Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HIV/AIDS DAN PENYALAHGUNAAN NAPZA


SAP Ini Disusun Untuk Mememnuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan HIV

Oleh:
AHDAL CASANOVAL ( P17212195005 )
MARIA MANTU ( P17212195009 )
HARTINA ROLOBESSY ( P17212195011 )
PARNI LESTARI ( P17212195014 )
M IHSANUL AMILIN ( P17212195015 )
KHAIRUNNISA ( P17212195018 )
DENI DWI KURNIAWAN ( P17212195022 )
ASHARINI DWI JUNIARTI ( P17212195025 )
PIDELA ISHMAH AFRILIA ( P17212195028 )
PEBRY RIZALDI ZAINI ( P12712195032 )
AJENG PAMELLA ANGGRAENI ( P17212195034 )
ARDHIA WINDA PRASTIA ( P17212195038 )
DWI ANDIKA MULIA SARI ( P17212195041 )
SITA HENDRA KUSUMA SAMSU ( P17212195042 )
I PUTU SURYA ADINATA ( P17212195046 )
YUNIARTI ( P17212195048 )
REZA WIRAJAYA ( P17212195052 )
RENNY ARDIYANTI ( P17212195054 )
SINTHYA AULIA ARZAQ ( P17212195058 )
RISKY AHMAD GIANTIKA ( P17212195061 )
PUTRI ASNI NILAM ( P17212195062 )
NI WAYAN WIJAYANTI SARI RAHAYU ( P17212195065 )

PROGRAM PROFESI NERS


POLITEKNIK KEMENKES MALANG
2019/2020
Hari/Tanggal : 13 April 2019
Pukul : 09.00 WIB
Waktu : 40 Menit
Tempat : Puskesmas Tukdana

I. Latar Belakang
Infeksi HIV adalah penyebab AIDS,yang mana HIV ini melemahkan system imunitas
manusia.HIV menyebabkan manusia sakitt akibat infeksi lain – lainbiasanya berpengaruh
padda orang yang bebas HIV. AIDS adalah sindrom dimana terdapat sekumpulan penyakit
yang diakibatkan penurunan system imunitas lebih lanjut pada orang dengan HIV.
Berdasarkan data resmi dari dinas Kesehatan Prov. Riau pada akhir oktober 2008 secara
komulatif jumlah kasus AIDS tercatat sebanyak 301 kasus yang terdiri dari 248 laki – laki 58
perempuan dan dilihat dari kelompok umur 25 – 33 tahun yaitu 62,12 %.
Selama ini, pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV dan AIDS sudah disebar
luaskan melalui media , namun pemahaman dan kesedaran masyarakat untuk bersama –sama
mena ggulagi HIV dan AIDS di Indonesia masih rendah.
Stigma ( pemberian cap buruk ) dan diskriminasi (membedakan perlakuan )oleh masyarakat
masih terjadi sehinggah upaya untuk pencegahan, pelayanan, perawatan dan dukungan terkait
dengan penanggulangan HIV dan AIDS.
Seluruh komponen masyarakat perlu perduli, aktif dan konsisten memberikan kontribusi
nyata sesuia dengan kemampuan nya  masing – masing untuk menanggulangi HIV dan AIDS
di Indonesia.
Gangguan penggunaan NAPZA suntik menjadi salah satu media penularan utama Human
Immunodeficiency Virus atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di
Indonesia sejak tahun 1999. Berdasarkan Laporan Triwulan Situasi Perkembangan HIV/AIDS
Nasional Kementerian Kesehatan, proporsi kasus AIDS Tahun 2006-2011 dari faktor risiko
penggunaan Napza suntik adalah sebanyak 34%. Sementara jumlah kasus HIV pada Tahun
2006–2011 yang disumbangkan oleh populasi pengguna Napza suntik adalah sebanyak 4,758
kasus. Berdasarkan estimasi nasional Tahun 2009, populasi pengguna Napza suntik yang
rawan tertular HIV adalah sebesar 105.784. Sementara data laporan triwulan Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL) sampai Juni
2010 menunjukkan bahwa provinsi dengan prevalensi pengguna Napza suntik tertinggi adalah
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Bali (Permenkes 2013).
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 35 menit, diharapakan keluarga dan pasien dapat
mengerti tentang HIV/AIDS dan Penyalahangunaan napza.
2. Tujuan Khusus
a) Pengertian HIV
b) Penyebaran HIV
c) Tes infeksi HIV
d) Langkah pengobatan HIV
e) Cara pencegahan HIV
f) Pengertian Napza
g) Jenis Napza
h) Dampak Fsisk Napza
i) Penyebab Penyalahgunaan Napza
j) Gejala Dini Pengguna Napza
k) Pengaruh Napza Pada Tubuh dan Lingkungan
l) Upaya Pencegahan Napza
III. Sasaran
Pasien dan Keluarga
IV. Materi
HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Napza
V. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VI. Media
1. Leaflet
VII. Kegiatan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan: 1. Menyambut salam dan
1. Membuka acara dengan salam mendengarkan penyaji
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
4. Melaksanakan kontrak waktu dengan
peserta
5. Menyampaikan materi yang akan
diberikan
2. 20 menit Pelaksanaan: Mendengarkan dan
1. Menjelaskan pengertian HIV memperhatikan
2. Menjelaskan penyebaran HIV
3. Menjelaskan Tes infeksi HIV
4. Menjelaskan langkah pengobatan HIV
5. Menjelaskan cara pencegahan
terjadinya HIV
6. Menjelaskan Gejala HIV
7. Menjelaskan pengertian napza
8. Menjelaskan jenis napza
9. Menjelaskan dampak fisik karena
napza
10. Menjelaskan penyebab
penyalahgunaan napza
11. Menjelaskan gejala dini napza
12. Menjelaskan pengaruh napza dan
lingkungan
13. Menjalaskan upaya pencegahan napza
3. 10 menit Evaluasi:
1. Tanya jawab dengan peserta Menjawab dan menjelaskan
penyuluhan pertanyaan
2. Menyimpulkan dari acara penyuluhan
4. 5 menit Penutup: Mendengar dan mengucap
1. Mengucapkan terima kasih kepada salam
peserta penyuluhan
2. Mengucapkan salam

