Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KEGIATAN KULIAH KERJA NYATA

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN HIV/AIDS


PADA WARGA RW 09 DI DESA PASURUHAN LOR

Disusun Oleh :

NAMA : NAWA EVALATUL HAWA


NIM : 920173036
KELAS : 4A
PRODI : S1 ILMU KEPERAWATAN

PROGAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KUDUS
TAHUN 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA WARGA RW 09 DI DESA PASURUHAN LOR

Pokok bahasan : Pencegahan HIV/AIDS pada Warga Rw 09 Di Desa Pasuruhan


Lor
Sub pokok bahasan : Mengenal dan mengetahui tanda gejala hiv/aids
Sasaran : Warga RW. 09 Di Desa Pasuruhan Lor
Hari/tanggal : Senin, 23 November 2020
Tempat : Rumah Warga RW. 09 Di Desa Pasuruhan Lor
Waktu : Jam 08.00 - Selesai
Penyuluh : Nawa Evalatul Hawa

A. LATAR BELAKANG
Human Imunodeficiency Virus (HIV) /Aquired Immuno Deficiency Syndrome
(AIDS) merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan secara
global, karena pola penyakitnya hampir terjadi di semua negara di dunia.
Kasus HIV/AIDS di Indonesia seperti gunungan es, dimana kasus yang terdata
hanya didapatkan dari hasil pemeriksaan atau pengakuan dari pelakunya dan jumlah
tersebut hanyalah sedikit dari jumlah kasus HIV / AIDS yang sesungguhnya. Dimana
kasus yang sebenarnya jauh lebih besar dibandingkan yang terdata dan mengaku jika
mereka sudah terkena HIV / AIDS. Penyakit ini merupakan penyakit yang mematikan
karena sampai saat ini belum ditemukan obat penyembuhannya. Namun demikian
sebenarnya pencegahannya terhadap penyakit HIV/AIDS relatif mudah asalkan kita
mengetahui caranya.
Berdasarkan data Ditjen P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan), statistik kasus HIV/AIDS yang dilaporkan dari tahun 2011-2012
mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2011 kasus baru HIV sebesar 21.031 kasus,
kemudian meningkat menjadi 21.511 kasus pada tahun 2012. Begitu juga dengan AIDS
dari tahun 2011 sebanyak 37.201 kasus, meningkat menjadi 42.887 kasus pada tahun
2012. Proporsi factor risiko penderita HIV/AIDS melalui hubungan heteroseksual
merupakan cara penularan dengan persentase tertinggi sebesar 77,75%, diikuti oleh
penasun atau injecting drug user (IDU) sebesar 9,16% dan dari ibu ke anak sebesar
3,76% (Kemenkes RI, 2012).
Kasus infeksi HIV/AIDS di Jawa Tengah digambarkan sebagai berikut; pada
tahun 2011 terdapat 755 kasus, tahun 2012 menurun menjadi 2607 kasus, namun kasus
Aquiared ImmunoDevisiency Syndrome (AIDS) terjadi peningkatan dari tahun 2011
sebanyak 521 kasus dan tahun 2012 menjadi 797 kasus. Jumlah kematian karena AIDS di
Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak 89 kasus, meningkat menjadi 149 kasus pada tahun
2012 (Dinkes Jateng, 2012).
Salah satu populasi yang beresiko tinggi terinfeksi HIV dengan transmisi
penularan melalui hubungan seksual adalah Pekerja Seks Komersial (PSK) (Dewi, 2015).
Hal ini karena PSK sering berganti – ganti pasangan pada saat berhubungan seks dan
tingkat kesadaran mereka menggunakan kondom juga rendah, sehingga mereka
merupakan kelompok paling rentan terinfeksi HIV di seluruh dunia saat ini. Epidemi HIV
secara cepat menyerang populasi PSK dengan prevalensi di atas 65% di hampir semua
negara termasuk Indonesia (UNAIDS dalam Dewi, 2015). Selain itu pekerja seks yang
sudah terpapar virus HIV belum juga menghentikan aktivitas prostitusinya baik yang di
lokalisasi maupun non lokalisasi. Bahkan, tidak sedikit justru berusaha menutupi keadaan
sesungguhnya agar tetap bisa mendapatkan uang. Alasan sosial dan ekonomi sering
memaksa orang bisa berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidup, termasuk salah
satunya menjadi PSK. Hal ini biasanya dialami oleh perempuan-perempuan kalangan
menengah ke bawah yang tidak mendapat pendidikan yang cukup (Dewi, 2015).
Hal ini karena pengetahuan memegang peranan penting dalam menentukan sikap.
Sedang sikap adalah respon terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai penghayatan
terhadap objek. Sikap juga merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat
mempengaruhi perilaku khususnya pada saat berhubungan seks yang tidak sehat,
akhirnya dapat beresiko tertular HIV / AIDS (Notoatmodjo, 2013).

