Anda di halaman 1dari 21

KELOMPOK 10

Adelia Utami Sebin


Anes Yuliana
Ardheta Rahma Syafitri

Kelas: 2A
A. Pengertian Kontrasepsi dan Cara Kerja Kontrasepsi Implant
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian
subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis
rendah, dan reversibel untuk wanita (Speroff & Darney, 2005).
Kontrasepsi Implan adalah sistem norplant dari implan subdermal levonorgestrel
yang terdiri dari enam skala kapsul dimethylsiloxane yang dibuat dari bahan sylastic,
masing-masing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel dalam format kristal dengan masa
kerja lima tahun (Varney, 1997).
2. Cara Kerja Kontrasepsi Implant
a. Lendir serviks menjadi kental, Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai
efek nyata terhadap terhadap mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya
menurun, yang membentuk sawar untuk penetrasi sperma.
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium yang
diinduksi estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah
implantasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak ada bukti mengenai
fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implan.
c. Mengurangi transportasi sperma, Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental
dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan sperma.
d. Menekan ovulasi, evonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan
luteinizing hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting
untuk ovulasi.
B Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi
•Pemakaian KB yang jangka waktu lama;
•Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu dekat;
•Tidak dapat memakai jenis KB yang lain.
2. Kontra Indikasi
•Hamil atau diduga hamil, Pendarahan Vagina tanpa sebab;
•Wanita dalam usia reproduksi;
•Telah atau belum memiliki anak;
•Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun untuk Jadena);
•Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi;
•Pasca persalinan dan tidak menyusui;
•Pasca keguguran;
Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak kontrasepsi mantap;
•Riwayat kehamilan ektopik;
Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau amenia bulan
sabit (sickle cell);
•Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen;
•Sering lupa menggunakan pil;
•Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya;
•Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara;
•Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi;
•Miom uterus dan kanker payudara;
•Gangguan toleransi glukosa.
C. Jenis-jenis Impant
1. Norplant
Dipakai sejak tahun 1987. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm , dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2. Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi ketiga, yang
dimasukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai/disposable, dengan
panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, terdiri dari suatu inti EVA
(Ethylene Vinyl Acetate) yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun. Pada permulaannya kecepatan pelepasan hormonnya adalah
60 mcg per hari, yang perlahan-lahan turun menjadi 30 mcg per hari selama
masa kerjanya.
3. Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja
3 tahun.
4. Uniplant
Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang mengandung 38
mg nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 μg per hari dan
lama kerja 1 tahun.
5. Capronor
Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable implan melepaskan progestin dari
bahan pembawa/pengangkut yang secara perlahan-lahan larut dalam jaringan tubuh.
Bahan pembawanya sama sekali tidak perlu dikeluarkan lagi misal pada norplant. Tetapi
sekali bahan pembawa tersebut mulai larut, ia tidak mungkin dikeluarkan lagi. Tingkat
penggunaan kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan menghilangkan kebutuhan
terhadap pengangkatan secara bedah. Kapsul ini mengandung levonorgestrel dan terdiri
dari polimer E-kaprolakton.
Mempunyai diameter 0,24 cm, terdiri dari dua ukuran dengan panjang 2,5 cm
mengandung 16 mg levonorgestrel, dan kapsul dengan panjang 4 cm yang mengandung
26 mg levonorgestrel. Lama kerja 12 – 18 bulan. Kecepatan pelepasan levonorgestrel dari
kaprolakton adalah 10 kali lebih cepat dibandingkan silastic.
Jenis – jenis implan mempengaruhi lama kerja alat kontrasepsi tersebut. Lama kerja
ini dipengaruhi oleh jenis hormon yang digunakan serta dosis hormon yang terkandung
dalam kapsul implan.
Implan yang dapat mengalami biodegradasi menghantar progestin dalam kadar
konstan untuk suatu periode waktu yang bervariasi dari sebuah wahana yang larut dalam
jaringan tubuh. Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan
menghilangkan kebutuhan terhadap pengangkatan secara bedah.
D. Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Implant
1. Keuntungan Kontrasepsi Implan, meliputi :
a. Daya guna tinggi
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan yang aman dan
sangat efektif. Efektivitas penggunaan implant sangat mendekati efektivitas teoretis.
