Anda di halaman 1dari 20

Kewenangan Perawat

Dalam Pengelompokan
Obat dan
Medication Error

Nana Rochmatun N
R.19.01.049
Lingkup Bahasan
Kewenangan perawat dalam
01 pengelolaan obat
 Pengertian Perawat
 Pengertian Obat
 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat
 Legalitas Perawat dalam Pemberian Resep Obat
 Pengelolaan Obat

02 Medication Error
 Pengertian Medication Error
 Kategori Medication Error
 Bentuk Kejadian Medication Error
 Obat LASA (Look Alike Sound Alike)
 Penyebab terjadinya Medication Error
 Jenis-jenis Kesalahan Obat (Medication Error)
 Upaya menurunkan Medication Error
1.Kewenangan A. Pengertian Perawat

perawat dalam
pengelolaan obat Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan
dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya
yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan
Get a modern PowerPoint
(UU kesehatan No 23 tahun 1992)
Jadi perawat merupakan seseoarang yang telah
lulus pendidikan perawat dan memiliki kemampuan
serta kewenangan melakukan tindakan kerpawatan
berdasarkan bidang keilmuan yang dimiliki dan
memberikan pelayanan kesehatan secara holistic
dan professional untuk individu sehat maupun
sakit, perawat berkewajiban memenuhi kebutuhan
pasien meliputi bio-psiko-sosio dan spiritual.
B.Pengertian
Obat
Obat adalah benda atau zat yang dapat
digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala, atau mengubah proses
kimia dalam tubuh / suatu
bahan atau paduan bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit,
luka
atau kelainan badaniah dan rohaniah pada
manusia
atau hewan dan untuk memperelok atau
memperindah badan atau bagian badan
manusia termasuk obat tradisional.
C.Peran Perawat Dalam
Pemberian Obat
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat,
tidak sekedar memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat
melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga mengobservasi
respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang
manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk
lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha
membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan jelas
tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan
keputusa tentang pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan
lain. Perawat dalammemberikan obat juga harus memperhatikan
resep obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada
dosis yang diberikan sesuai resep
Prinsip 12 benar
9. Benar
1. Benar Klien 5. Benar Cara pengkajian
Pemberian (rute)
10. Benar
6. Benar evaluasi
2. Benar Obat Dokumentasikan

11. Benar reaksi


7.Benar pendidikan terhadap makanan
3. Benar Dosis kesehatan perihal medikasi
Obat klien

12.Benar reaksi
dengan obat lain
4. Benar Waktu 8. Hak klien untuk
Pemberian menolak
D.Legalitas Perawat dalam
Pemberian Resep Obat
Dalam pemberian pelayanan Menurut Undang-Undang 38
kesehatan kepada masyarakat, ada Tahun 2014 Pasal 30 ayat(1) huruf
beberapa tindakan baik medis (j) disebutkan “Dalam Menjalankan
maupun non-medis yang masih tugas sebagai pemberi Asuhan
menjadi area kewenangan abu-abu Keperawatan Perawat
bagi tenaga kesehatan, artinya berwewenang melakukan
tindakan tersebut tidak dapat penatalaksanaan
dikatakan sebagai kewenangan pemberian obat kepada Klien
satu profesi sehingga dapat sesuai dengan resep tenaga medis
dilakukan oleh profesi lainnya. atau obat bebas dan obat bebas
Salah satu tindakan yang berada terbatas.” Tenaga medis yang
dalam area kewenangan abu-abu dimaksud adalah dokter dam
keperawatan adalah tindakan tenaga kefarmasian. Sebagaimana
pemberian obat dan resep obat. yang disebutkan bahwa Perawat
hanya dapat mmberikan obat
berdasarkan resep dari tenaga
medis.
Next