VIII. Setting tempat

Keterangan :
= Peserta

= Konselor = Keluarga Pasien

= Konselor 2

Pengorganisasian

Pembimbing : Eleni Kenanga P, S.Kep. Ns., M.Kep.,

Keluarga Pasien : Intan Cahaya


Pasien : Zihan Fauziah
Konselor : Nana Rochmatun Nazzilah
Konsepe 2 : Siti Rahufi

Kriteria Evaluasi
1. Kriteria struktur :
1) Pasien hadir di Puskesmas Tukdana
2) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan.
2. Kriteria Proses :
1) Pasien dan keluarga mengerti tentang HIV dan peyalahgunaan napza
3. Kriteria Hasil :
1) Menjelaskan pengertian HIV
2) Menjelaskan penyebaran HIV
3) Menjelaskan Tes infeksi HIV
4) Menjelaskan langkah pengobatan HIV
5) Menjelaskan cara pencegahan terjadinya HIV
6) Menjelaskan Gejala HIV
7) Menjelaskan pengertian napza
8) Menjelaskan jenis napza
9) Menjelaskan dampak fisik karena napza
10) Menjelaskan penyebab penyalahgunaan napza
11) Menjelaskan gejala dini napza
12) Menjelaskan pengaruh napza dan lingkungan
13) Menjalaskan upaya pencegahan napza
Lampiran
Materi
HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Napza