Efektivitas 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan.
b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa kerja paling pendek
yaitu satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa kerja paling panjan
pada jenis norplant.
c. Pengembalian kesuburan yang cepat
Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat diukur dalam 48
jam setelah pengangkatan implan. Sebagian besar wanita memperoleh kembali siklus
ovulatorik normalnya dalam bulan pertama setelah pengangkatan. d. Tidak memerlukan
pemeriksaan dalam
Implan diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
e. Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan mengandung hormon progestin
dosis rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen, sangat tepat dalam
penggunaan kontrasepsi implan.
f. Tidak mengganggu kegiatan sanggama
Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena diinsersikan pada
bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
g. Tidak mengganggu ASI
Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui.
Tidak ada efek terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi
tumbuh secara normal. Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat
nantinya (dalam tiga bulan), implan dapat diisersikan segera
Postpartum.
h. Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan
i. Dapat dicabut setiap saat
j. Mengurangi jumlah darah haid
Terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.
k. Mengurangi / memperbaiki anemia
Meskipun terjadi peningkatan dalam jumlah spotting dan hari
perdarahan di atas pola haid pra-pemasangan, konsentrasi
hemoglobin para pengguna implan meningkat karena terjadi
penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.
2. Kerugian Kontrasepsi Implant, meliputi :
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan
bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah haid, serta
amenorea.
Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-
kira 80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada interval antar
perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak
perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari
10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang biasanya
terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua,
masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun.
Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :
a. Nyeri kepala
b. Peningkatan berat badan
c. Jerawat
d. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
e. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
g. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi.
h. Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis (rifampisin) atau
obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat).
i. Insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi.

.
E. Efek Samping
1. Efek samping paling utama dari implant adalah perubahan pola haid, yang
terjadi pada kira-kira 6 % akseptor terutama selama 3-6 bulan pertama dari
pemakaian.
2. Yang paling sering terjadi:
Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus haid
Perdarahan bercak (spotting)
Berkurangnya panjang siklus haid
Amenore, meskipun jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama atau
perdarahan bercak.Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak
mempunyai efek yang membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan
lebih sering daripada biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak berubah.
3. Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang dengan
berjalannya waktu.
4. Perdarahan hebat jarang terjadi (Cahyani, 2009).
5. Perubahan dalam periode menstruasi merupakan keadaan yang paling sering
ditemui. Kadang-kadang ada akseptor yang mengalami kenaikan berat badan
(Gunawan, 1999).
F. Pemasangan dan Pencabutan Implant

1. Pemasangan Implant:
a. Pelaksanaan Pelayanan
Ruangan klinik pasien rawat jalan maupun ruang operasi cocok untuk
pemasangan maupun pencabutan implan. Bila mungkin,ruangan sebaiknya
jauh dari area yang sering digunakan (ramai) di klinik maupun di rumah
sakit,serta harus:
1) Mamiliki pencahayaan yang cukup
2) Berlantai keramik atau semen sehingga mudah di bersihkan
3) Terbebas dari debu dan serangga
4) Memiliki ventilasi udara yang baik
5) Selain itu juga perlu ada fasilitas untuk mencuci tangan termasuk air
bersih dan mengalir (air kran dan lain-lain).
b. Pencegahan Infeksi
Untuk meminimalisasi resiko infeksi pada klien setelah pemasangan maupun pencabutan
implan, petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan dari bebas infeksi. Untuk itu
petugas perlu melakukan hal-hal sbb:
1) Meminta klien untuk membersihkan dengan sabun seluruh lengan yang akan dipasang implan
dan membilasnya hingga tidak ada sabun yang tertinggal (sisa sabun dapat mengurangi efektifitas
beberapa anti septik). Langkah ini sangat penting khususnya bila kebersihan klien
2) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Untuk pemasangan dan pencabutan
batang, cuci tangan dengan sabun selama 5-10 detik kemudian bila dengan air bersih yang mengalir
sudah cukup
3) Pakai kedua sarung tangan yang telah disterilisasi atau diDTT. (Gunakan sepasang sarung
tangan yang berbeda untuk tindakan guna menghindari kontaminasi silang
4) Siapkan daerah pemasangan dan pencabutan dengan kapas yang telah diberi anti septik:
gunakan forsep untuk mengusap kapas tersebut pada daerah pemasangan/pencabutan implan.
5) Setelah selesai pemasangan maupun pencabutan batang implan,dan sebelum malepas sarung
tangan, dekontaminasi instrumen dengan larutan clorin 0,5%. Sebelum membuang atau merendam
jarum dan alat suntik,isi dahulu dengan larutan clorin. Setelah pemasangan, pisahkan plunger dari
trokar. Darah kering akan menyulitkan waktu memisahkan plunger dari trokar. Rendam selama 10
menit;kemudian bilas segera dengan air bersih.
6) Kain operasi (drape) harus dicuci sebelum digunakan kembali. Setelah dipakai, taruh pada
wadah kering dan bertutup.
7) Dengan tetap memakai sarung tangan, buang bahan-bahan terkontaminsi (kassa,kapas,dll)
kedalam wadah tertutuprapat atau kantong plastik yang tidak bocor. Jarum dan alat suntik sekali
pakai (disposable) harus dibuang kedalam wadah yang tahan tusuk.
8) Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5%.
Lepaskan sarung tangan dari dalam ke luar.
c. Persiapan
1) Persiapan Klien
Walaupun kulit dan instrumennya sulit untuk disterilisasi,
pencucian dan pemberian antiseptik pada daerah operasi tempat
implan akan dipasang akan mengurangi jumlah mikroorganisme di
daerah kulit klien.kedua tindakan ini pada kenyataannya sangat
bermanfaat dalam mengurangi resiko terjadinya infeksi pada insersi
atau pencabutan implan Norplant.
2) Peralatan dan Instrumen untuk Insersi :
a) Meja periksa untuk berbaling klien;
b) Alat penyangga lengan (tambahan);
c) Batang implan dalam kantong;
d) Kain penutup steril(disinfeksi tingkat tinggi) serta mangkok
untuk tempat meletakkan implan Norplant;
e) Pasang sarung tangan karet bebas bedak dan yang sudah steril
(atau didisinfeksi tingkat tinggi)Sabun untuk mencuci tangan;
f) Larutan anti septik untuk disinfeksi kulit(mis,betadin atau
sejenis gol povidon iodin lainnya), lengkap dengan cawan/mangkok
anti karat;
g) Zat anastesi lokal (konsentrasi 1% tanpa epinefrin);
h) Semprit(5-10ml), dan jarum suntik (22G) ukuran 2,5 sampai 4 cm (1-1 1/2inch);
i) Trokar 10 dan madrin;
j) Skalpel 11 atau 15;
k) Kassa pembalut, band aid, atau plester;
l) Kassa steril dan pembalut;
m) Epinefrin untuk renjatan anafilaktik (harus tersedia untuk kaperluan darurat);
n) Klem penjepit atau forsep mosquito (tambahan);
o) Bak/tempat instrumen (tertutup).
d. Kunci Keberhasilan Pemasangan
1) Untuk tempat pemasangan kapsul,pilihlah lengan klien yang jarang digunakan;
2) Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan;
3) Pastikan kapsul-kapsul tersebut ditempatkan sedikitnya 8 cm diatas lipat siku,
didaerah media lengan;
4) Insisi untuk pemasangan harus kecil,hanya sekedar menembus kulit. Gunakan
kalpel atau trokar tajam untuk membuat insisi;
5) Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil, superfisisl tepat
dibawah kulit. Waktu memasang trokar jangan dipaksakan;
6) Ttrokar harus dapat mengangkat kulit setiap saat,untuk memastikan
memastikan pemasangan tepat dibawah kulit;
7) Pastikan 1 kapsul benar-benar keluar dari trokar sebelum kapsul
berikutnya dipasang (untuk mencegah kerusakan kapsul sebelumnya,pegang
kapsul yangsudah terpasang tersebut dengan jari tengah dan masuk trokar
pelan-pelan disepanjang tepi jari tersebut);
8) Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung kapsul menonjol keluar atau
terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang
kembali dalam posisi yang tepat;
9) Jangan dicabut ujung trokar dari tempat insisi sebelum semua kapsul
dipasang dan periksa seluruh posisi kapsul. Hal ini untuk memastikan bahwa
keenam kapsul dipasang dalam posisi benar dan pada bidang yang sama
dibawah kulit;
10) Kapsul pertama dan keenam harus membentuk sudut 75 derajat.
e. Persiapan Pemasangan
1) Langkah 1
Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air yang mengalir serta membilasnya. Pastikan tidak
terdapat sisa sabun (sisa sabun menurunkan efektivitas antisetik tertentu). Langkah ini sangat penting bila klien kuran
menjaga kebersihan dirinya untuk menjaga kesehatannya dan mencegah penularan penyakit.
2) Langkah 2
Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja samping bila ada) dengan kain bersih.