Adanya dasar hukum yang dijelaskan


landasan legal seorang Perawat yang
sebelumnya membuktikan bahwa tindakan
memberikan resep obat kepada
pemberian obat dan resep obat oleh seorang
seorang pasien
Perawat adalahlegal dengan memperhatikan
faktor dan keterbatasantertentu. Hal ini
Dasar hukum yang dapat melandasi tindakan
membuat lingkup wewenang perawat menjadi
tersebut ialah UU Nomor 38 Tahun 2014 Pasal
lebih jelas. Adapun Undang-undang
29 ayat (1) huruf (f) berbunyi “ dalam
proprientary or patent medicine act tahun 1908
menyelenggarakan Praktik Keperawatan,
“Menetapkan standar untuk melindungi
Perawat bertugas sebagai Pelaksana tugas
konsumen dari obat tampa resep yang tidak
dalam keadaan keterbatasan tertentu.” Pasal
aman dan tidak efektif.” Hal ini memberi arah
ini dijelaskan kembali pada UU yang sama
bahwa siapapun tenaga kesehatan yang akan
pasal 33 ayat (1) dan (2) yang isinya
menangani klien atau pasien haru mempunyai
membenarkan tindakan medis yang
kompetensi yang cukup untuk dapat
dilakukan oleh Perawat dalam keadaan tidak
memberikan asuhan sesuai dengan
adanya tenaga medis di suatu wilayah tempat
kewenangannya yang mungkin akan dapat
Perawat bertugas sesuai dengan kompetensi
memberikan kenyamanan kepada pasien
yang dimiliki Perawat
sebagai customer dari pelayanan kesehatan.
E. Pengelolaan Obat
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
Pengelolaan Obat
mempunyai empat kegiatan yaitu : Pengelolaan merupakan suatu proses
yang dimaksudkan untuk mencapai
a. Perumusan kebutuhan suatu tujuan tertentu yang dilakukan
(selection) secara efektif dan efisien. Proses
pengelolaan dapat terjadi dengan baik
bila dilaksanakan dengan dukungan
kemampuan menggunakan sumber daya
b.  Pengadaan (procurement)
yang tersedia dalam
suatu sistem.
Tujuan utama pengelolaan obat adalah
c.  Distribusi (distribution) tersedianya obat dengan mutu yang
baik, tersedia dalam jenis dan jumlah
yang sesuai kebutuhan pelayanan
kefarmasian bagi masyarakat yang
d. Penggunaan / Pelayanan membutuhkan.
Obat (Use)
2.Medication Error
A. Pengertian Medication
Error

Ditinjau dari asal katanya, error adalah


kesalahan pada perencanaan untuk mencapai
tujuan (error pada perencanaan) atau kegagalan
dari sesuatu yang telah direncanakan untuk
diselesaikan sesuai dengan tujuan (error pada
pelaksanaan). Suatu error dapat terjadi karena hasil
dari kepercayaan atau pengabaian (The Institute of
Medicine, 2004).
Medication error adalah error yang terjadi pada
saat proses penggunaan obat. Misalnya seperti
kesalahan pemberian dosis pada resep, kesalahan
pada saat pemberian obat oleh orang yang
berwenang memberikan obat atau kesalahan pasien
sendiri pada saat pengobatan.
B.Kategori Medication Error

Error Kategori Hasil

No error A Kejadian atau yang berpotensi untuk terjadinya kesalahan

Error , no harm B Terjadi kesalahan sebelum obat mencapai pasien

C Terjadi kesalahan dan obat sudah diminum/digunakan pasien tetapi tidak membahayakan pasien

D Terjadinya kesalahan, sehingga monitoring ketat harus dilakukan tetapi tidak membahayakan pasien

Error, harm E Terjadi kesalahan, hingga terapi dan intervensi lanjut diperlukan dan kesalahan ini memberikan efek yang
buruk yang sifatnya sementara

F
AWESOME
Terjadi kesalahan dan mengakibatkan pasien harus dirawat lebih lama di rumah sakit serta memberikan
efek buruk yang sifatnya sementara

H
SLIDE
Terjadi kesalahan yang mengakibatkan efek buruk yang bersifat permanen

Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa pasien contoh syok anafilaktik

Error, death I Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia


C.Bentuk Kejadian Medication Error
1.Fase prescribing 3.Fase dispensing
adalah error yang terjadi pada fase ialah error yang terjadi pada saat penyiapan
penulisan resep, meliputi obat yang hingga penyerahan resep oleh petugas
diresepkan tidak tepatindikasi, tidak apotek.Salah satu kemungkinan terjadinya
error adalah salah dalam mengambil obat
tepat pasien atau kontraindikasi, dari rak penyimpanan karena kemasan atau
tidak tepat obat atau ada obat yang nama obat yang mirip atau dapat pula terjadi
tidak ada indikasinya, tidak tepat karena berdekatan letaknya.Selain itu salah
dosis dan aturan pakai. dalam menghitung jumlah tablet yang akan
diracik,ataupun salah dalam memberikan
informasi.
2.Fase transcribing
4.Fase administrasi
adalah error yang terjadi pada saat adalah error yang terjadi pada proses
pembacaan resep untuk proses dispensing, penggunaan obat, yaitu proses yang dimana
antara lain salah membaca resep karena terjadi saat obat diberikan dari petugas apotek
tulisan yang tidak jelas, misalnya Losec® ke pasien atau dari petugas apotek kepala
(omeprazole) dibaca Lasix® (furosemide), keluarga pasien. Dan pada proses ini juga
aturan pakai 2 kali sehari 1 tablet terbaca 3 meliputi fase digunakannya obat. Fase ini dapat
kali sehari 1 tablet. Salah dalam melibatkan petugas apotek dan pasien atau
menerjemahkan order pembuatan resep dan keluarganya. Biasanya pada fase ini
signature juga dapat terjadi pada kasus ini. . ketidaklengkapan yang terjadi yaitu salah
pemberian informasi tentang penggunaan obat .
D.Obat LASA (Look Alike Sound Alike)

