Disusun Oleh :
A. LATAR BELAKANG
Human Imunodeficiency Virus (HIV) /Aquired Immuno Deficiency Syndrome
(AIDS) merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan secara
global, karena pola penyakitnya hampir terjadi di semua negara di dunia.
Kasus HIV/AIDS di Indonesia seperti gunungan es, dimana kasus yang terdata
hanya didapatkan dari hasil pemeriksaan atau pengakuan dari pelakunya dan jumlah
tersebut hanyalah sedikit dari jumlah kasus HIV / AIDS yang sesungguhnya. Dimana
kasus yang sebenarnya jauh lebih besar dibandingkan yang terdata dan mengaku jika
mereka sudah terkena HIV / AIDS. Penyakit ini merupakan penyakit yang mematikan
karena sampai saat ini belum ditemukan obat penyembuhannya. Namun demikian
sebenarnya pencegahannya terhadap penyakit HIV/AIDS relatif mudah asalkan kita
mengetahui caranya.
Berdasarkan data Ditjen P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan), statistik kasus HIV/AIDS yang dilaporkan dari tahun 2011-2012
mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2011 kasus baru HIV sebesar 21.031 kasus,
kemudian meningkat menjadi 21.511 kasus pada tahun 2012. Begitu juga dengan AIDS
dari tahun 2011 sebanyak 37.201 kasus, meningkat menjadi 42.887 kasus pada tahun
2012. Proporsi factor risiko penderita HIV/AIDS melalui hubungan heteroseksual
merupakan cara penularan dengan persentase tertinggi sebesar 77,75%, diikuti oleh
penasun atau injecting drug user (IDU) sebesar 9,16% dan dari ibu ke anak sebesar
3,76% (Kemenkes RI, 2012).
Kasus infeksi HIV/AIDS di Jawa Tengah digambarkan sebagai berikut; pada
tahun 2011 terdapat 755 kasus, tahun 2012 menurun menjadi 2607 kasus, namun kasus
Aquiared ImmunoDevisiency Syndrome (AIDS) terjadi peningkatan dari tahun 2011
sebanyak 521 kasus dan tahun 2012 menjadi 797 kasus. Jumlah kematian karena AIDS di
Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak 89 kasus, meningkat menjadi 149 kasus pada tahun
2012 (Dinkes Jateng, 2012).
Salah satu populasi yang beresiko tinggi terinfeksi HIV dengan transmisi
penularan melalui hubungan seksual adalah Pekerja Seks Komersial (PSK) (Dewi, 2015).
Hal ini karena PSK sering berganti – ganti pasangan pada saat berhubungan seks dan
tingkat kesadaran mereka menggunakan kondom juga rendah, sehingga mereka
merupakan kelompok paling rentan terinfeksi HIV di seluruh dunia saat ini. Epidemi HIV
secara cepat menyerang populasi PSK dengan prevalensi di atas 65% di hampir semua
negara termasuk Indonesia (UNAIDS dalam Dewi, 2015). Selain itu pekerja seks yang
sudah terpapar virus HIV belum juga menghentikan aktivitas prostitusinya baik yang di
lokalisasi maupun non lokalisasi. Bahkan, tidak sedikit justru berusaha menutupi keadaan
sesungguhnya agar tetap bisa mendapatkan uang. Alasan sosial dan ekonomi sering
memaksa orang bisa berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidup, termasuk salah
satunya menjadi PSK. Hal ini biasanya dialami oleh perempuan-perempuan kalangan
menengah ke bawah yang tidak mendapat pendidikan yang cukup (Dewi, 2015).
Hal ini karena pengetahuan memegang peranan penting dalam menentukan sikap.
Sedang sikap adalah respon terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai penghayatan
terhadap objek. Sikap juga merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat
mempengaruhi perilaku khususnya pada saat berhubungan seks yang tidak sehat,
akhirnya dapat beresiko tertular HIV / AIDS (Notoatmodjo, 2013).
B. TUJUAN
I. TIU (Tujuan Instruksional Umum)
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, para warga rw 09 di desa
pasuruhan lor kudus mampu memahami dan mengerti tentang HIV/AIDS.
II. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit tentang HIV/AIDS diharapkan
para warga rw 09 di desa pasuruhan jati kudus mampu :
a) Menjelaskan pengertian HIV/AIDS
b) Mengetahui penyebab dan tanda gejala HIV/AIDS
c) Menjelaskan menjelaskan rute atau perjalanan infeksi HIV/AIDS
d) Mengetahui cara penularan penyakitHIV/AIDS
e) Menjelaskan cara pencegahan melalui HIV/AIDS dengan cara
ABCDE
f) Menjelaskan tentang layanan tes HIV/AIDS
g) Menjelaskan cara terapi farmakologi dan non farmakologi HIV/AIDS
C. POKOK MATERI
(Terlampir)
E. SETTING TEMPAT
A : penyaji A
B : Peserta Penyuluh 1 2 3 4
F. MEDIA DAN SUMBER
Media : Lembar Balik, Leaflet, dan Power Point
Sumber :
Budiarti R. (2019). Perilaku Seks Waria dalam Upaya Pencegahan
HIV/AIDS. Balai Penerbit FKM Universitas Diponegoro
Depkes RI. (2012). Modul pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV
(Voluntary Counseling and Testing = VCT) untuk Konselor Profesional.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik dan Direktorat Jenderal
P2M dan Pelayanan Lingkungan
Nasution R. (2019). Cegah penularan HIV/AIDS dengan transmisi seks
terkendali. Jakarta
KPA Nasional. (2012-2016). Strategi Nasional Penanggulangan HIV/
AIDS. Jakarta
Dewi, N.S. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perubahan
Pengetahuan dan Sikap dalam Pencegahan HIV/AIDS pada Pekerja
Seksual Komersial. Media Ners
Notoatmodjo S. (2013). Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
G. EVALUASI
a. Evaluasi struktur
1. Proposal Pendidikan kesehatan yang berisi Satuan Acara Penyuluhan
telah siap sebelum kegiatan dimulai
2. Kontrak waktu, tempat dan topic dengan ibu pasien, pasien / keluarga
3. Tempat dan media telah siap sebelum kegiatan dimulai
4. Penyaji materi telah siap memberi penyuluhan atau pendidikan
kesehatan
5. Waktu dan tempat sesuai yang telah ditentukan
6. Menyiapkan pertanyaan
b. Evaluasi proses
1. Penyuluh berperan sesuai dengan perannya
2. Para warga di desa pasuruhan lor kudus antusias terhadap materi
penyuluhan
3. Kegiatan berlangsung sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah
ditentukan
4. Adanya Tanya jawab dan feed back
5. Penyuluh mampu melakukan evaluasi sesuai tujuan yang ingin dicapai
c. Evaluasi hasil
1. Peserta mampu menjalaskan kembali tentang pengertian HIV/AIDS
dengan prosentase 90%
2. Peserta mampu menyebutkan kembali tentang penyebab dan tanda
gejala HIV/AIDS dengan prosentasi 80%
3. Peserta mampu menjelaskan rute atau perjalanan gejala-gejala
HIV/AIDS dengan prosentase 70%
4. Peserta mampu menjelaskan kembali tentang cara penularan
HIV/AIDS dengan prosentase 85%
5. Peserta mampu menjelaskan kembali tentang cara pencegahan
HIV/AIDS dengan prosentase 80%
6. Peserta mampu menjelaskan kembali tentang layanan tes HIV/AIDS
dengan prosentase 70%
7. Peserta mampu menjelaskan kembali tentang terapi farmakologi dan
ono farmakologi HIV/AIDS dengan prosentase 70%
H. DAFTAR PERTANYAAN
1. Apa saja penyebab penyakit HIV/AIDS?
B. Penyebab HIV/AIDS
a. Melalui hubungan seks
b. Melalui luka terbuka dikulit
c. Melalui dinding tipis pada mulut dan mata
d. Melalui dinding tipis didalam anus atau alat kelamin
e. Melalui suntikan langsung kepembuluh darah memakai jarum atau
suntikan yang terinveksi (Ironson, 2017)
C. Tanda gejala penyakit HIV/AIDS yaitu:
1. Demam : Salah satu tanda-tanda pertama ARS adalah demam ringan,
sampai sekitar 39 derajat C (102 derajat F).
2. Kelelahan : Respon inflamasi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan
tubuh juga dapat menyebabkan lelah dan lesu. Kelelahan dapat menjadi
tanda awal dan tanda lanjutan dari HIV.
3. Pegal, nyeri otot dan sendi, pembengkakan kelenjar getah bening :
ARS sering menyerupai gejala flu, mononucleosis, infeksi virus atau yang
lain, bahkan sifilis atau hepatitis. Hal tersebut memang tidak
mengherankan.
4. Sakit tenggorokan dan sakit kepala : Seperti gejala penyakit lain, sakit
tenggorokan, dan sakit kepala sering dapat merupakan ARS.
5. Ruam kulit : Ruam kulit dapat terjadi lebih awal atau terlambat dalam
perkembangan HIV/AIDS.
6. Mual, muntah dan diare : Diare yang tak henti-hentinya dan tidak
merespon obat mungkin merupakan indikasi. Atau gejala dapat
disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak terlihat pada orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang baik.
7. Penurunan berat badan : Jika penderita HIV sudah kehilangan berat
badan, berarti sistem kekebalan tubuh biasanya sedang menurun.
8. Batuk kering : Batuk kering dapat merupakan tanda pertama seseorang
terkena infeksi HIV. Batuk tersebut dapat berlangsung selama 1 tahun dan
terus semakin parah.
9. Pneumonia : Ada banyak infeksi oportunistik yang berbeda dan masing-
masing dapat datang dengan waktu yang berbeda.
Tahap mulai terinfeksi HIV, seseorang terlihat sehats aja. Belum ada tanda-
tanda penurunan kesehatan yang jelas. Walau Nampak sehat, tapi orang yang
terinfeksi HIV ini bisa menularkan virus ke orang lain.
Penularan bisa melalui perpindahan darah, cairan sperma dan cairan vagina
dari orang dengan HIV ke orang lain. Selain itu, bisa juga dari ibu hamil
dengan HIV menularkan kepada janin melalui plasenta atau pada saat
persalinan.
Tahap kedua
Memasuki tahun kelima hingga kedelapan gejala mulai nampak. Seperti berat
badan turun drastis, cepat dan sering merasa lelah, sering demam disertai
keringat dingin tanpa sebab jelas. Ada juga yang mengalami pembengkakan
kelanjar di sekitar leher, ketiak, lipatan pah tanpa sebab jelas.
Tahap ketiga
Tahap keempat
F. HIV tidak dapat bertahan di luar tubuh manusia (seperti pada permukaan benda)
untuk waktu yang lama, dan tidak dapat bereproduksi di luar inang manusia. HIV
tidak disebarkan melalui:
Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi
terhadap HIV di dalam sampel darah. Antibodi adalah protein yang diproduksi
oleh sistem kekebalan tubuh untuk menyerang kuman atau bakteri tertentu. Tes
HIV mungkin akan diulang satu hingga tiga bulan setelah seseorang melakukan
aktivitas yang dicurigai bisa membuatnya tertular virus HIV.
Ada beberapa tempat untuk melakukan tes HIV. Anda bisa menanyakan
pada rumah sakit atau klinik kesehatan terdekat. Di Indonesia, terdapat beberapa
yayasan dan organisasi yang fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:
Budiarti R. (2019). Perilaku Seks Waria dalam Upaya Pencegahan HIV/AIDS. Balai Penerbit
FKM Universitas Diponegoro
Depkes RI. (2012). Modul pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV (Voluntary Counseling
and Testing = VCT) untuk Konselor Profesional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik dan Direktorat Jenderal P2M dan Pelayanan Lingkungan
Nasution R. (2019). Cegah penularan HIV/AIDS dengan transmisi seks terkendali. Jakarta
KPA Nasional. (2012-2016). Strategi Nasional Penanggulangan HIV/ AIDS. Jakarta
Dewi, N.S. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap
dalam Pencegahan HIV/AIDS pada Pekerja Seksual Komersial. Media Ners
Notoatmodjo S. (2013). Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Lampiran :
DOKUMENTASI