B. TUJUAN
I. TIU (Tujuan Instruksional Umum)
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, para warga rw 09 di desa
pasuruhan lor kudus mampu memahami dan mengerti tentang HIV/AIDS.
II. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit tentang HIV/AIDS diharapkan
para warga rw 09 di desa pasuruhan jati kudus mampu :
a) Menjelaskan pengertian HIV/AIDS
b) Mengetahui penyebab dan tanda gejala HIV/AIDS
c) Menjelaskan menjelaskan rute atau perjalanan infeksi HIV/AIDS
d) Mengetahui cara penularan penyakitHIV/AIDS
e) Menjelaskan cara pencegahan melalui HIV/AIDS dengan cara
ABCDE
f) Menjelaskan tentang layanan tes HIV/AIDS
g) Menjelaskan cara terapi farmakologi dan non farmakologi HIV/AIDS

C. POKOK MATERI
(Terlampir)

D. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


a. Metode :
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
b. Pengorganisasian :
1. Pembawa materi : Nawa Evalatul Hawa
2. Kegiatan Penyuluhan :

No Tahap Waktu Kegiatan Media


.

1. Pembukaan 5 menit  Menyampaikan salam Lisan


 Menjelaskan tujuan
 Kontrak waktu
 Tes awal/Apersepsi

2. Pelaksanaan 20 menit  Mampu menjelaskan pengertian PPT


HIVAIDS
 Mampu menyebutkan penyebab
dan tanda gejala HIV/AIDS
 Mampu menjelaskan rute atau
perjalanan infeksi HIV/AIDS
 Mampu menjelaskan cara
penularan HIV/AIDS
 Mampu menjelaskan bahwa
HIV/AIDS tidak ditularkan
melalui : penggunaan toilet
bersama,bertukar pakaian
 Mampu menjelaskan cara
pencegahan HIV/AIDS dengan
cara ABCDE
 Mampu menjelaskan tentang
layanan tes HIV/AIDS
 Mampu menjelaskan tentang
terapi farmakologi dan non
farmakologi HIV/AIDS

3. Penutup 10 menit  Evaluasi Lisan


 Menyimpulkan materi
 Memberi kesempatan untuk
bertanya
 Memberi salam penutup

E. SETTING TEMPAT
A : penyaji A

B : Peserta Penyuluh 1 2 3 4
F. MEDIA DAN SUMBER
Media : Lembar Balik, Leaflet, dan Power Point
Sumber :
Budiarti R. (2019). Perilaku Seks Waria dalam Upaya Pencegahan
HIV/AIDS. Balai Penerbit FKM Universitas Diponegoro
Depkes RI. (2012). Modul pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV
(Voluntary Counseling and Testing = VCT) untuk Konselor Profesional.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik dan Direktorat Jenderal
P2M dan Pelayanan Lingkungan
Nasution R. (2019). Cegah penularan HIV/AIDS dengan transmisi seks
terkendali. Jakarta
KPA Nasional. (2012-2016). Strategi Nasional Penanggulangan HIV/
AIDS. Jakarta
Dewi, N.S. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perubahan
Pengetahuan dan Sikap dalam Pencegahan HIV/AIDS pada Pekerja
Seksual Komersial. Media Ners
Notoatmodjo S. (2013). Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