3) Langkah 3
Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan (misalnya : lengan kiri) diletakkan pada lengan
penyangga atau meja di samping. Lengan harus disangga dengan baik dan dapat digerakkan lurus atau sedikit bengkok
sesuai dengan posisi yang disukai klinis untuk memudahkan pemasangan.
4) Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal 8 cm di atas lipatan siku.
5) Langkah 5
Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di dalamnya.
6) Langkah 6
Buka dengan hati-hati kemasan steril implan dengan menarik kedua lapisan pembungkusnya dan jatuhkan seluruh
kapsul dalam mangkuk steril.Bila tidak ada mangkuk steril, kapsul dapat diletakkan dalam mangkuk yang didisinfeksi
tingkat tinggi (DDT) atau pada baki tempat alat-alat. Pilihan lain adalah dengan membuka sebagian kemasan dan
mengambil kapsul satu demi satu dengan klem steril atau DDT saat melakukan pemasangan. Jangan menyentuh bagian
dalam kemasan atau isinya kecuali dengan alat yang steril atau DDT.
f. Tindakan Sebelum Pemasanagan
1) Langkah 1
cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
2) Langkah 2
Pakai sarung tangan steril atau DDT (ganti sarung tangan untuk setiap klien guna mencegah kontaminasi silang).
3) Langkah 3
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai. Hitung kapsul untuk memstikan jumlahnya.
4) Langkah 4
Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik. Gunakan klem steril atau DTT untuk
memegang kasa berantiseptik. (bila memegang kasa berantiseptik hanya dengan tangan, hati-
hati jangan sampai mengkontaminsai sarung tangan dengan menyentuh kulit yang tidak steril).
Mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar
sekitar 8-13 cm dan biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan. Hapus antiseptik
yanga berlebihan hanya bila tanda yang sudah dibuat tidak terlihat.
5) Langkah 5
Bila ada guanakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang untuk menutupi lengan.
Lubang tersebut harus cukup lebar untuk memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul.
Dapat juga dengan menutupi lengan di bawah tempat pemasangan dengan kain steril.
6) Langkah 6
Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anestesi .
Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit selama memasang kapsul implan.
7) Langkah 7
Masukkan jarum di bawah kulit pada tempat insisi, kemudian lakukan aspirasi untuk
memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan sedikit obat anestesi untuk
membuat gelembung kecil di bawah kulit. Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukkan ke
bawah kulit sekitar 4 cm. Hal ini akan membuat kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya.
Kemudian tarik jarum pelan-pelan sehingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat
anestesi sebanyak 1 ml di antara tempat untuk memasang kapsul.
g. Pemasanagan Kapsul
Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan jarum atau skalpel untuk memastikan obat anestesi telah
bekerja :
1) Langkah 1
Pegang skalpel dengan sudut 45◦, buat insisi dangkal hanya untuk sekedar menembus kulit. Jangan membuat insisi
yang panjang atau dalam.
2) Langkah 2
Ingat kegunaan ke-2 tanda pada trokar. Trokar harus dipegang dengan ujung yang tajam menghadap ke atas. Ada 2
tanda pada trokar :
a) dekat pangkal menunjukkan batas trokar dimasukkan ke bawah kulit sebelum memasukkan setiap kapsul.
b) dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus tetap di bawah kulit setelah memasang setiap kapsul.
3) Langkah 3
Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong di dalamnya masukkan ujung trokar melalui luka insisi
dengan sudut kecil. Mulai dari kiri atau kanan pada pola seperti kipas, gerakkan trokar ke depan dan berhenti saat
ujung tajam seluruhnya berada di bawah kulit. Memasukkan trokar jangan dengan paksaan. Jika terdapat tahanan
coba dari sudut lainnya.
4) Langkah 4
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit angkat trokar ke atas sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar
perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari
luar dengan jari. Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila
berada di bidang yang tepat di bawah kulit.
5) Langkah 5
Saat trokar masuk sampai tanda (1) cabut pendorong dari trokar.
6) Langkah 6
Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau pinset atau klem untuk mengambil
kapsul dan memasukkan ke dalam trokar. Bila kapsul diambil dengan tangan pastikan sarung tangan tersebut bebas
dari bedak atau pertikel lain.
7) Langkah 7
Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar sampai terasa ada tahanan, tapi jangan
mendorong dengan paksa.
8) Langkah 8
Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangna untuk menstabilkan. Terik tabung trokar dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk ke arah luka insisi sampai tanda (2) muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya
menyentuh pegangan pendorong. Hal yang penting pada langkah ini adalah menjaga pendorong tetap di
tempatnya dan tidak mendorong kapsul ke jaringan.
9) Langkah 9
Saat pangkal menyentuh pegangan pendorong tanda (2) harus terlihat di tepi luka insisi dan kapsul saat itu keluar
dari trokar tepat berada di bawah kulit. Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar
seluruhnya dari trokar. Hal yang penting adalah kapsul bebas dari trokar untuk menghindari terpotongnya kapsul
saat trokar digerakkan untuk memasang kapsul berikutnya.
10) Langkah 10
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah laterla kanan dan kembalikkan lagi ke posisi
semula untuk memastikan kapsul pertama bebas. Selanjutnya geser trokar sekitar 15-25 derajat. Untuk melakukan
itu mula-mula fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelan-pelan sepanjang
sisi jari telunjuk tersebut sampai tanda (1). Hal ini akan memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan mencegah
trokar menusuk kapsul yang dipasang sebelumnya. Bila tanda (1) sudah tercapai masukkan kapsul berikutnya ke
dalam trokar dan lakukan seperti sebelumnya.
11) Langkah 11
Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko infeksi atau ekspulsi pastikan bahwa ujung kapsul
yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi.
12) Langkah 12
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul semuanya telah terpasang.
13) Langkah 13
Ujung dari semua kapsul harus tidak ada tepi luka insisi. Bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan luka
insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang kembali di tempat yang tepat.
14) Langkah 14
Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah diperiksa, keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan
tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit.
h. Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul
1) Menutup luka insisi :
a) Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester dengan kassa
steril untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidfak perlu dijahit karena dapat
menimbulkan jaringan parut;
b) Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk
hemostasis dan mengurangi memar (perdarahan subkutan).
2) Perawatan klien :
a) Buat catatan pada rekam medik pemasangan kapsul dan kejadiian tidak umum
yang mungkin terjadi selama pemasangan;
b) Amati klien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari
luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk
perawatan luka insisi setelah pemaasangan, kalau bisa diberikan secara tertulis.
2. Pencabutan Implan :
a. Pengangkatan Norplant dilakukan atas indikasi :
1) Atas permintaan akseptor (seperti ingin hamil lagi);
2) Timbulnya efeksamping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi
dengan pengobatan biasa;
3) Sudah habis masa pakainya;
4) Terjadi kehamilan.
b. Prosedur Pengangkatan :
1) Alat-alat yang diperlukan: selain dari alat-alat yang diperlukan sewaktu
pemasangan kapsul Norplant diperlukan pula satu forceps lurus dan satu furseps
bengkok.
2) Tentukan lokasi kapsul Norplant (kapsul 1-6), kalau perlu kapsul di
dorong kearah tempat insisi akan dilakukan.
3) Daerah insisi di disinfeksi, kemudian ditutup dengan kain steril
yang berlubang.
4) Lakukan anastesi lokal .
5) Kemudian lakukan insisi selebar 5-7 mm ditempat yang paling
dekat dengan kapsul Norplant.
6) Forceps dimasukan kedalam lubang insisi dan kapsul didorong
dengan jari tangan lain kearah ujung forceps, selanjutnya forceps dibuka
lalu kapsul dijepit dengan ujung forceps.
7) Selanjutnya kapsul yang sudah dijepit kemudian ditarik pelan-pelan.
Kalo perlu dibantu dengan mendorong kapsul dengan jari tangan lain.
Adakalanya kapsul sudah terbungkus dengan jaringan sekitarnya dalm
hal ini dilakukan insisi pada jaringan yang membungkus kapsul tersebut
pelan-pelan sampai kapsul menjadi bebas sehingga mudah menariknya
keluar.
8) Lakukan prosedur ini beturut-turut untuk mengeuarkan kapsul kedua
sampai keenam. Jika sewaktu mengeluarkan kapsul terjadi perdarahan maka
hentikan terlebih dahulu perdarahannya.
9) Setelah semua kapsul dikeluarkan dan tidak terjadi perdarahan tutup luka
dengan kassa steril kemudian di plester.
10) Pada umumnya tidak diperlukan jahitan pada kulit.
11) Informasikan kepada pemakai untuk tidak membasahi luka selama 3 hari.
Sekian terima kasih

Anda mungkin juga menyukai