Anda di halaman 1dari 49

Kasus Debora, RS M K Dilaporkan ke Polisi

Gloria Safira Taylor , CNN Indonesia | Kamis, 14/09/2017 17:15 WIB


Bagikan :

Jakarta, CNN Indonesia -- Rumah Sakit MK dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas tuduhan
pembiaran pasien yang mengakibatkan kematian. Laporan itu dilakukan oleh Majelis Advokat
Nasional Indonesia (Madani) terkait kasus kasus Tiara Debora Simanjorang.

Bayi 4 bulan itu meninggal di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit tersebut karena diduga telat
dirujuk ke ruang perawatan intensif khusus anak (PICU). Pelapor adalah Ilal Ferhard yang
didampingi kuasa hukumnya Muhammad Zakir Rasyidin
KASUS
LAIN
Suatu malam seorang ayah menelpon sebuah RS, karena
menurut pendapatnya, anaknya dlm kondisi emergency
sehingga perlu pertolongan segera.
Setelah penerima telpon mempersilahkannya maka anak
itupun dibawa ke RS itu, tetapi sesampainya di RS ternyata
ditolak disebabkan ayahnya belum bisa bayar DP (akibat
panik shg tidak membawa uang).
Penerima telpon juga tidak mengingatkan ttg DP tsb.
Meski sudah dijelaskan bahwa untuk sampai ke RS itu ia
telah melewati 4 buah RS dan akan menuntut jika anaknya
meninggal dunia, RS tetap menolaknya.
Akhirnya anak itupun meninggal sehingga RS dituntut.
ASPEK
Meliputi : HUKUM
1. DEFINISI EMERGENCY
2. KEWAJIBAN HUKUM BAGI SETIAP
TENAGA KESEHATAN dan RUMAH SAKIT
3. SANKSI HUKUM BAGI SETIAP TENAGA
KESEHATAN dan RS YANG TIDAK BERSEDIA
MEMBERIKAN PERTOLONGAN EMERGENSI
4. INFORMED CONSENT PASIEN EMERGENCY
PRAKTIK PERAWAT
 PRAKTIK PROFESI  PROFESSIONAL
 Adalah Praktik yang BAIK & BENAR
 Baik => Ukurannya Norma Kebaikan :
 ETIKA
 Benar => Ukurannya Norma Kebenaran
 Hukum & Disiplin
 SEBAGAI PROFESI => TANGGUNG
JAWAB
BENTUK TANGGUNG
JAWAB
NAKES/PERAWAT
Tanggung jawab Profesional
(Responsibility)
kode Etik
sumpah perawat
standar profesi
Tanggung
Jawab
Hukum
AKUNTABILITAS PROFESI
ORGANISASI Profesi
MKEK, KOMITE ETIK
ETIK PWT INSTITUSI
SANKSI ETIK
Kode
Etik
LEMBAGA DISIPLIN
KONSIL KEPERAWTAN
DISIPLIN
SANKSI DISIPLIN STD
PROFESI
HUKUM
Per UUan
PENEGAK HUKUM
POLISI, JAKSA, ADVOKAT, HAKIM
SANKSI HUKUM
PIDANA, PERDATA, ADM
EMPAT UNSUR UTAMA
ETIKA KEPERAWATAN
• MENGHARGAI SUBJEK • RASA
YG BERINTERAKSI SAYANG/ IBA

RESPECT TO
COMPASSION
OTHERS

ADVOCACY INTIMACY

• MELINDUNGI PASIEN • KEDEKATAN


DENGAN
PASIEN
PRINSIP-PRINSIP ETIKA
Autonomy
Accountability Justice

Confidentiality Beneficience
Fidelity
Veracity Nonmaleficience
LANDASAN ETIK/MORAL
PERILAKU PERAWAT
 OTONOMI:
mandiri & bersedia menanggung resiko dan
bertanggung gugat terhadap keputusan dan tindakan.
Otonomi juga diartikan penghargaan terhadap otonomi
klien dalam mengambil keputusan.
 BENEFICIENCE:
tiap keputusan dibuat berdasarkan keinginan
untuk melakukan yang terbaik &
tidak merugikan klien.
LANDASAN ETIK/MORAL
PERILAKU PERAWAT……

 NONMALEFICENCE:
Tidak menimbulkan bahaya/cedera
fisik & psikologik.