G. EVALUASI
a. Evaluasi struktur
1. Proposal Pendidikan kesehatan yang berisi Satuan Acara Penyuluhan
telah siap sebelum kegiatan dimulai
2. Kontrak waktu, tempat dan topic dengan ibu pasien, pasien / keluarga
3. Tempat dan media telah siap sebelum kegiatan dimulai
4. Penyaji materi telah siap memberi penyuluhan atau pendidikan
kesehatan
5. Waktu dan tempat sesuai yang telah ditentukan
6. Menyiapkan pertanyaan

b. Evaluasi proses
1. Penyuluh berperan sesuai dengan perannya
2. Para warga di desa pasuruhan lor kudus antusias terhadap materi
penyuluhan
3. Kegiatan berlangsung sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah
ditentukan
4. Adanya Tanya jawab dan feed back
5. Penyuluh mampu melakukan evaluasi sesuai tujuan yang ingin dicapai
c. Evaluasi hasil
1. Peserta mampu menjalaskan kembali tentang pengertian HIV/AIDS
dengan prosentase 90%
2. Peserta mampu menyebutkan kembali tentang penyebab dan tanda
gejala HIV/AIDS dengan prosentasi 80%
3. Peserta mampu menjelaskan rute atau perjalanan gejala-gejala
HIV/AIDS dengan prosentase 70%
4. Peserta mampu menjelaskan kembali tentang cara penularan
HIV/AIDS dengan prosentase 85%
5. Peserta mampu menjelaskan kembali tentang cara pencegahan
HIV/AIDS dengan prosentase 80%
6. Peserta mampu menjelaskan kembali tentang layanan tes HIV/AIDS
dengan prosentase 70%
7. Peserta mampu menjelaskan kembali tentang terapi farmakologi dan
ono farmakologi HIV/AIDS dengan prosentase 70%

H. DAFTAR PERTANYAAN
1. Apa saja penyebab penyakit HIV/AIDS?

2. Bagaimana cara penularan penyakit HIV/AIDS?


LAMPIRAN MATERI
PENCEGAHAN HIV/AIDS
PADA WARGA DI DESA PASURUHAN LOR RW 09 KUDUS

A. Pengertian penyakit HIV/AIDS


HIV/AIDS telah menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi.
HIV/AIDS adalah salah satu penyakit yang harus diwaspadai karena Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) sangat berakibat pada penderitanya.
HIV/AIDS adalah merupakan masalah darurat global. Penyakit ini merupakan
salah satu dampak dari pelacuran dan kegiatan seks yang menyimpang. Di seluruh
dunia lebih dari 20 juta orang meninggal. Sementara 40 juta orang telah terinfeksi.
HIV/AIDS merupakan salah satu ancaman terbesar terhadap pembangunan sosial-
ekonomi, stabilitas dan keamanan pada negara– negara berkembang. HIV/ AIDS
telah menyebabkan kemiskinan yang semakin parah (KPA Nasional: Strategi
Nasional Penanggulangan HIV/ AIDS 2012–2016).
HIV/AIDS adalah jenis virus yang dapat menurunkan kekebalan tubuh atau
(BKKBN, 2012). Menurut depkres RI (2012), menyatakan bahwa HIV adalah
sejenis retrovirus-rna yang menerang sistem kekebalan tubuh manusia. Aids
adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome suatu kumpulan
gejala penyakit yang didapat akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh virus HIV. HIV/AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis
tertentu yang merupakan hasil dari infeksi oleh HIV (Sylvia dan wilson, 2018)
AIDS atau sindrom kehilangan kekebalan tubuh adalah kehilangan
kekebalan tubuh manusia sebuah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV.
Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita aids mudah terkena berbagai jenis
infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain
itu penderita aids sering kali menderita keganasan , khususnya sarkoma kaposi
dan limpoma yang hanya menyarang otak (Djuanda, 2014)

B. Penyebab HIV/AIDS
a. Melalui hubungan seks
b. Melalui luka terbuka dikulit
c. Melalui dinding tipis pada mulut dan mata
d. Melalui dinding tipis didalam anus atau alat kelamin
e. Melalui suntikan langsung kepembuluh darah memakai jarum atau
suntikan yang terinveksi (Ironson, 2017)
C. Tanda gejala penyakit HIV/AIDS yaitu:
1. Demam : Salah satu tanda-tanda pertama ARS adalah demam ringan,
sampai sekitar 39 derajat C (102 derajat F).
2. Kelelahan : Respon inflamasi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan
tubuh juga dapat menyebabkan lelah dan lesu. Kelelahan dapat menjadi
tanda awal dan tanda lanjutan dari HIV.
3. Pegal, nyeri otot dan sendi, pembengkakan kelenjar getah bening :
ARS sering menyerupai gejala flu, mononucleosis, infeksi virus atau yang
lain, bahkan sifilis atau hepatitis. Hal tersebut memang tidak
mengherankan.
4. Sakit tenggorokan dan sakit kepala : Seperti gejala penyakit lain, sakit
tenggorokan, dan sakit kepala sering dapat merupakan ARS.
5. Ruam kulit : Ruam kulit dapat terjadi lebih awal atau terlambat dalam
perkembangan HIV/AIDS.
6. Mual, muntah dan diare : Diare yang tak henti-hentinya dan tidak
merespon obat mungkin merupakan indikasi. Atau gejala dapat
disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak terlihat pada orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang baik.
7. Penurunan berat badan : Jika penderita HIV sudah kehilangan berat
badan, berarti sistem kekebalan tubuh biasanya sedang menurun.
8. Batuk kering : Batuk kering dapat merupakan tanda pertama seseorang
terkena infeksi HIV. Batuk tersebut dapat berlangsung selama 1 tahun dan
terus semakin parah.
9. Pneumonia : Ada banyak infeksi oportunistik yang berbeda dan masing-
masing dapat datang dengan waktu yang berbeda.

D. Rute atau perjalanan infeksi HIV/AIDS


 Tahap pertama

Tahap mulai terinfeksi HIV, seseorang terlihat sehats aja. Belum ada tanda-
tanda penurunan kesehatan yang jelas. Walau Nampak sehat, tapi orang yang
terinfeksi HIV ini bisa menularkan virus ke orang lain.
Penularan bisa melalui perpindahan darah, cairan sperma dan cairan vagina
dari orang dengan HIV ke orang lain. Selain itu, bisa juga dari ibu hamil
dengan HIV menularkan kepada janin melalui plasenta atau pada saat
persalinan.

 Tahap kedua

Memasuki tahun kelima hingga kedelapan gejala mulai nampak. Seperti berat
badan turun drastis, cepat dan sering merasa lelah, sering demam disertai
keringat dingin tanpa sebab jelas. Ada juga yang mengalami pembengkakan
kelanjar di sekitar leher, ketiak, lipatan pah tanpa sebab jelas.

 Tahap ketiga

Memasuki tahun kedelapan hingga kesepuluh mulai masuk ke tahap Acquired


Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Sistem kekebalan tubuh sudah menurun
dan tidak ada lagi perlawanan terhadap penyakit. Bahkan penyakit yang tidak
berbahaya sekalipun bisa menjadi mematikan.

 Tahap keempat

Meninggal dunia karena infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik adalah


infeksi yang mengambil kesempatan dari kelemahan sistem kekebalan tubuh.
Namun perlu ditekankan perjalanan penyakit ini terjadi bila tidak
menggunakan terapi antiretroviral (ARV). Bila mengonsumsi ARV,
kemungkinan tidak mengalami infeksi oportunistik dan terkena AIDS.
Keadaan baik ini hanya akan berlaku bila mengonsumsi ARV dengan
kepatuhan seperti mengutip laman Spiritia.

E. Cara penularan HIV/AIDS


Penyakit ini menular melalui berbagai cara. Antara lain melalui cairan
tubuh seperti darah, cairan genitalia, cairan sperma dan ASI. Virus terdapat juga
pada saliva, air mata dan urin tapi dengan konsentrasi yang sangat rendah. HIV
tidak dilaporkan terdapat dalam air mata dan keringat Terdapat tiga cara penularan
HIV yaitu :
a. Hubungan seksual; baik secara vagina, oral, maupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 70-80% dari
total kasus sedunia. Penularan lebih mudah terjadi apabila terdapat lesi
penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes
genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis. Dari
penelitian para pakar (Nasution R, 2019) ternyata bahwa pria homoseks
penderita AIDS mempunyai pasangan seksual yang jauh lebih banyak
dibandingkan dengan pria homosekseks sehat, dalam penelitian ini juga
ditunjukkan bahwa pria yang melakukan hubungan seksual melalui anus
lebih mudah terinfeksi. Tampaknya hubungan homoseksual merupakan
cara yang paling berbahaya karena ternyata 90% mitra seksual orang-orang
dengan HIV positif mengalami penularan (Nasution R, 2019)
b. Kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum suntik:
 Tranfusi darah/produk darah yang tercemar HIV, risikonya sangat
tinggi sampai 90%. Ditemukan sekitar 3-5% dari total kasus sedunia
 Pemakaian jarum suntik tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik
dan sempritnya pada para pecandu narkotika suntik. Risikonya sekitar
0,5-1% dan terdapat 5-10% dari total kasus sedunia -
 Penularan lewat kecelakaan, tertusuk jarum pada petuga kesehatan,
risikonya kurang dari 0,5% dan telah terdapat 0,1% dari total kasus
sedunia

F. HIV tidak dapat bertahan di luar tubuh manusia (seperti pada permukaan benda)
untuk waktu yang lama, dan tidak dapat bereproduksi di luar inang manusia. HIV
tidak disebarkan melalui:

 Nyamuk, kutu, atau serangga lainnya.


 Air liur, air mata, atau keringat yang tidak bercampur dengan darah dari orang
yang positif HIV.
 Pelukan, jabatan tangan, berbagi toilet, berbagi alat makan, atau ciuman
dengan mulut terkatup atau cipika-cipiki dengan orang yang positif HIV.
 Aktivitas seksual lainnya yang tidak melibatkan pertukaran cairan tubuh
(misalnya, bersentuhan).

G. Cara pencegahan HIV/AIDS dengan cara ABCDE


Penyakit ini merupakan penyakit yang sangat mengerikan, karena saat
sudah tertular risiko kematian sangatlah tinggi. Penularannya didapat dari cairan
tubuh seperti darah dan cairan kelamin sehingga penyakit ini dapat menular
melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntik bekas, transfusi darah, dan
sejenisnya. Penyakit ini menyerang sistem imun manusia sehingga saat tubuh
terkena penyakit, baik yang tidak parah sekalipun, tubuh tidak mempunyai
kemampuan untuk mengatasi penyakit tersebut. Cara terbaik meminimalisasi
penyakit ini adalah dengan upaya preventif. Ada langkah-langkah upaya preventif
terhadap HIV/AIDS adalah dengan cara ABCDE sebagai berikut :
(A) Abstinence : Sudah jelas jika tidak ingin tertular maka jauhilah media
penularnya. Hindari seks bebas juga pemakaian narkoba.
(B) Be faithful : Bagi yang sudah menikah, setialah pada pasangan! Jangan
sekali-sekali berpikir untuk “jajan di luar” karena hal tersebut dapat
meningkatkan risiko tertularnya HIV/AIDS dari sexual partner
(C) Use Condom : Penggunaan kondom adalah upaya efektif dalam mencegah
penularan HIV/AIDS. Penggunaan kondom dapat mencegah interaksi
cairan kelamin sehingga penularan virus dapat diminimalisasi.
(D) No drug atau tidak memakai narkoba : Kasus penularan HIV juga banyak
terjadi pada pengguna napza suntik yang menggunakan alat suntik secara
bergantian.
(E) Education : Pendidikan seksual sangat penting khususnya bagi para remaja
agar mereka tidak terjerumus dalam kehidupan yang salah. Pengetahuan
yang baik dapat mencegah remaja untuk bertindak tidak sepantasnya
karena mereka tahu risiko yang sangat besar dari perbuatan mereka
tersebut.

H. Layanan Tes HIV/AIDS


Layanan tes HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT (Voluntary
Counseling and Testing) atau KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Tes ini
bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes, konseling diberikan terlebih
dahulu. Konseling bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dan juga pola
hidup keseharian. Setelah tahap ini, dibahaslah cara menghadapi hasil tes HIV jika
terbukti positif.

Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi
terhadap HIV di dalam sampel darah. Antibodi adalah protein yang diproduksi
oleh sistem kekebalan tubuh untuk menyerang kuman atau bakteri tertentu. Tes
HIV mungkin akan diulang satu hingga tiga bulan setelah seseorang melakukan
aktivitas yang dicurigai bisa membuatnya tertular virus HIV.

Ada beberapa tempat untuk melakukan tes HIV. Anda bisa menanyakan
pada rumah sakit atau klinik kesehatan terdekat. Di Indonesia, terdapat beberapa
yayasan dan organisasi yang fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:

 Komunitas AIDS Indonesia


 ODHA Indonesia
 Himpunan Abiasa
 Yayasan Spiritia
 Yayasan Orbit
 Yayasan AIDS Indonesia

I. Cara Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi HIV/AIDS


- Terapi Farmakologi :
Pengobatan dan perawatan yang ada terdiri dari sejumlah unsur yang
berbeda, yang meliputi konseling dan test mandiri (VCT), dukungan bagi
pencegahan penularan HIV/AIDS, konseling tidak lanjut, saran-saran
mengenai makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan efek nutrisi,
pencegahan dan perawatan infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat-
obat antiretroviral. Obat antiretroviral digunakan dalam pengobatan infeksi
HIV. Obat-obatan ini bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara
memperlambat reproduksi HIV dalam tubuh. Perkembangan ilmu
pengetahuan dibidang matematika memberikan peranan penting untuk
menganalisa pendekatan dan manajemen penularan penyakit. Beberapa jenis
obat ARV, antara lain :
1. Efavirenz
2. Etravirine
3. Nevirapine
4. Lamivudin
5. Zidovudin
- Terapi Non-Farmakologi

1. Memberikan pendidikan dan pengetahuan mengenai


patofisiologi dan penyebaran infeksi HIV.
2. Kontak seksual antara homoseksual sebaiknya memakai
kondom.
3. Kurangi jumlah pasangan seksual dan memakai kondom.
4. Tidak memakai alat suntik secara bersam-sama.
5. Memberikan alat suntik dengan pembersih atau mengganti alat
suntik (sekali pakai).
6. Menghindari aktivitas seksual yang beresiko (anal).
7. Orang normal dengan pasangan yang beresiko sebaiknya
menggunakan teknik seks yang aman.
8. Wanita dengan HIV : memakai kontrasepsi untuk mencegah
kehamilan dan tidak memberikan ASI.
9. Pakai kondom dari lateks.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarti R. (2019). Perilaku Seks Waria dalam Upaya Pencegahan HIV/AIDS. Balai Penerbit
FKM Universitas Diponegoro
Depkes RI. (2012). Modul pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV (Voluntary Counseling
and Testing = VCT) untuk Konselor Profesional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik dan Direktorat Jenderal P2M dan Pelayanan Lingkungan
Nasution R. (2019). Cegah penularan HIV/AIDS dengan transmisi seks terkendali. Jakarta
KPA Nasional. (2012-2016). Strategi Nasional Penanggulangan HIV/ AIDS. Jakarta
Dewi, N.S. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap
dalam Pencegahan HIV/AIDS pada Pekerja Seksual Komersial. Media Ners
Notoatmodjo S. (2013). Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Lampiran :

DAFTAR HADIR PESERTA


Lampiran :

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai