Anda di halaman 1dari 37

PNEUMOTORAK

S
ANATOMI THORAKS
 Thoracic wall dibentuk oleh thoracic
cage
 12 pasang ribs, breast bone (sternum),
costal cartilages , dan 12 pasang
thoracic vertebrae
 Sbg tempat perlekatan otot
MUSCLE OF THORACIC WALL
ANATOMI PLEURA
 Paru-paru ditutupi oleh lapisan kapiler serous yaitu pleura visceral dan
parietal yang bersatu pada bagian hilum paru-paru

 Pleura tdd 2 bagian :


a) Visceral pleura (inner)
melekat langsung ke paru-paru
F : sbg penyokong mekanik bagi paru-paru, membatasi ekspansi paru,
proteksi paru, dan berperan dalam elastic recoil dari paru.
Drainase vena ke pulmonary vein
b) Parietal pleura (outer)
menempel ke dinding thorax, mediastinum dan diafragma
Drainase vena ke intercostal vein
 Parietal pleura memiliki 4 bagian :
1) Costal part
Menutupi bagian permukaan dalam (internal) dari dinding
thorax
2) Mediastinal part
Menutupi bagian lateral mediastinum
3) Diaphragmatic part
Menutupi bagian permukaan superior thorax dari diafragma pada setiap sisi mediastinum
4) Cervical part
Memanjang dari superior thoracic aperture s.d root of neck membentuk “cup shaped pleural
sac” di bagian apex paru-paru
FISIOLOGI VENTILASI
DEFINISI
 Pneumothoraks adalah keadaan dimana
terdapatnya udara bebas dalam cavum
pleura, maka akan menimbulkan
penekanan terhadap paru-paru sehingga
paru-paru tidak mengembang dengan
maksimal.
EPIDEMIOLOGI
 Pneumothorax lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 20-30 tahun.
 Laki-laki lebih sering daripada wanita
 Pneumothorax sering dijumpai pada musim penyakit batuk. kurang 55% kasus pneumothorax
disebabkan oleh penyakit dasar seperti tuberculosis paru aktif, tuerkulosis paru disertai fibrosis
atau emfiesema local, bronkotis kronis dan emfiesema
ETIOLOGI
KLASIFIKASI
Menurut penyebabnya :
A. Pneumotoraks spontan
Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba.
 Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba tanpa
diketahui sebabnya.
 Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi dengan didasari oleh
riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya, misalnya fibrosis kistik, penyakit
paru obstruktik kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru.
B. Pneumotoraks traumatik
yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan.
 Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi
karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma.
 Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat
komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun masih dibedakan
menjadi dua, yaitu :
 Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental : Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi
akibat tindakan medis karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya
pada parasentesis dada, biopsi pleura.
 Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate) : Adalah suatu pneumotoraks yang
sengaja dilakukan dengan cara mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya
tindakan ini dilakukan untuk tujuan pengobatan, misalnya pada pengobatan tuberkulosis
sebelum era antibiotik, maupun untuk menilai permukaan paru.
 Berdasarkan fistulanya diklasifkasikan
menjadi :
 A. Pneumotoraks Tertutup (Simple
Pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan
tertutup (tidak ada jejas terbuka pada
dinding dada), sehingga tidak ada
hubungan dengan dunia luar. Tekanan di
dalam rongga pleura awalnya mungkin
positif, namun lambat laun berubah
menjadi negatif karena diserap oleh
jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi
tersebut paru belum mengalami re-
ekspansi, sehingga masih ada rongga
pleura, meskipun tekanan di dalamnya
sudah kembali negatif. Pada waktu terjadi
gerakan pernapasan, tekanan udara di
rongga pleura tetap negatif.
B. Pneumotoraks Terbuka (Open
Pneumothorax),
dimana terdapat hubungan antara rongga
pleura dengan bronkus yang merupakan bagian
dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada
dada). Dalam keadaan ini tekanan intrapleura
sama dengan tekanan udara luar. Pada
pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura
sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai
dengan perubahan tekanan yang disebabkan
oleh gerakan pernapasan.
Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan
pada waktu ekspirasi tekanan menjadi positif.
Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum
dalam keadaan normal, tetapi pada saat
ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi
dinding dada yang terluka (sucking wound).
C. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)
pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama makin bertambah besar
karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk
melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel
yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar. Akibatnya
tekanan di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara
yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan
gagal napas.
Berdasarkan luasnya paru yang mengalami
kolaps
 Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks
yang menekan pada sebagian kecil paru (<
50% volume paru).
 Pneumotoraks totalis, yaitu
pneumotoraks yang mengenai sebagian
besar paru (> 50% volume paru).
PATOGENESIS
TANDA DAN GEJALA
Gejala dan tanda
 Chest pain ( 75-90% pasien) 2 Tipe gejala utama bersifat akut
 Dyspnea (80-100% pasien)

 Trakea deviasi menjauhi bagian yang terkena pneumothoraks

 Tachycardia

 Cyanosis

 Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena pneumothoraks

 Perkusi hipersonor di atas penumothoraks

 Perkusi meredup (dullness) di atas paru-paru yang kolaps

 Suara napas berkurang pada sisi yang terkena

 Vocal fremitus dan raba berkurang


DIAGNOSIS (ANAMNESIS)
 Keluhan

1. Pneumotoraks dapat menimbulkan keluhan atau tidak.


Keluhan yang dapat timbul adalah sesak napas, yang dapat disertai nyeri dada pada sisi yang
sakit. Nyeri dada tajam, timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika menarik napas dalam
atau terbatuk. Keluhan timbul mendadak ketika tidak sedang aktivitas.
2. Faktor risiko, di antaranya: a. Infeksi, misalnya: t
 tuberkulosis,
 pneumonia
 Trauma
 Merokok
HASIL PEMERIKSAAN FISIK
DAN PENUNJANG
SEDERHANA (OBJECTIVE)
 Pemeriksaan Fisik Gejala klinis :  b. Palpasi paru, suara fremitus menurun di
sisi yang sakit
 1. Hiperkapnia
 c. Perkusi paru, ditemukan suara
 2. Hipotensi
hipersonor dan pergeseran mediastinum ke
 3. Takikardi arah yang sehat d. Auskultasi paru,
didapatkan suara napas yang melemah dan
 4. Perubahan status mental
jauh
 5. Pemeriksaan fisik paru :

a. Inspeksi paru, tampak sisi yang sakit lebih


menonjol dan tertinggal pada pernapasan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 1. Foto toraks,

didapatkan garis penguncupan paru yang sangat halus (pleural line), dan gambaran avaskuler di
sisi yang sakit. Bila disertai darah atau cairan lainnya, akan tampak garis mendatar yang
merupakan batas udara dan cairan (air fluid level).
 2. CT Scan Thoraks
 Terdapatgambara adanya kolaps paru, udara dirongga peura, dan deviasi dari struktur di
mediastinum. Pemeriksaan lebih sensitif dari pada foto thoraks pada pneumotoraks yang kecil
walaupun gejala masih belum jelas.
 3. Pulse oxymetry.

Pemeriksaan ini tidak untuk menegakkan diagnosis, namun untuk menilai apakah telah terjadi
gagal napas
RONGGA
LUSENT
AVASKUL
AR DI
HEMITOR
AKS
KANAN
 Pneumotoraks bilateral
GAMBARAN CT SCAN
 Tampak udara dan
colaps paru pada
pneumotoraks
potongan axial
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
 1.Emfisema pulmonum
 2. Kavitas raksasa
 3. Kista paru
 4. Infarkjantung
 5. Infark paru
 6. Pleuritis
 7. Abses paru dengan kavitas
KOMPLIKASI
1. Reccurence
2. Persisten air leak
3. Hypoxemia
4. Kegagalan respirasi
5. Kegagalan sirkulasi
6. shock
7. Kematian
PENATALAKSANAAN
KOMPREHENSIF (PLAN)
1. Oksigen
2. Jika ada tanda kegagalan sirkulasi, dilakukan pemasangan IV line dengan cairan kristaloid
3. Rujuk
KONSELING DAN EDUKASI

 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai:

1. Bahaya dan komplikasi pneumotoraks


2. Pertolongan kegawatdaruratan pada pneumotoraks
3. Perlunya rujukan segera ke RS
KRITERIA
RUJUKAN
 Segera rujuk pasien yang terdiagnosis
pneumotoraks, setelah dilakukan
penanggulangan awal.
PENANGAN
AN AWAL
(NEEDLE
THORACENT
ESIS)
PROGNOSIS
 Angka kekambuhan untuk keduanya primary dan secondary pneumothorax adalah kira-kira
40%; kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu 1,5 sampai 2 tahun.
THANK YOU...

Anda mungkin juga menyukai