LASA (Look Alike Sound Alike)

Lasa adalah obat-obat dengan nama generik maupun merek


dagang (paten) yang rupanya atau (bunyinya) hampir sama
dengan obat lain. Dalam fase dispensing, tenaga kefarmasian
melakukan screening terhadap kelengkapan dan kelayakan obat,
membaca resep, membungkus serta menempelkan etiket yang
berisi aturan pakai, nama pasien, jumlah obat, dan keterangan lain.
Sesuai dengan prosedur standar bahwa resep yang dinyatakan
lengkap dan layak selanjutnya akan dibungkus sesuai dengan
permintaan yang tertulis dalam resep. Tenaga kefarmasian yang
mengambil obat dari lemari obat mungkin saja melakukan
kesalahan dalam pengambilan sediaan farmasi.
Umumnya disusun berdasarkan abjad dan dipisahkan dalam
beberapa kelompok. Misalnya untuk obat golongan narkotika maka
dipisahkan dan disimpan pada lemari khusus, obat psikotropika juga
dipisahkan penyimpannya. Selanjutnya, obat dapat dikelompokkan
berdasarkan kelas terapinya ataupun menurut abjad saja.
E.Penyebab terjadinya
Medication Error
Dari penelitian yang telah dilakukan, prescribing error dapat
terjadi selain dari faktor individual penulis resep juga
melibatkan fakor-faktor lainnya.Faktor individual misalnya
kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai obat dan
pasiennya, serta kesehatan mental dan fisik penulis resep.
Faktor lainnya turut berperan adalah beban kerja tinggi,
komunikasi tidak berjalan dengan baik, pengawasan terhadap
jalannya pengobatan yang kurang, sistem kerja dan sarana
yang tidak mendukung, kurangnya pelatihan, belum
menganggap proses peresepan sebagai proses yang penting,
hierarki dalam tim medis, dan kewaspadaan terhadap
prescribing error masih rendah (Cahyono, 2008).

Menurut Kepmenkes 2004 faktor-faktor


lain yang berkontribusi pada medication
error antara lain:
 Komunikasi (mis-komunikasi, kegagalan
dalam berkomunikasi)
 Kondisi lingkungan
 Gangguan/ interupsi pada saat bekerja
 Beban bekerja
Get a modern
PowerPoint
F. Jenis-jenis Kesalahan Presentation that is
beautifully designed.

Obat (Medication Error)


Menurut Charles (2005, hal 383-386) jenis dari kesalahan obat
dan masalah yang berkaitan dengan
obat ialah sebagai berikut:

1.Kesalahan resep 9.Kesalahan karena pemantauan yang keliru


2.Kesalahan karena lalai memberikan obat 10.Kesalahan karena tidak patuh
11.Kesalahan karena rute pemberian yang tidak benar
3.Kesalahan karena waktu pemberian yang keliru 12.Kesalahan karena kecepatan yang keliru
4.Kesalahan obat karena obat yang tidak diotorisasi 13.Kesalahan karena indikasi tidak diobati
5.Kesalahan obat karena dosis tidak benar 14.Kesalahan karena penggunaan obat yang tidak
6.Kesalahan obat karena bentuk sediaan diperlukan
7.Kesalahan karena teknik pemberian yang keliru 15.Kesalahan karena gagal menerima obat
16.Kesalahan karena reaksi obat merugikan (ROM)
8. Kesalahan karena pemberian obat yang rusak 17.Kesalahan karena interaksi obat
18.Kesalahan obat lain Get a modern
PowerPoint
Presentation that is
beautifully designed.
G.Upaya menurunkan Medication Error
Pencegahan medication errors dapat dilakukan dengan upaya-upaya di
bawah ini antara lain:
1. Adanya pemahaman yang baik pada setiap individu bahwa medication errors dapat terjadi kapan saja dan
menimpa siapa saja terutama yang berkaitan dengan obat dan pengobatan, mulai dari dokter, apoteker, asisten
apoteker, dan perawat.
2. Apoteker wajib menerapkan sistem distribusi obat yang tepat untuk pasien di suatu rumah sakit, agar dapat
memenuhi persyaratan penyampaian obat yang baik, yaitu tepat pasien, tepat obat, tepat jadwal, tanggal, waktu,
dan metode pemberian, tepat informasi untuk pasien dan untuk perawat pemberi obat kepada pasien.
3. Sistem penulisan resep yang terkomputerisasi pada instalasi farmasi yang memudahkan pengecekan otomatis
untuk dosis, terapi duplikasi, interaksi obat, dan aspek penggunaan lain.
4. Desain ulang sistem yang ada, jika terbukti kejadian medication error bersumber dari sistem, sehingga dapat
mencegah terjadinya kesalahan yang akan datang.
5. Instalasi farmasi harus memiliki Standard Operating Procedure (SOP) dalam proses prescribing, transcribing,
dispensing, dan administering untuk meminimalkan resiko terjadinya medication errors.
6. Apoteker harus mengikuti pengetahuan mutakhir melalui kebiasaan membaca pustaka, berkonsultasi dengan
rekan sejawat dan pelaku pelayan kesehatan lain. Oleh karena itu, sumber informasi obat yang memadai harus
tersedia bagi semua pelaku pelayan kesehatan dalam proses penggunaan obat.
7. Adanya daftar singkatan baku standar yang disetujui untuk digunakan dalam peresepan obat.
8 .Personel yang cukup harus tersedia untuk melakukan tugas dengan memadai dan memiliki tingkat beban serta
jam kerja yang wajar. Selain itu, dilakukan evaluasi kinerja petugas sehingga dapat mengetahui hal-hal apa saja
yang selama ini dilakukan yang berpotensi menimbulkan medication errors. Dengan demikian, petugas
diharapkan tidak mengulangi hal yang sama dikemudian hari.
9. Lingkungan kerja yang nyaman untuk pembuatan sediaan obat. Sumber kesalahan yang dapat terjadi di
lingkungan kerja yaitu ketidakfokusan pada pekerjaan yang sedang dilakukan.
Langkah-langkah pengelolaan
medication errors :
 Klasifikasikan jenis medication errors yangterjadi.
 Tentukan penyebabterjadinya medication errors.
 Medication errorsharus didokumentasikan dan dilaporkan segera ke pada dokter,
perawat,dan kepala IFRS.
 Untuk kesalahan yangsignifikan secara klinik,pengumpulan fakta dan investigasi harus
sedimulai.Fakta yang harus ditetapkan dan didokumentasikan termasuk apa yang
terjadi, di mana peristiwa terjadi, mengapa dan bagaimana peristiwa terjadi, siapa
yang terlibat. Bukti produk (misal etiket dan kemasan) harus dicari dan disimpan untuk
acuan di kemudian hari.
 Identifikasikan langkah-langkah yang akan dilakukan denganbenar dan
dokumentasikan
 Terapi perbaikan dan terapi suportif harus diberikan kepada pasien.
 Kesalahan obat harus dilaporkan kepada program pemantauan rumah sakit untuk
kepentinganperbaikan mutu, peningkatan keamanan pasien untuk pencegahan
kesalahan yang akan datang.
Respon setelah terjadi
medication error :
1. Meminimalisasi efek dari kesalahan
medikasi pada pasien

2. Berikan pasien perhatian penuh

3. Pindahkan pasien ke tempat terpisah


jika memungkinkan

4. Cari penyebab terjadinya


kesalahan medikasi
5. Meminta maaf kepada pasien
dan jelaskan kesalahan yang
telah terjadi

6. Perbaiki kesalahan yang terjadi


7. Catat segala tindakan yang
dilakukan
KESIMPULAN
Pemberian obat menjadi salah satutugas seorang perawat
Do you take yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir
medication? dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat
bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan
bahwa obat tersebut benar. Obat yang diberikan kepada
pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan.
Perawat yang paling tahu tentangkebutuhan dan respon
pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar
menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan
tertentu. Faktorgangguan visual, pendengaran, intelektual
atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien tidak bias
mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan.
Medication errors menjadi 'musuh' perawat sehingga diperlukan
pelayanan terbaik dan profesional untuk mengurangi kesalahan
pengobatan.Selain menjaga kualitas sistem pelayanan kesehatan,
pelayanan terbaik mencegah kompleksitaskeadaan memburuknya
pasien dan peningkatan biaya kesehatan serta mencegah anggapan
ketidak profesionalan kerja dan menumbuhkan kepercayaan diri. Di
USA, dari tahun 1993 medication errors memberikan kerugian rumah
sakit 10% sampai 18%, selain itu pasien meninggal karena
medication errors berjumlah 7391 dan lama perawatan pasien
meningkat 4-6 hari dengan peningkatan biaya $4685 setiap pasien.
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai