Anda di halaman 1dari 43

Oleh :

Nita Safitri
Alif Hamzah
Moch. Miqdar
KERATITIS
(= radang kornea)
berdasar lokasi dpt dibagi :
• Keratitis Pungtata
Keratitis yg berkumpul di daerah membran Bowman, dg infiltrat
bercak-bercak halus.
ec. Moluskum kontagiosum, akne rosasea, herpes simpleks, herpes
zoster, blefaritis neuroparalitik, infeksi virus, vaksinia, trakoma,
trauma radiasi, dry eyes, trauma, lagoftalmus, keracunan obat
(neomisin, tobramisin, bahan pengawet)
Gejala : bilateral, kronis tanpa kelainan konjungtiva.
Kelainan berupa :
1. Keratitis pungtata epitel
2. Keratitis pungtata
3. Pd konjungtivitis verna dan konjungtivitis atopik ditemukan
bersama-sama papil raksasa
4. Pd trakoma, pemfigoid, sindrom Stevens-Johnson dan pasca
pengobatan radiasi dpt ditemuka bersama-sama dg jaringan parut
konjungtiva.
• Keratitis pungtata superfisial
– Cacat halus kornea superfisial dan hijau bila diwarnai
fluoresein ec. Dry eyes, Blefaritis, Keratopati
lagoftalmus, keracunan obat topikal, sinar UV, trauma
kimia ringan, lensa kontak.
– Gejala : sakit, silau, mata merah, rasa kelilipan.
– Terapi : tetes air mata buatan, tobramisin tetes,
siklopegik.

• Keratitis pungtata subepitel


• Keratitis MARGINAL
– Infiltrat (reaksi Antigen – antibodi) tertimbun pd tepi kornea
sejajar dg limbus ec. Infeksi lokal konjungtiva. Gejala : sakit
(kelilipan), lakrimasi, fotofobia berat, blefarospasme
unilateral,injeksi konjungtiva, ulkus memanjang,
neovaskularisasi ke arah limbus.
– Bila tidak diobati : tukak kornea.
– Penyulit : jaringan parut pd kornea atau ulkus menjadi lbh
dalam.
– Keratitis marginalis trakomatosa : pembentukan membran pd
kornea atas. “Pannus” : keratitis dg neovaskularisasi.
Berdasar etiologi :

• KERATITIS VIRAL
1. Keratitis Herpetik
– epitelial (dendritik) : pembelahan virus di dlm epitel → tukak
kornea superfisial
– stromal (diskiformis) : reaksi imunologik → radang.
– Terapi : Idoxuridine (IDU, toksik) fl 1% / 1jam ,salep o,5% / 4jam.
Vibrabin salep. Trifluorotimidine (TFT). Acyclovir salep 3% /4jam
(ES minimal)
2. Infeksi herpes zoster
Bila terkena ganglion cabang oftalmik, akan terlihat gejala
herpes zoster pd mata. Keratitik vesikular. Gejala : mata sakit pd
daerah yg terkena, demam, merah & penglihatan berkurang. Pd
kelopak terdapat vesikel yg tersebar sesuai dg dermatom pd saraf
trigeminus dan infiltrat pd korea. Terapi : acyclovir, steroid (usia
lanjut)
3. Keratitis Dendritik
ec. Herpes simpleks. Berupa garis infiltrat pd
permukaan yg kemudian membentuk cabang, berlanjut
mjd bentuk Geografik. Gejala : fotofobia, kelilipan,
penglihatan menurun, konjungtiva hiperemis,
sensitibilitas kornea hipestesia. Terapi : simptomatik,
debridement, IDU 0,1% / jam, acyclovir.

4. Keratitis Disiformis
Profunda superfisial.
Berupa reaksi alergi / imunologik thd virus herpes
simpleks.
KERATITIS ALERGI

1. Keratokonjungtivitis flikten
– Gejala klinis : Hiperemia konjungtiva, kurangnya air
mata, menebalnya epitel kornea, panas, gatal. Papul
dan Pustula pd kornea / konjungtiva. “Flikten” : benjolan
putih keabuan , berbatas tegas dg / tanpa
neovaskularisasi ke arah benjolan tsb. Bilateral, dimulai
dari limbus.
– Terapi : steroid. Pd anak-anak ec. Gizi buruk.
2. Ulkus Fliktenular
– Benjolan abu-abu pd kornea : ulkus fasikular, flikten
multiple, ulkus cincin. Terapi : steroid, sistemik.
3. Keratitis fasikularis
• Tukak kornea akibat flikten yg menjalar ke sentral disertai
fasikulus pembuluh darah.
• Wander phlychten : jalur pembuluh darah baru di kornea.
4. Keratokonjungtivitis vernal
– Cobble stone pd konjungtiva tarsa.

• Keratitis Lagoftalmus
– Mata tidak bisa menutup sehingga konjungtiva terpapar trauma dan
kornea menjadi kering. Terapi : mengatasi kausa dan air mata
buatan.

• Keratitis Neuroparalitik
– Kelainan saraf trigeminus sehingga terdapat kekeruhan kornea dan
kekeringan kornea. Kornea kehilangan daya tahan terhadap iritasi
dari luar. Gejala : jarang berkedip, silau, tidak nyeri.
• Keratokonjungtivitis Sika
– Keringnya permukaan kornea dan konjungtiva, oleh
karena :
• Defisiensi komponen lemak dan air mata
• Defisiensi kelenjar air mata
• Defisiensi komponen musin
• Penguapan yg berlebihan
• Parut kornea
Gejala : mata gatal, seperti berpasir, silau. Sekresi mukus
berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, erosi
kornea.
Pemeriksaan : TES Schirmer, Tes Zat warna Rose Bengal
konjungtiva, Tear film break up time.
Terapi : air mata buatan, lensa kontak, penutupan pungtum
lacrimal.
KERATITIS BAKTERIAL

• Keratitis bakterial adalah suatu infeksi yang mengancam


penglihatan, bersifat progresif, serta terjadi destruksi kornea secara
keseluruhan dalam 24-48 jam pada jenis bakteri yang virulen. Ulkus
kornea, pembentukan abses stromal, edema kornea, dan
peradangan segmen anterior.

• Bakteri :
Streptococcus, Pseudomonas, Enterobacteriaceae (termasuk Klebsi
ella, Enterobacter, Serratia, dan Proteus), dan Staphylococcus sp.
• Pemakaian kontak lensa berlebihan, kontaminasi solutio kontak
lensa atau pengobatan tetes mata, penurunan status imunologis
sebagai akibat dari malnutrisi, alkohol, dan diabetes lalu penyakit
permukaan okular yang terjadi apabila mekanisme pertahanan
tubuh melemah seperti pada keadaan penyakit kornea pasca
herpes, trauma, keratopati bulosa, pajanan kornea, mata kering,
dan kehilangan sensasi pada kornea. Defisiensi air mata, malposisi
dari kelopak mata (entropion dengan trikiasis dan lagoftalmus) dan
pemakaian steroid topikal jangka panjang disinyalir juga dapat
merusak sel epitel.

• Unilateral, nyeri, fotofobia, hiperlakrimasi, dan terdapat penurunan


fungsi penglihatan. Dapat ditemukan infiltrat stromal dan sekret
kental mukopurulen, edema kornea, injeksi konjungtiva, dan pada
kasus yang berat bahkan dapat ditemukan hipopion (cairan putih
kental di belakang kornea). Tekanan intraokular dapat turun
disebabkan hipotonus badan siliar. Namun, pada umumnya tekanan
intraokular meningkat akibat sumbatan dari trabecular
meshwork oleh sel peradangan. Kelopak mata juga dapat edema.
Pemeriksaan : Kultur mikroorganisme
Terapi : Antibiotik spektrum luas. Sikoplegik (atropin 1%) digunakan utk
mencegah sinekia posterior dan mengurangi nyeri. Kompres dingin
utk. Mengurangi peradangan.
KERATITIS JAMUR

• Biasanya diawali dengan kerusakan epitel kornea akibat ranting


pohon, daun, dan bagian dari tumbuhan.
– Jamur :  Fusarium, Candida, Cephalocepharium, dan Curvularia.
- efek samping dari pemakaian antibiotik dan steroid yang tidak
tepat serta penyakit sistemik imunosupresif.

Sering ditemukan di daerah pertanian, dengan didahului trauma


kornea (umumnya oleh kayu).

• Keluhan timbul setelah 5 hari-3 minggu setelah kejadian. Pasien


akan mengeluh sakit mata yang hebat, berair, dan silau. Pada
awalnya akan terdapat nyeri hebat, namun perlahan-lahan
menghilang seiring dengan saraf kornea yang rusak.
• Pada mata akan terlihat infiltrat yang berhifa dan satelit bila terletak
di dalam stroma. Biasanya disertai dengan cincin endotel dengan
plak tampak bercabang-cabang dan lipatan membran descemet.
Gejala KHAS : ulkus putih-abu-abu tanpa batas yang jelas, lesi
dikelilingi oleh infiltrat seperti jari-jari.
Keratitis kandida umumnya berkaitan dengan penyakit kornea
kronik atau imunokompromais. Didapatkan ulkus putih-kuning
dengan supurasi padat seperti keratitis bakteri.

• Terdapat 2 tipe jamur yaitu molds dan ragi. Molds (filamen jamur)


terbagi atas septa (penyebab tersering keratitis jamur) dan non-
septa. Mereka menghasilkan koloni-koloni yang bergabung menjadi
hifa. Ragi membentuk pseudohifa. Penyebab tersering infeksi jamur
adalah Fusarium, Aspergillus(filamen jamur) dan Candida (ragi).
Trauma organik adalah penyebab tersering keratitis oleh jamur
berfilamen, sedangkan imunosupresi atau gangguan epitel kornea
kronik umumnya menyebabkan keratitis jamur ragi. Gangguan
pertahanan kornea dapat menyebabkan infeksi Candida. Kolonisasi
fungi di stroma akan berlanjut menuju lapisan yang lebih dalam dan
sulit untuk mendapatkan spesimen untuk diagnostik dan
tatalaksana.
• Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan KOH 10% pada
kerokan kornea yang menunjukkan adanya hifa, dan kultur pada
agar saboroud.

• Tatalaksana keratitis jamur tidak mudah, hanya sebagian antijamur


yang bersifat fungistatik. Terapi antijamur membutuhkan sistem
imunitas baik dan waktu terapi cukup lama. Antijamur yang dapat
digunakan adalah polyene antibiotik (nistatin, amfoterisin B,
natamisin); analog pirimidin (flusitosin); imidazol (klorteimazol,
mikonazol, ketokonazol), triazol (flukonazol, itrakonazol); dan perak
sulfadiazin. Steroid dikontraindikasikan untuk keratitis jamur. Untuk
infeksi jamur filamen, natamisin adalah pilihan pertama. Alternatif
amfoterisin B dan flusitosin dapat digunakan untuk infeksi jamur
ragi. Pemberian siklopegik disertai obat oral antiglaukoma
diperlukan bila timbul peningkatan tekanan intraokular. Bila tidak
berhasil dapat dilakukan keratoplasti. Penyulit yang terjadi adalah
endoftalmitis.
KERATITIS Achantamoeba

• Acanthamoeba adalah protozoa hidup-bebas yang terdapat di


dalam air tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik.
Infeksi kornea oleh Acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin
dikenal pada pengguna soft contact lens, khususnya bila memakai
larutan garam buatan sendiri, berenang di kolam renang, danau,
atau air asin ketika menggunakan kontak lensa, dan kurangnya
higienis kontak lensa.

• Gejala awal adalah nyeri, kemerahan, dan fotofobia. Tanda klinik


khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat
perineural.
• Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kerokan dan biakan
pada media khusus. Biopsi kornea mungkin diperlukan. Sediaan
histopatologik menampakkan adanya bentuk amuba (kista atau
trofozoit). Larutan dan kotak lensa kontak harus dibiak. Sering
bentuk amuba dapat ditemukan pada larutan kotak penyimpan lensa
kontak.

• Terapi dengan obat umumnya dimulai dengan isetionate


propamidine topikal (larutan 1%) secara intensif dan tetes mata
neomycin. Biquanide polyhexamethylene (larutan 0,01-0,02%),
dikombinasi dengan obat lain atau sendiri, kini makin populer. Agen
lain yang mungkin berguna adalah paromomycin dan berbagai
imidazole topikal dan oral seperti ketoconazole, miconazole, dan
itraconazole. Acanthamoeba sp mungkin menunjukkan sensitivitas
obat yang bervariasi dan dapat menjadi resisten. Kortikosteroid
topikal mungkin diperlukan untuk mengendalikan reaksi radang
kornea.

• Mungkin diperlukan keratoplasti pada penyakit yang telah lanjut atau


setelah resolusi dan terbentuknya parut untuk memulihkan
penglihatan. Bila amuba telah sampai di sklera maka terapi obat dan
bedah tidak berguna lagi.
Organisme Pilihan pertama Pilihan kedua Pilihan ketiga

Gram positif kokus Vancomisin atau


Cefazolin Penisilin G
S.pneumoniae ceftazidim

Gram positif batang nocardia


Amikasin Ciprofloksasin
sp, actinomyses sp Tabel. Ringkasan Pilihan terapi medikamentosa sesuai organisme penyebab keratitis

Organisme gram positif lain : Vancomisin atau


Cefazolin Penisilin G
kokus dan batang ceftazidim

Cefazolin atau
Gram negatif kokus Ceftriakson Penisilin G
vancomisin

Gram negatif batang Polimiksin B atau


Tobramisin atau gentamisin Ciprofloksasin
pseudomonas karbenisilin

Gram negatif batang moraxella Penisilin G Gentamisin Tobramisin


Seperti tercetak di Majalah Farmacia Edisi Oktober 2009 , Halaman: 16 (1908 hits)
Gentamisin atau
Gram negatif batang lainnya Tobramisin Seftazidim
karbenisilin

Yeast like organism = candida


Natamisin Amfoterisin B Nistatin, mikonazol
sp

Hifa-like organism = jamur Natamisin Amfoterisin B Mikonazol

Propamidin dan Propamidin atau


Kista, tropozoit = achantameba Mikonazol
poliheksametilen biguanid neomisisn
ULKUS KORNEA
• Ulkus kornea merupakan kematian jaringan kornea yang dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri, jamur, virus atau suatu proses alergi-imunologi yang
mengakibatkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Terjadinya ulkus
kornea biasanya didahului oleh faktor pencetus yaitu rusaknya sistem barier
epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti :

• Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air
mata, sumbatan saluran lakrimal)
• Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena
trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka
• Kelainan lokal pada kornea, meliputi edema kornea kronik, keratitis
exposure (pada lagoftalmos, anestesi umum, koma), keratitis karena
defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superficialis virus
• Kelainan sistemik, meliputi malnutrisi, alkoholisme, sindrom Steven-
Johnson, sindrom defisiensi imun (AIDS, SLE)
• Obat-obatan penurun sistem imun, seperti kortikosteroid, obat anestesi lokal
• Gejala subjektif berupa eritema kelopak mata
dan konjungtiva, sekret mukopurulen, merasa
ada benda asing di mata, pandangan kabur,
bintik putih pada kornea pada lokasi ulkus, mata
berair, silau, nyeri. Infiltat yang steril dapat
menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat
pada perifer kornea dan tidak disertai dengan
robekan lapisan epitel kornea.

• Gejala objektif berupa injeksi siliar, hilangnya


sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat,
adanya hipopion
DIAGNOSIS
Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah:

• Ketajaman penglihatan
• Tes refraksi
• Tes air mata
• Pemeriksaan slit-lamp
• Keratometri (pengukuran kornea)
• Respon refleks pupil
• Goresan ulkus untuk analisa atau kultur
• Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
• Komplikasi dari ulkus kornea adalah perforasi kornea, uveitis,
endoftalmitis.

• Pengobatan umumnya untuk ulkus adalah dengan siklopegik,


antibiotik yang sesuai topical dan subkonjungtiva, dan pasien
dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat
sendiri, tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya obat sistemik.
Secara umum tukak diobati:

• Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan


berfungsi sebagai incubator
• Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari
• Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaucoma sekunder
• Debridement sangat membantu penyembuhan
• Diberi antibiotik yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi local
kecuali dalam keadaan berat. 
Prinsip terapi ulkus kornea adalah sebagai berikut:

• Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan.


Erosi kornea yang sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati
sebaik-baiknya.
• Pemberian sikloplegika Sikloplegika yang sering digunakan adalah
sulfas atropin karena bekerjannya lama 1-2 minggu. Efek kerja
atropin adalah sebagai berikut:
• Sedatif, menghilangkan rasa sakit
• Dekongestif, menurunkan tanda radang 
• Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan
lumpuhnya m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi
sehingga mata dalam keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya
m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga sinekia posterior yang
telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia
posterior yang baru
Antibiotik 

• Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang


berspektrum luas dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan
subkonjunctiva.

Bedah

• Keratektomi superficial tanpa membuat perlukaan pada membran


Bowman
• Keratektomi superficial hingga membrane Bowman atau stroma
anterior
• Tissue adhesive atau graft amnion multilayer
• Flap konjungtiva
• Patch graft dengan flap konjungtiva
• Keratoplasti tembus
• Fascia lata graft
UVEITIS

Peradangan jaringan uvea , bagian :

depan (iris) : IRITIS


tengah : SIKLITIS
belakang : KOROIDITIS.
iritis
UVEITIS ANTERIOR
(IRIDOSIKLITIS)
1. Non-granulomatosa
1. akut :
• Trauma
• Diare kronis
• Reiter’s disease
• Herpes simpleks
• Bechet’s syndrome
• Posner Schlosman’s syndrome
• Pascabedah
• Adenovirus
• Parotitis
• Influenza
• Klamidia
2. Kronis : artritis reumatoid, Fuchs heterokromik iridosiklitis

2. Granulomatosa akut
• Sarkoiditis
• Sifilis
• TBC, virus, jamur (histoplasmosis), parasit (toksoplasmosis)
• Gejala subjektif :
– Nyeri
– Fotofobia
– Mata merah dg penglihatan dekat menurun ringan
– Berair.
– Gejala awal : mata merah tidak berair, penglihatan bintik-bintik hitam
beterbangan.

Objektif :
Akut : Miopisasi, Pupil kecil, Hifema, Hipopion.
Non-granulomatosa : keratic presipitat
Granulomatosa : “mutton fat deposit”, benjolan Koeppe & Busacca.
Fler dan efek Tyndal pd Bilik mata depan
Sinekia posterior
Kronis : edema makula, katarak.
TIO menurun, jk meningkat berarti ada gangguan aliran keluar cairan bola
mata akibat perlengketan pd sudut bilik mata.

• Perjalanan penyakit KHAS 2-4mgg. Rekuren. Biasanya terjadi


akibat adanya Gigi yg Bolong.
Penyulit :
• Glaukoma sekunder
• Uveitis simpatis.

• Terapi :
– SEGERA! utk. mencegah Kebutaan.
– Obati gigi yg bolong.
– Steroid tetes mata (siang), salep (malam). Steroid
sistemik dosis tuggal seling sehari yg tinggi kemudian
diturunkan sampai dosis efektif.
– Jk terjadi Glaukoma Sekunder : Acetazolamide.
Sindrom VOGT
KOYANAGI- HARADA

Gejala :

Mata : merah, sakit, keluhan bilateral, ablasi retina, infiltrat pd koroid,


kekeruhan vitreus, edema papil.
Kulit Vitiligo, rambut rontok, alopesia.
Sistemik : demam, mual, muntah, sakit kepala, kaku tengkuk, rangsang
meningen

Terapi : Steroid sistemik , siklopegik, pengobatan gejala saraf.


ENDOFTALMITIS
Peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan bola mata TANPA
melibatkan sklera dan kapsula tenon.

Etiologi : 1. Infeksi
2. Imunologi

INFEKSI
a. Endogen : hematogen
b. Eksogen : reaksi terhadap benda asing, trauma tembus bola mata

Bakteri gram positive :


Staphylococcus epidermidis, 
Staphylococcus aureus, dan Streptococcus sp.

Bakteri gram negatif:


Pseudomonas, Escherichia coli dan Enterococcus.
(trauma tembus bola mata)

Jamur : Aktinomises, Aspergilus, Fitomikosis sportrikum, Kokidioides.


AUTOIMUN

Endoftalmitis fakoanafilaktik 
= Endoftalmitis unilateral ataupun bilateral yang merupakan reaksi uvea 
granulomaosa terhadap lensa yang mengalami ruptur. (pada anamnesa ditanyakan
riwayat penyakit katarak sebelumnya).

Penyakit autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat jaringan tubuh


tidak mengenali jaringan lensa yang tidak terletak 
di dalam kapsul. (Reaksi antigen antibodi).

Predisposisi : Diabetes Melitus, AIDS dan SLE (imunitas rendah)

Pd katarak hipermatur, massa lensa akan keluar dari kapsul sehingga menimbulkan
reaksi makrofag : Glaukoma fakolitik.

Bila bersamaan dg trauma lensa : Uveitis simpatika


GEJALA Subjekif 
- Fotofobia
- Nyeri pada bola mata
- Penurunan tajam penglihatan
- Nyeri kepala
- Mata terasa bengkak 
- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka

Objektif 
- Oedem Palpebra Superior 
- Kemosis konjungtiva dan hiperemis
- Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva
- Oedem kornea
- Kornea keruh
- keratik presipitat
- Bilik mata depan keruh
- Hipopion
- Kekeruhan vitreus
- Refleks putih pd fundus sprt pada retinoblastoma
• Terapi :
– Antibiotik topikal dan sistemik : Ampisilin 2g/hari, Kloramfenikol
3g/hari.
– Stafilokok : Basitrasin (topikal), Metisilin (subkonjungtiva & IV).
– Pnemokok, Streptokok, Neisseria : Penisilin G (top Subkonj &
IV)
– Pseudomonas, Gram - : Gentamisin, Tobramisin, Karbesilin (top
Subkonj & IV)

Penyulit : Panoftalmitis.
PANOFTALMITIS

Peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul Tenon


sehingga bola mata merupakan rongga abses.

Infeksi mll : darah (endogen), perforasi bola mata (eksogen), tukak


kornea perforasi.

Perjalanan panoftalmitis ec. Jamur : cepat, sedangkan ec. Bakteri :


lambat.

Penyulit : jaringan granulasi dg vaskularisasi yg berakibat Ftisis Bulbi.


• Gejala subjektif :
– Demam, sakit kepala berat
– Kadang muntah
– Kelopak mata oedem
– Sakit bila menggerakkan bola mata

• Objektif :
– Konjungtiva oedema
– Bilik mata dg hipopion
– Kornea keruh
– Refleks putih di dalam fundus oculi

• Terapi :
– Antibiotik sistemik dosis tinggi
– Enukleasi bulbi
– Eviserasi bulbi
OFTALMIKA SIMPATIKA
Peradangan BILATERAL dg penglihatan menurun & mata merah ec.
Trauma tembus atau bedah mata intraokular.

Gejala awal : Gangguan binokular akomodasi atau tanda radang


ringan uvea anterior / posterior, mata sakit, Fotofobia.

Bilik mata : Reaksi intraokular “mutton fat” deposit pada dataran


belakang kornea, nodul kecil berpigmen pd lapisan epitel pigmen
retina, dan uvea menipis.
Iris : nodul infiltrasi, sinekia anterior perifer, neovaskularisasi iris, oklusi
pupi, katarak, ablasi retina eksudatif, papilitis.

Terapi :
– Steroid topikal, periokular steroid injeksi, steroid sistemik, siklopegik.
Kontrol 3-6bln. Bila tidak mempan, diberi obat anti supresi.
– Bedah mata : Enukleasi. Pd mata dg visus 0.
GLAUKOMA AKUT

• Gejala subjektif :
– Melihat halo / pelangi
– Kelopak mata bengkak
– Sakit kepala hebat
– Mual, muntah
– Penglihatan buram
– Fotofobia

• Objektif :
– Injeksi siliar
– Palpebra hiperemis
– Oedem cornea
– TIO meningkat
– Iris sembab meradang & sinekia anterior perifer
– Optic disc oedem & hiperemis
– CoA dangkal
• Terapi :
– Menurunkan TIO : manitol (IV), acetazolamide
– Topikal : ß-blocker (timolol, betaxolol),
pilocarpin (miotikum)
– Iridektomi perifer
– trabekulotomy

Anda mungkin juga menyukai