1. Pengertian HIV
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem
kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.
HIV belum bisa disembuhkan, tapi ada pengobatan yang bisa digunakan untuk
memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan ini juga akan membuat penderitanya
hidup lebih lama, sehingga bisa menjalani hidup dengan normal. Dengan diagnosis HIV dini
dan penanganan yang efektif, pengidap HIV tidak akan berubah menjadi AIDS. AIDS
adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
2. Penyebaran HIV
HIV adalah jenis virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia. HIV
bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan yang dimaksud
adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. HIV tidak bisa menyebar
melalui keringat atau urine.
Di Indonesia faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian jarum suntik
saat menggunakan narkotika.
Berikut ini adalah beberapa cara penyebaran HIV lainnya:
1) Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau menyusui.
2) Melalui seks oral.
3) Pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian.
4) Melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi.
5) Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah terkontaminasi,
misalnya spon dan kain pembersihnya.
3. Tes Infeksi HIV
Jika Anda merasa memiliki risiko terinfeksi virus HIV, satu-satunya cara untuk
mengetahuinya adalah dengan melakukan tes HIV yang disertai konseling. Segeralah
mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat (klinik VCT) untuk tes HIV. Dengan tes ini akan
diketahui hasil diagnosis HIV pada tubuh Anda. tes HIV dan konseling ini disebut sebagai
VCT (Voluntary Counseling and Testing) atau KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Tes
ini bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes, konseling diberikan terlebih
dahulu. Konseling bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dan juga pola hidup
keseharian. Setelah tahap ini, dibahaslah cara menghadapi hasil tes HIV jika terbukti positif.
Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi terhadap HIV di
dalam sampel darah. Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh
untuk menyerang kuman atau bakteri tertentu. Tes HIV mungkin akan diulang satu hingga
tiga bulan setelah seseorang melakukan aktivitas yang dicurigai bisa membuatnya tertular
virus HIV.
Ada beberapa tempat untuk melakukan tes HIV. Anda bisa menanyakan pada rumah sakit
atau klinik kesehatan terdekat. Di Indonesia, terdapat beberapa yayasan dan organisasi yang
fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:
1) Komunitas AIDS Indonesia
2) ODHA Indonesia
3) Himpunan Abiasa
4) Yayasan Spiritia
5) Yayasan Orbit
6) Yayasan AIDS Indonesia
Sedangkan lembaga pemerintah yang dibentuk khusus untuk menangani HIV/AIDS
adalah Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). Jika hasilnya positif, Anda akan
dirujuk menuju klinik atau rumah sakit spesialis HIV. Beberapa tes darah lainnya mungkin
akan diperlukan. Tes ini untuk memperlihatkan dampak dari HIV kepada sistem kekebalan
Anda. Anda juga bisa membicarakan tentang pilihan penanganan yang bisa dilakukan.
4. Langkah Pengobatan Bagi Penderita HIV
Meski belum ada obat untuk sepenuhnya menghilangkan HIV, tapi langkah pengobatan
HIV yang ada pada saat ini cukup efektif. Pengobatan yang dilakukan bisa memperpanjang
usia hidup penderita HIV dan mereka bisa menjalani pola hidup yang sehat.
Terdapat obat-obatan yang dikenal dengan nama antiretroviral (ARV) yang berfungsi
menghambat virus dalam merusak sistem kekebalan tubuh. Obat-obatan tersebut diberikan
dalam bentuk tablet yang dikonsumsi setiap hari. Anda akan disarankan melakukan pola
hidup sehat. Misalnya makanan sehat, tidak merokok, mendapatkan vaksin flu tahunan, dan
vaksin pneumokokus lima tahunan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko terkena
penyakit berbahaya.
Tanpa pengobatan, orang dengan sistem kekebalan yang terserang HIV akan menurun
drastis. Dan mereka cenderung menderita penyakit yang membahayakan nyawa seperti
kanker. Hal ini dikenal sebagai HIV stadium akhir atau AIDS.
5. Cara Pencegahan HIV
Cara terbaik untuk mencegah HIV adalah dengan melakukan hubungan seks secara aman,
dan tidak pernah berbagi jarum, dan peralatan menyuntik apa pun. Semua yang pernah
berhubungan seks tanpa kondom dan berbagi jarum atau suntikan, lebih berisiko untuk
terinfeksi HIV.
Cara penggunaan kondom :
1) Periksa kemasan dan tanggal kadaluarsnya
2) Buka kemasan kondom dengan benar, ikuti petunjuk pembukaan yang ada pada
kemasan. Hindari menggunakan gunting atau gigi untuk membuka kemasan. Sebelum
merobek kemasan, dorong kondom ke sisi berlawanan agar tidak ikut robek bersama
kemasan.
3) Ambil kondom secara perlahan dan keluarkan dari kemasan. Lalu jepit ujung kondom
yang terdapat di bagian tengah lingkaran dengan jari, untuk mencegah udara masuk.
Udara yang masuk ke dalam kondom akan membuatnya mudah pecah.