 ADIL:
tidak mendiskriminasikan klien,
memperlakukannya berdasarkan
keunikan klien, kebutuhan spiritual klien.
LANDASAN ETIK/MORAL
PERILAKU PERAWAT……

 FIDELITY:
“caring”, selalu berusaha menepati janji,
memberikan harapan memadai,
komitmen moral & peduli
 VERACITY:
mengatakan tentang kebenaran, tidak
berbohong dan menipu, fokus
informed consent.
LANDASAN ETIK/MORAL
PERILAKU PERAWAT……

 CONFIDENTIALITY:
Menjaga kerahasiaan klien/pasien
 ACCOUNTABILITY:
Tanggung jawab perawat terhadap diri
sendiri, profesi, pasien/klien, teman
sejawat, tim kesehatan, masyarakat
KODE ETIK
KEPERAWATAN
INDONESIA
 MUKADDIMAH
 PERAWAT-KLIEN
 PERAWAT- PRAKTIK
 PERAWAT – MASYARAKAT
 PERAWAT – TEMAN SEJAWAT
 PERAWAT - PROFESI
KODE ETIK

STANDAR
PROFESI
KODE ETIK KEPERAWATAN MENJADI KERANGKA
PIKIR BAGI PERAWAT UNTUK :
• Membuat keputusan
• Bertanggung jawab kepada masyarakat, anggota
tim kesehatan lain dan kepada profesi.
KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA:

PERAWAT DAN KLIEN


• Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai
harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh
oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial
• Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,
adat-istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien.
• Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan
• Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika
diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
PERAWAT DAN PRAKTEK

– Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi


dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus
– Perawat senantiasa memelihara mutu palayanan
keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional
dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
– Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada
informasi yang adekuat dan mempertimbangkan
kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi kepada orang lain.
– Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku
professional.
PERAWAT DAN MASYARAKAT
• Perawat mengemban tanggung jawab
bersama masyarakat untuk memprakarsai
dan mendukung berbagai kegiatan dalam
memenuhi kebutuhan kesehatan
masyarakat.
PERAWAT DAN TEMAN SEJAWAT
• Perawat senantiasa memelihara hubungan baik
dengan sesama perawat maupun dengan tenaga
kesehatan lainnya, dan dalam memelihara
keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
• Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
secara tidak kompeten, tidak etis, dan illegal
PERAWAT DAN PROFESI

– Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan


standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta
menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
– Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan
pengembangan profesi keperawatan
– Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk
membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif
demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
STANDAR PROFESI KEPERAWATAN
Termasuk dalam standar profesi meliputi:

 Standar Praktek Keperawatan (Professional Practice Standard)


 Standar Kinerja Professional (Standar of Professional
Performance)
 Standar Kompetensi (Competency Standard)
 Standar Pelayanan Keperawatan
Standar Askep
SOP
PROTAP
DISIPLIN PROFESI
PENGERTIAN
Kepatuhan terhadap pelaksanaan
praktik keperawatan/ kebidanan
agar menjaga pelayanan
keperawatan/ kebidanan yang
bermutu

24
PELANGGARAN DISIPLIN PROFESI
1. Melakukan praktik Keperawatan dengan tidak kompeten

2. Tidak merujuk pasien kepada Perawat lain yang memiliki komeptensi yang sesuai

3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak memiliki


kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut

4. Menyediakan Perawat pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan


kewenangan yang sesuai atau tidak melakukan pemberitahuan perihal
penggantian tersebut

5. Menjalankan praktik Keperawatan dalam kondisi tingkat kesehatan fisik atau


mental sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat membahayakan
pasien
25
PELANGGARAN DISIPLIN PROFESI
6. Tidak melakukan tindakan atau asuhan Keperawatan yang
memadai pada situasi tertentu yang dapat membahayakan pasien
7. Melakukan pemeriksaan atau tindakan keperawatan berlebihan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien
8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai
(adequate information) kepada pasien atau keluarganya dalam
melakukan praktik keperawatan.
9. Melakukan tindakan atau asuhan keperawatan tanpa memperoleh
persetujuan dari pasien atau keluarga dekat, wali, atau
pengampunya.
10. Tidak membuat atau tidak menyimpan rekam medis/ status klien
dengan sengaja. 26
PELANGGARAN DISIPLIN PROFESI
11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas
permintaan sendiri atau keluarganya.
13. Menjalankan praktik keperawatan dengan menerapkan pengetahuan,
keterampilan, atau teknologi yang belum diterima atau di luar tata cara
praktis keperawatan yang layak.
14. Melakukan penelitian dalam praktik keperawatan dengan menggunakan
manusia sebagai subjek penelitian tanpa memperoleh persetujuan
etik (ethical clerance) dari lembaga yang diakui pemerintah.
15. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal
tidak membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas dan mampu melakukannya.
27
PELANGGARAN DISIPLIN PROFESI
16. Menolak atau menghentikan tindakan atau asuhan keperawatan atau
tindakan keperawatan terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah
sesuai dengan ketentuan etika profesi atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku
17. Turut serta dalam pembuatan yang termasuk tindakan penyiksaan atau
eksekusi hukuman mati.
18. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya yang tidak sesuai dengan ketentuan etika profesi atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
19. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi, atau tindakan
kekerasan terhadap pasien dalam penyelenggaraan praktik keperawatan.
20. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya.
28
PELANGGARAN DISIPLIN PROFESI
21. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk, meminta, pemeriksaan, atau
tindakan keperawatan atau alat kesehatan.
22. Mengiklankan kemampuan atau pelayanan atau kelebihan kemampuan
pelayanan yang dimiliki baik lisan ataupun tulisan yang tidak benar atau
menyesatkan.
23. Adiksi pada narkotika, psikotropika, alkohol, dan zat adiktif lainnya
24. Bepraktik dengan menggunakan surat tanda registrasi, surat izin praktik,
dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah atau berpraktik tanpa memiliki
surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
25. Tidak jujur dalam menentukan jasa keperawatan.
26. Tidak memberikan informasi, dokumen, dan alat bukti lainnya yang diperkulan
MKEK untuk pemeriksaan atas pengaduan dengan pelanggaran Disiplin
profesional Keperawatan 29
PRINSIP HUKUM DALAM
TINDAKAN GAWAT
Gawat DaruratDARURAT
adalah keadaan klinis pasien
yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut.

INSPANNING
VERBENTENES’
Agroti salos lex
suprima
ASPEK HUKUM
YANKES
Sipat, “inspannings verbentenis”
objek dalam hubungan hukum adalah
UPAYA PERAWATAN MAKSIMAL
Karena tidak memperjanjikan sembuh, maka perawat
wajib berupaya dengan :
1. Asas kehati-hatian
2. Berupaya semaksimal dengan standar
minimal
3. Sesuai dengan standar profesi dan SPO
ASAS/PRINSIP HUKUM
KESEHATAN
KEWAJIBAN
TENAGA
KESEHATAN
KETIKA
MENEMUI
SESEORANG DENGAN
KONDISI EMERGENSI
KEWAJIBAN
DI TKP (DILUAR RUMAH
SAKIT)
Memberikan pertolongan Good Samaritan,
yaitu:
o stabilisasi sebisa mungkin; dan
o transfer ke RS terdekat.

.
KEWAJIBAN
DI INSTITUSI KESEHATAN
1. Di Puskesmas / RS dg Initial Emergency
Care (IGD sederhana):
o stabilisasi semaksimal mungkin; dan
o transfer ke RS, jika sudah
transferable.
2. Di RS dg Definitive Emergency Care:
o melakukan emergency treatment
PERAN PERAWAT
Pasal 63 UU
(2)Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan
36/2009
dengan pengendalian, pengobatan, dan/atau
perawatan.

(3)Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat


dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya.

(4)Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan


berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan
hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
KEWAJIBAN
UU Rumah Sakit (UU 44/2009) Pasal 29
HUKUM
(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban:
............
c. memberikan pelayanan gawat darurat
kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
.............
f. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan
memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak
mampu/miskin, pelayanan gawat darurat
tanpa uang muka,
UU Kesehatan (UU Nomor 36
Tahun 2009) Pasal 32
(1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun
swasta, wajib memberikan pelayanan
kesehatan bagi penyelamatan nyawa
pasien dan pencegahan kecacatan
terlebih dahulu.
(2) Dalam keadaan darurat, fasilitas
pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta dilarang menolak pasien
dan/atau meminta uang muka
WEWENANG PERAWAT UU
38/2014
Pasal 30 (1)
Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang
upaya kesehatan perorangan, Perawat berwenang :
1. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
2. menetapkan diagnosis Keperawatan;
3. merencanakan tindakan Keperawatan;
4. melaksanakan tindakan Keperawatan;
5. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
6. melakukan rujukan;
7. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi;
8. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan
dokter;
9. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
10. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai
dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas
terbatas.
GAWAT DARURAT TIDAK
ADA DOKTER
Pasal 35 UU 38/2014
1) Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan
pertama, Perawat dapat melakukan tindakan medis dan
pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih
lanjut.
3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi
berdasarkan keilmuannya.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
HAK
PERAWAT
PASAL 36
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan
tugas sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi,
standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
b. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari
Klien
dan/atau keluarganya.
c. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang
telah diberikan;
d. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan
dengan kode etik, standar pelayanan, standar profesi, standar
prosedur operasional, atau ketentuan Peraturan Perundang-
undangan; dan
e. memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.
KEWAJIBAN
PERAWAT
a. melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan
Keperawatan sesuai dengan standar Pelayanan
Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan;
b. memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan
kode etik, standar Pelayanan Keperawatan, standar
profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;
c. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada
Perawat atau tenaga kesehatan lain yang lebih tepat
sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya;
d. mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai
dengan
standar;
DARURAT FORCE
 MAYORE
Tindakan dalam
kegawatdaruratan medik di
perbolehkan tanpa
melakukan persetujuan atau
informed consent terlebih
dahulu. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.
290/MENKES/PER/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran dan diperjelas
oleh KUH
Perdata pasal 1354
SANKSI TERHADAP KELALAIAN
DAN PEMBIARAN
 Alpa, lalai mengakibatkan kematian
atau luka-luka (pasal 359, 361
KUHP)
 Tidak memberikan pertolongan kpd
orang yang dalam keadaan bahaya
kematian (pasal 351 KUHP)
 Sengaja membiarkan penderita tak
tertolong (pasal 304 dan 306 KUHP)
BAGI RS KETENTUAN
PIDANA
(1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
Pasal 190yang melakukan praktik atau pekerjaan pada
kesehatan
fasilitas kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan
pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam
keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian,
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
KESIMPULAN
1. Pemberian pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat
adalah amanat UU dan menjadi kewajiban semua orang,
lebih-lebih tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
2. Dalam keadaan darurat, tidak diperlukan Informed
Concent
lebih dahulu.
3. Peranan perawat dalam kondisi kegawatan adalah sangat
penting kapanpun dan DIMANAPUN BERADA, karena
perawat adalah barisan terdepan yang lebih dahulu
mengetahui kondisi pasien.
4. Setiap tindakan medik didasarkan pada ilmu dan
keterampilan yang dimilikinya.
5. Petugas yang memberikan pertolongan, berhak
mendapatkan perlindungan hukum.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai