
1. Keratokonjungtivitis flikten
– Gejala klinis : Hiperemia konjungtiva, kurangnya air
mata, menebalnya epitel kornea, panas, gatal. Papul
dan Pustula pd kornea / konjungtiva. “Flikten” : benjolan
putih keabuan , berbatas tegas dg / tanpa
neovaskularisasi ke arah benjolan tsb. Bilateral, dimulai
dari limbus.
– Terapi : steroid. Pd anak-anak ec. Gizi buruk.
2. Ulkus Fliktenular
– Benjolan abu-abu pd kornea : ulkus fasikular, flikten
multiple, ulkus cincin. Terapi : steroid, sistemik.
3. Keratitis fasikularis
• Tukak kornea akibat flikten yg menjalar ke sentral disertai
fasikulus pembuluh darah.
• Wander phlychten : jalur pembuluh darah baru di kornea.
4. Keratokonjungtivitis vernal
– Cobble stone pd konjungtiva tarsa.
• Keratitis Lagoftalmus
– Mata tidak bisa menutup sehingga konjungtiva terpapar trauma dan
kornea menjadi kering. Terapi : mengatasi kausa dan air mata
buatan.
• Keratitis Neuroparalitik
– Kelainan saraf trigeminus sehingga terdapat kekeruhan kornea dan
kekeringan kornea. Kornea kehilangan daya tahan terhadap iritasi
dari luar. Gejala : jarang berkedip, silau, tidak nyeri.
• Keratokonjungtivitis Sika
– Keringnya permukaan kornea dan konjungtiva, oleh
karena :
• Defisiensi komponen lemak dan air mata
• Defisiensi kelenjar air mata
• Defisiensi komponen musin
• Penguapan yg berlebihan
• Parut kornea
Gejala : mata gatal, seperti berpasir, silau. Sekresi mukus
berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, erosi
kornea.
Pemeriksaan : TES Schirmer, Tes Zat warna Rose Bengal
konjungtiva, Tear film break up time.
Terapi : air mata buatan, lensa kontak, penutupan pungtum
lacrimal.
KERATITIS BAKTERIAL
• Bakteri :
Streptococcus, Pseudomonas, Enterobacteriaceae (termasuk Klebsi
ella, Enterobacter, Serratia, dan Proteus), dan Staphylococcus sp.
• Pemakaian kontak lensa berlebihan, kontaminasi solutio kontak
lensa atau pengobatan tetes mata, penurunan status imunologis
sebagai akibat dari malnutrisi, alkohol, dan diabetes lalu penyakit
permukaan okular yang terjadi apabila mekanisme pertahanan
tubuh melemah seperti pada keadaan penyakit kornea pasca
herpes, trauma, keratopati bulosa, pajanan kornea, mata kering,
dan kehilangan sensasi pada kornea. Defisiensi air mata, malposisi
dari kelopak mata (entropion dengan trikiasis dan lagoftalmus) dan
pemakaian steroid topikal jangka panjang disinyalir juga dapat
merusak sel epitel.
Cefazolin atau
Gram negatif kokus Ceftriakson Penisilin G
vancomisin
• Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air
mata, sumbatan saluran lakrimal)
• Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena
trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka
• Kelainan lokal pada kornea, meliputi edema kornea kronik, keratitis
exposure (pada lagoftalmos, anestesi umum, koma), keratitis karena
defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superficialis virus
• Kelainan sistemik, meliputi malnutrisi, alkoholisme, sindrom Steven-
Johnson, sindrom defisiensi imun (AIDS, SLE)
• Obat-obatan penurun sistem imun, seperti kortikosteroid, obat anestesi lokal
• Gejala subjektif berupa eritema kelopak mata
dan konjungtiva, sekret mukopurulen, merasa
ada benda asing di mata, pandangan kabur,
bintik putih pada kornea pada lokasi ulkus, mata
berair, silau, nyeri. Infiltat yang steril dapat
menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat
pada perifer kornea dan tidak disertai dengan
robekan lapisan epitel kornea.
• Ketajaman penglihatan
• Tes refraksi
• Tes air mata
• Pemeriksaan slit-lamp
• Keratometri (pengukuran kornea)
• Respon refleks pupil
• Goresan ulkus untuk analisa atau kultur
• Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
• Komplikasi dari ulkus kornea adalah perforasi kornea, uveitis,
endoftalmitis.
Bedah
2. Granulomatosa akut
• Sarkoiditis
• Sifilis
• TBC, virus, jamur (histoplasmosis), parasit (toksoplasmosis)
• Gejala subjektif :
– Nyeri
– Fotofobia
– Mata merah dg penglihatan dekat menurun ringan
– Berair.
– Gejala awal : mata merah tidak berair, penglihatan bintik-bintik hitam
beterbangan.
Objektif :
Akut : Miopisasi, Pupil kecil, Hifema, Hipopion.
Non-granulomatosa : keratic presipitat
Granulomatosa : “mutton fat deposit”, benjolan Koeppe & Busacca.
Fler dan efek Tyndal pd Bilik mata depan
Sinekia posterior
Kronis : edema makula, katarak.
TIO menurun, jk meningkat berarti ada gangguan aliran keluar cairan bola
mata akibat perlengketan pd sudut bilik mata.
• Terapi :
– SEGERA! utk. mencegah Kebutaan.
– Obati gigi yg bolong.
– Steroid tetes mata (siang), salep (malam). Steroid
sistemik dosis tuggal seling sehari yg tinggi kemudian
diturunkan sampai dosis efektif.
– Jk terjadi Glaukoma Sekunder : Acetazolamide.
Sindrom VOGT
KOYANAGI- HARADA
Gejala :
Etiologi : 1. Infeksi
2. Imunologi
INFEKSI
a. Endogen : hematogen
b. Eksogen : reaksi terhadap benda asing, trauma tembus bola mata
Endoftalmitis fakoanafilaktik
= Endoftalmitis unilateral ataupun bilateral yang merupakan reaksi uvea
granulomaosa terhadap lensa yang mengalami ruptur. (pada anamnesa ditanyakan
riwayat penyakit katarak sebelumnya).
Pd katarak hipermatur, massa lensa akan keluar dari kapsul sehingga menimbulkan
reaksi makrofag : Glaukoma fakolitik.
Objektif
- Oedem Palpebra Superior
- Kemosis konjungtiva dan hiperemis
- Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva
- Oedem kornea
- Kornea keruh
- keratik presipitat
- Bilik mata depan keruh
- Hipopion
- Kekeruhan vitreus
- Refleks putih pd fundus sprt pada retinoblastoma
• Terapi :
– Antibiotik topikal dan sistemik : Ampisilin 2g/hari, Kloramfenikol
3g/hari.
– Stafilokok : Basitrasin (topikal), Metisilin (subkonjungtiva & IV).
– Pnemokok, Streptokok, Neisseria : Penisilin G (top Subkonj &
IV)
– Pseudomonas, Gram - : Gentamisin, Tobramisin, Karbesilin (top
Subkonj & IV)
Penyulit : Panoftalmitis.
PANOFTALMITIS
• Objektif :
– Konjungtiva oedema
– Bilik mata dg hipopion
– Kornea keruh
– Refleks putih di dalam fundus oculi
• Terapi :
– Antibiotik sistemik dosis tinggi
– Enukleasi bulbi
– Eviserasi bulbi
OFTALMIKA SIMPATIKA
Peradangan BILATERAL dg penglihatan menurun & mata merah ec.
Trauma tembus atau bedah mata intraokular.
Terapi :
– Steroid topikal, periokular steroid injeksi, steroid sistemik, siklopegik.
Kontrol 3-6bln. Bila tidak mempan, diberi obat anti supresi.
– Bedah mata : Enukleasi. Pd mata dg visus 0.
GLAUKOMA AKUT
• Gejala subjektif :
– Melihat halo / pelangi
– Kelopak mata bengkak
– Sakit kepala hebat
– Mual, muntah
– Penglihatan buram
– Fotofobia
• Objektif :
– Injeksi siliar
– Palpebra hiperemis
– Oedem cornea
– TIO meningkat
– Iris sembab meradang & sinekia anterior perifer
– Optic disc oedem & hiperemis
– CoA dangkal
• Terapi :
– Menurunkan TIO : manitol (IV), acetazolamide
– Topikal : ß-blocker (timolol, betaxolol),
pilocarpin (miotikum)
– Iridektomi perifer
– trabekulotomy