4) Sambil memegang ujung kondom, tempatkan kondom di atas kepala penis. Pastikan
penis sudah ereksi sempurna saat memakai kondom.
5) Buka gulungan kondom dengan lembut ke arah pangkal penis. Jika gulungan kondom
tidak bisa diturunkan, berarti pemakaiannya tidak tepat atau terbalik. Ambil kondom
baru jika telah melakukan kesalahan tersebut dan mulai dari awal.
6) Pastikan kondom membungkus keseluruhan penis, sisakan ruang 1,5 cm diujung kepala
penis untuk air mani.
7) Ketika selesai berhubungan dan telah mengalami ejakulasi, segera cabut penis dari
dalam vagina sebelum ereksinya hilang. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebocoran
kondom di dalam vagina pasangan Anda. Usai penis sepenuhnya keluar, tarik kondom
dari penis Anda secara perlahan-lahan agar sperma di dalamnya tidak keluar. Bungkus
kondom bekas dengan tisu dan buang ke tempat sampah.
8) Pastikan untuk tidak membuang kondom disembarang tempat.
6. Gejala HIV
Infeksi HIV muncul dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah serokonversi (Periode waktu
tertentu di mana antibodi HIV sudah mulai berkembang untuk melawan virus.). Tahap kedua
adalah masa ketika tidak ada gejala yang muncul. Dan tahap yang ketiga adalah infeksi HIV
berubah menjadi AIDS.
1) Tahap Pertama
Orang yang terinfeksi virus HIV akan menderita sakit mirip seperti flu. Setelah
ini, HIV tidak menimbulkan gejala apa pun selama beberapa tahun. Gejala seperti flu ini
akan muncul beberapa minggu setelah terinfeksi. Masa waktu inilah yang sering disebut
sebagai serokonversi.
Diperkirakan, sekitar 8 dari 10 orang yang terinfeksi HIV mengalami ini. Gejala
yang paling umum terjadi adalah:
a. Tenggorokan sakit
b. Demam
c. Muncul ruam di tubuh, biasanya tidak gatal
d. Pembengkakan noda limfa
e. Penurunan berat badan
f. Diare
g. Kelelahan
h. Nyeri persendian
i. Nyeri otot
Gejala-gejala di atas bisa bertahan selama satu hingga dua bulan, atau bahkan lebih lama.
Ini adalah pertanda sistem kekebalan tubuh sedang melawan virus. Tapi, gejala tersebut
bisa disebabkan oleh penyakit selain HIV. Kondisi ini tidak semata-mata karena
terinfeksi HIV. Lakukan tes HIV jika Anda merasa berisiko terinfeksi atau ketika muncul
gejala yang disebutkan di atas. Tapi perlu diingat, tidak semua orang mengalami gejala
sama seperti yang disebutkan di atas. Jika merasa telah melakukan sesuatu yang membuat
Anda berisiko terinfeksi, kunjungi klinik atau rumah sakit terdekat untuk menjalani tes
HIV.
2) Tahap Kedua
Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala lebih
lanjut selama bertahun-tahun. Periode ini disebut sebagai masa inkubasi, atau masa laten.
Virus yang ada terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Pada tahapan ini,
Anda akan merasa sehat dan tidak ada masalah. Kita mungkin tidak menyadari sudah
mengidap HIV, tapi kita sudah bisa menularkan infeksi ini pada orang lain. Lama tahapan
ini bisa berjalan sekitar 10 tahun atau bahkan bisa lebih.
3) Tahap Ketiga atau Tahap Terakhir Infeksi HIV
Jika tidak ditangani, HIV akan melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan
infeksi. Dengan kondisi ini, Anda akan lebih mudah terserang penyakit serius. Tahap
akhir ini lebih dikenal sebagai AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Berikut
ini adalah gejala yang muncul pada infeksi HIV tahap terakhir:
a) Noda limfa atau kelenjar getah bening membengkak pada bagian leher dan pangkal
paha.
b) Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
c) Merasa kelelahan hampir setiap saat.
d) Berkeringat pada malam hari.
e) Berat badan turun tanpa diketahui penyebabnya.
f) Bintik-bintik ungu yang tidak hilang pada kulit.
g) Sesak napas.
h) Diare yang parah dan berkelanjutan.
i) Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau vagina.
j) Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.
Risiko terkena penyakit yang mematikan akan meningkat pada tahap ini. Misalnya
kanker, TB, dan pneumonia. Tapi meski ini penyakit mematikan, pengobatan HIV tetap
bisa dilakukan. Penanganan lebih dini bisa membantu meningkatkan kesehatan.
7. Definisi Napza
Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan /
psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat patologis, paling
sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga menimbulkan gangguan dalam
pekerjaandan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA banyak dipakai untuk kepentingan
pengobatan, misalkan menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya
“enak” bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan untuk
pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini
menyebabkan pengguna merasa ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebakan
kerusakan fisik (Sumiyati, 2009).
8. Jenis Napza
1) Narkotika : Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah : zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, ada 3 golongan :
a. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
b. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin.
c. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.
2) Psikotropika : Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
a. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
b. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
c. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
d. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam
( BK, DUM ).
3) Zat Adiktif Lainnya : Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang
berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
a. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari
dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau
Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3
golongan minuman beralkohol :
a) Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).
b) Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )
c) Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House, Johny
Walker ).
b. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner,
Penghapus Cat Kuku, Bensin.
c. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat.
9. Dampak Fisik Karena Napza
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol
terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan
alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat digolongkan
menjadi 3 golongan :
1) Saat menggunakan NAPZA: Jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak
acuh), mengantuk, agresif,curiga
2) Kelebihan disis (overdosis): Nafas sesak,denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba
dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.
3) Sedang ketagihan (putus zat/sakau) : Mata dan hidungberair, menguap
terusmenerus,diare, rasa sakit diseluruh tubuh,takut air sehingga malas andi,kejang,
kesadaran menurun.
4) Pengaruh jangka panjang: Penampilan tidak sehat,tidak peduli terhadap kesehatan dan
kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas suntikan pada lengan atau
bagian tubuh lain.
10. Penyebab Penyalahgunaan Napza
Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :
1) Faktor individual :
Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami
perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri – ciri remaja yang
mempunyai resiko lebih besar menggunakan NAPZA :
a. Cenderung memberontak
b. Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.
c. Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada
d. Kurang percaya diri
e. Mudah kecewa, agresif dan destruktif
f. Murung, pemalu, pendiam
g. Merasa bosan dan jenuh
h. Keinginan untuk bersenang – senang yang berlebihan
i. Keinginan untuk mencaoba yang sedang mode
j. Identitas diri kabur
k. Kemampuan komunikasi yang rendah
l. Putus sekolah
m. Kurang menghayati iman dan kepercayaan.
2) Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik sekitar
rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.
a. Lingkungan Keluarga :
a) Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
b) Hubungan kurang harmonis
c) Orang tua yang bercerai, kawin lagi
d) Orang tua terlampau sibuk, acuh
e) Orang tua otoriter
f) Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
g) Kurangnya kehidupan beragama.
b. Lingkungan Sekolah :
a) Sekolah yang kurang disiplin
b) Sekolah terletak dekat tempat hiburan
c) Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan
diri secara kreatif dan positif
d) Adanya murid pengguna NAPZA
c. Lingkungan Teman Sebaya :
a) Berteman dengan penyalahguna
b) Tekanan atau ancaman dari teman
d. Lingkungan Masyrakat / Sosial :
a) Lemahnya penegak hukum
b) Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
11. Gejala Dini Napza
1) Tanda Fisik
a. Kesehatan fisik menurun
b. Penampilan diri menurun
c. Badan kurus, lemah, malas
d. Pernapasan lambat dan dangkal
e. Suhu badan tidak beraturan
f. Pupil mata mengecil
g. Tekanan darah menurun
h. Tejang otot
i. Kesadaran makin lama makin menurun
j. Selera makan berkurang
2) Tanda-tanda di rumah
a. Membangkang terhadap teguran orang tua
b. Semakin jarang ikut kegiatan keluarga
c. Mulai melupakan tangung jawab rutinnya di rumah
d. Sering pulang lewat jam malam dan menginap di rumah teman
e. Sering pergi ke diskotik, mall atau pesta
f. Pola tidur berubah: pagi susah dibangunkan, malam suka begadang
g. Bila ditanya, sikapnya defensive atau penuh kebencian
h. Menghabiskan uang tabungannya dan selalu kehabisan uang (bokek)
i. Mering mencuri uang dan barang-barang berharga di rumah, dan ini sering tidak
diketahui.
j. Sering merongrong keluarganya untuk minta uang dengan berbagai alas an (pandai-
pandailah mengecek apakah uang yang dimintanya untuk bayar ini dan itu di
sekolah, betul-betul diminta oleh sekolah dan dibayarkan).
k. Malas mengurus diri (tidak mau membereskan tempat tidur, malas menggosok gigi,
kamar berantakan, malas membantu).
l. Sering tersinggung dan mudah marah
m. Menarik diri, sering di kamar dan mudah marah
n. Sering berbohong
o. Bersikap lbih kasar terhadap angota keluarga lainnya dibandingkan dengan
sebelumnya.
p. Sekali-kali dijumpai dalam keadaan mabuk, bicara pelo (cedal) dan
jalansempoyongan
q. Ada obat-obatan, kertas timah, bau-bauan yang tidak biasa di rumah (terutama
kamar mandinya atau kamar tidurnya), atau ditemukan jarum suntik namun ia
mengatakan barang-barang itu bukan miliknya.
12. Pengaruh Napza Pada Tubuh dan Lingkungan
1) Komplikasi Medik : biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan cukup lama.
Pengaruhnya pada :
a. Otak dan susunan saraf pusat :
a) gangguan daya ingat
b) gangguan perhatian / konsentrasi
c) gangguan bertindak rasional
d) gangguan perserpsi sehingga menimbulkan halusinasi
e) gangguan motivasi, sehingga malas sekolah atau bekerja
f) gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik / buruk.
b. Pada saluran napas : dapat terjadi radang paru ( Bronchopnemonia ).
pembengkakan paru ( Oedema Paru )
c. Jantung : peradangan otot jantung, penyempitan pembuluh darah jantung.
d. Hati : terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum suntik, hubungan
seksual
e. Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan HIV / AIDS.
Para pengguna NAPZA dikenal dengan perilaku seks resiko tinggi, mereka mau
melakukan hubungan seksual demi mendapatkan zat atau uang untuk membeli zat.
Penyakit Menular Seksual yang terjadi adalah : kencing nanah ( GO ), raja singa
( Siphilis ) dll. Dan juga pengguna NAPZA yang mengunakan jarum suntik secara
bersama – sama membuat angka penularan HIV / AIDS semakin meningkat.
Penyakit HIV / AIDS menular melalui jarum suntik dan hubungan seksual, selain
melalui tranfusi darah dan penularan dari ibu ke janin. Sistem Reproduksi : sering
terjadi kemandulan.
f. Kulit
Terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan jarum suntik, sehingga
mereka sering menggunakan baju lengan panjang.
g. Komplikasi pada kehamilan :
a) Ibu : anemia, infeksi vagina, hepatitis, AIDS
b) Kandungan : abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati
c) Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah.
2) Dampak Sosial :
a. Di Lingkungan Keluarga :
a) Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering terjadi
pertengkaran, mudah tersinggung.
b) Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.
c) Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak tertib, hidup
bebas) dan menjadi aib keluarga.
d) Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah atau
pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, kesulitan keuangan.
e) Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat untuk biaya
pengobatan dan rehabilitasi.
b. Di Lingkungan Sekolah :
a) Merusak disiplin dan motivasi belajar.
b) Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar.
c) Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama teman sebaya.
c. Di Lingkungan Masyarakat :
a) Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari pengguna /
mangsanya.
b) Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang telah
menjadi ketergantungan.
c) Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian, pembunuhan
sehingga masyarkat menjadi resah.
d) Meningkatnya kecelakaan.
13. Upaya Pencegahan Napza
1) Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan
melakukan intervensi.
2) Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan NAPZA.
3) Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA
Cara pencegahan :
1) Ketahuilah bahwa obat tersebut sangat berbahaya jangan sekali-kali mencoba.
2) Bina hubungan yang harmonis dengan orang tua sehingga perilaku kita lebih terkontrol.
3) Katakan tidak bila ada yang menawari.
4) Berhati-hatilah dalam bergaul.
5) Perkuat keimanan kepada Tuhan.
6) Buat para orangtua : ciptakan keluarga yang harmonis, jalin komunikasi yang
bersahabat dengan putra-putri Anda.
7) Buat remaja : jadilah remaja yang aktif dan menyenangkan, berprestasi tinggi, tahan uji,
mandiri, ikuti kegiatan positif dan bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Grace, Edward, dkk. 2007. Praktik Kebidanan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
Johan. 2008. Dampak dari Penyalahgunaan NAPZA. http://www.kemensos.or.id. Diakses
tanggal 02 Agustus jam 20.00 WIB.
Novel, Sinta Sasika. 2011. Ensiklopedi Penyakit Menular dan Infeksi. Yogyakarta : Familia
Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC
Riyanto, Hendro. 2009. Penegakan Diagnosa terhadap Penyalahgunaan NAPZA. Jakarta:
EGC
Sumiyati. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Korban Penyalahgunaan Dan Ketergantungan
NAPZA. Jakarta : CV Transmedia Info
The Indonesian Florence Nightingale Foundation. 1999. Kiat Penanggulangan dan
Penyalahgunaan Ketergantungan NAPZA. Jakarta.
Tom, Kus, Tedi. 1999. Bahaya NAPZA Bagi Pelajar , Bandung :Yayasan Al-Ghifari
Varney, Helen. 2007. Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Widoyono. 2005. Penyakit Tropis. Semarang : Erlangga
YBP-SP. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai