Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN HIV AIDS PADA REMAJA

DOSEN PENGAMPU

Ibu Heni Purwaningsih, S. Kep., Ns., M.Kep.


Disusun Oleh :
1. Nur Fitriani (011191042)

KELAS PSIK 3B

JURUSAN FAKULTAS STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


Pokok bahasan            : HIV/AIDS
Sub pokok bahasan     : Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja
Hari/Tanggal               : Rabu, 18 Novemer 2020
Waktu                          : 30 menit
Tempat                        : Sekitar lingkungan Universitas Ngudi Waluyo
Sasaran                        : Remaja
Penyuluh : Nur Fitriani

A. Latar Belakang
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak
sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan
diserang berbagai penyakit.

Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius
yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium
akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi
sudah hilang sepenuhnya.

Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan tetapi,
ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan dapat
meningkatkan harapan hidup penderita.

Virus HIV terbagi menjadi 2 tipe utama, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing
tipe terbagi lagi menjadi beberapa subtipe. Pada banyak kasus, infeksi HIV
disebabkan oleh HIV-1, 90% di antaranya adalah HIV-1 subtipe M. Sedangkan HIV-2
diketahui hanya menyerang sebagian kecil individu, terutama di Afrika Barat.

Infeksi HIV dapat disebabkan oleh lebih dari 1 subtipe virus, terutama bila
seseorang tertular lebih dari 1 orang. Kondisi ini disebut dengan superinfeksi. Meski
kondisi ini hanya terjadi kurang dari 4% penderita HIV, risiko superinfeksi cukup
tinggi pada 3 tahun pertama setelah terinfeksi.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, selama tahun 2016 terdapat lebih
dari 40 ribu kasus infeksi HIV di Indonesia. Dari jumlah tersebut, HIV paling sering
terjadi pada pria dan wanita, diikuti lelaki seks lelaki (LSL), dan pengguna NAPZA
suntik (penasun). Di tahun yang sama, lebih dari 7000 orang menderita AIDS, dengan
jumlah kematian lebih dari 800 orang.

Data terakhir Kemenkes RI menunjukkan, pada rentang Januari hingga Maret


2017 saja sudah tercatat lebih dari 10.000 laporan infeksi HIV, dan tidak kurang dari
650 kasus AIDS di Indonesia.

B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 25 menit diharapkan remaja dapat memahami
tentang bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS

C. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, remaja mampu menjelaskan :
a. Pengertian HIV/AIDS
b. Penyebab HIV/AIDS
c. Tanda dan gejala HIV/AIDS
d. Orang yang beresiko terkena HIV/AIDS
e. Pencegahan HIV/AIDS
f. Penularan HIV/AIDS
g. Pengobatan HIV/AIDS
h. Bahaya HIV/AIDS
i. Komplikasi HIV/AIDS
j. Pemeriksaan diagnostik
D.  Satuan acara pembelajaran
1. Pokok bahasan
HIV/AIDS
2. Sub pokok bahasan
a. Pengertian HIV/AIDS
b. Penyebab HIV/AIDS
c. Tanda dan gejala HIV/AIDS
d. Orang yang beresiko terkena HIV/AIDS
e. Pencegahan HIV/AIDS
f. Penularan HIV/AIDS
g. Pengobatan HIV/AIDS
h. Bahaya HIV/AIDS
i. Komplikasi HIV/AIDS
j. Pemeriksaan diagnostik
3.   Sasaran dan target
a. Sasaran : Remaja
b. Target   : Remaja disekitar lingkungan Universitas Ngudi Waluyo
E. Metode
Ceramah dan tanya jawab
F. Media dan Alat
 Laptop
 PPT
 Leaflet
G. Strategi Pelaksanaan
 Pembukaan : 3 menit
 Pelaksanaan : 25 menit
 Evaluasi : 15 menit
 Terminasi : 2 menit
H. Kegiatan penyuluhan

No. Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran


1. Pembukaan : 6 Pembukaan : Menjawab salam
menit
a.     Memberi salam
Mendengarkan
b.     Memperkenalkan diri           
Memperhatikan
c.      Menjelaskan tujuan penyuluhaan

d.     Menyebut materi/pokok bahasan


yang ingin disampaikan 

2. Pelaksanaan : Pelaksanaan : Menyimak dan


25 menit Menjelaskan materi penyuluhan memperhatikan
materi yang
secara berurutan dan teratur
disampaikan
a.     
b.     

No. Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran


Materi :

a. Pengertian HIV/AIDS
b. Penyebab HIV/AIDS
c. Tanda dan gejala HIV/AID
S
d. Orang yang beresiko
terkena HIV/AIDS
e. Pencegahan HIV/AIDS
f. Penularan HIV/AIDS
g. Pengobatan HIV/AIDS
h. Bahaya HIV/AIDS
i. Komplikasi HIV/AIDS
j. Pemeriksaan diagnostik

3. Evaluasi  : 15 Menanyakan kepada peserta Menjawab


menit tentang materi yang telah diberikan. pertanyaan
4. Terminasi : Mengucapkan terimakasih atas Mendengarkan
2 menit peran serta dan menjawab
salam
Mengucapkan salam penutup

I. Evaluasi
1. Apa saja tanda-tanda dari HIV/AIDS ?
2. Sebutkan penyebab dari penularan HIV/AIDS?
3. Sebutkan cara pencegahan HIV/AIDS?
Tujuan dari evaluasi ini untuk mengetahui bahwa:
 100% responden mengikuti pada saat penyaji materi menyapiakan
penyuluhuan tentang pencegahan penularan infeksi HIV/AIDS
 80 responden memperhatikan pada saat pemateri menyampaikan
penyuluhan terkait penularan infeksi penularan HIV/AIDS
 90% responden memehami tentang HIV/AIDS, penulran, serta
pengobatan.

J. Hasil
Peserta dapat mengetahui apa itu HIV/AIDS,mengenali tanda dan gejala HIV/AIDS,
mengetahui bagaiman pencegahan dan penularan HIV/AIDS, cara
mengobati/pengobatan HIV/AIDS,dan bahaya HIV/AIDS itu sendiri.

K. Setting Tempat

Ruang seminar

PENYAJI AUDIENCE
 Materi Penyuluhan
 Daftar Hadir
 Dokumentasi
 Laptop

MATERI PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA

A. Pengertian

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak


sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.
Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin
lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit.

Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi


kondisi serius yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan
tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,


yang berarti kumpulan gejala sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh
yang menyebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan
yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan
untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus dan penyakit.
AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga
akhirnya terjadi berkumpulnya gejala-gejala dari berbagai jenis penyakit.
HIV/AIDS didapatkan bukan dari penyakit penurunan tetapi disebabkan oleh
sistem kekebalan tubuh yang menurun akibat kurangnya sistem imun sehingga
muncul gejala-gejala penyakit.
Sedangkan dalam kamus kedokteran Dorlan (2002), menyebutkan bahwa
AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan
oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi
beratimunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk
priahomoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita
hemofilia,dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari
individu yangterinfeksi virus tersebut.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,
yang berarti kumpulan gejala sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh
yang menyebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan
yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan
untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus dan penyakit.
AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga
akhirnya terjadi berkumpulnya gejala-gejala dari berbagai jenis penyakit.
HIV/AIDS didapatkan bukan dari penyakit penurunan tetapi disebabkan oleh
sistem kekebalan tubuh yang menurun akibat kurangnya sistem imun sehingga
muncul gejala-gejala penyakit.
Sedangkan dalam kamus kedokteran Dorlan (2002), menyebutkan bahwa
AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan
oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi
beratimunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk
priahomoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita
hemofilia,dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari
individu yangterinfeksi virus tersebut.

Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan
tetapi, ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan
dapat meningkatkan harapan hidup penderita.

Virus HIV terbagi menjadi 2 tipe utama, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Masing-masing tipe terbagi lagi menjadi beberapa subtipe. Pada banyak kasus,
infeksi HIV disebabkan oleh HIV-1, 90% di antaranya adalah HIV-1 subtipe
M. Sedangkan HIV-2 diketahui hanya menyerang sebagian kecil individu,
terutama di Afrika Barat.

Infeksi HIV dapat disebabkan oleh lebih dari 1 subtipe virus, terutama
bila seseorang tertular lebih dari 1 orang. Kondisi ini disebut dengan
superinfeksi. Meski kondisi ini hanya terjadi kurang dari 4% penderita HIV,
risiko superinfeksi cukup tinggi pada 3 tahun pertama setelah terinfeksi.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, selama tahun 2016


terdapat lebih dari 40 ribu kasus infeksi HIV di Indonesia. Dari jumlah
tersebut, HIV paling sering terjadi pada pria dan wanita, diikuti lelaki seks
lelaki (LSL), dan pengguna NAPZA suntik (penasun). Di tahun yang sama,
lebih dari 7000 orang menderita AIDS, dengan jumlah kematian lebih dari 800
orang.

Data terakhir Kemenkes RI menunjukkan, pada rentang Januari hingga


Maret 2017 saja sudah tercatat lebih dari 10.000 laporan infeksi HIV, dan
tidak kurang dari 650 kasus AIDS di Indonesia.

B. Penyebab HIV/AIDS

NHIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak


sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.
Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin
lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit.

AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). HIV


yang masuk ke dalam tubuh akan menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah
bagian dari sel darah putih yang melawan infeksi. Semakin sedikit sel CD4
dalam tubuh, maka semakin lemah pula sistem kekebalan tubuh seseorang.

Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi


kondisi serius yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini,
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.

Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan
tetapi, ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan
dapat meningkatkan harapan hidup penderita.

C. Tanda dan gejala HIV/AIDS


Gejala HIV dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap
infeksi akut, dan terjadi pada beberapa bulan pertama setelah seseorang
terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi
membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.

Pada banyak kasus, gejala pada tahap ini muncul 1-2 bulan setelah
infeksi terjadi. Penderita umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV. Hal
ini karena gejala yang muncul mirip dengan gejala penyakit flu, serta dapat
hilang dan kambuh kembali. Perlu diketahui, pada tahap ini jumlah virus di
aliran darah cukup tinggi. Oleh karena itu, penyebaran infeksi lebih mudah
terjadi pada tahap ini.

Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat
berlangsung hingga beberapa minggu, yang meliputi:
 Demam hingga menggigil.
 Muncul ruam di kulit.
 Muntah.
 Nyeri pada sendi dan otot.
 Pembengkakan kelenjar getah bening.
 Sakit kepala.
 Sakit perut.
 Sakit tenggorokan dan sariawan.

Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi


tahap laten dapat berlangsung hingga beberapa tahun atau dekade. Pada tahap
ini, virus HIV semakin berkembang dan merusak kekebalan tubuh.

Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita


tidak merasakan gejala apapun selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian
penderita lainnya mengalami sejumlah gejala, seperti:

 Berat badan turun.


 Berkeringat di malam hari.
 Demam
 Diare.
 Mual dan muntah.
 Herpes zoster.
 Pembengkakan kelenjar getah bening.
 Sakit kepala.
 Tubuh terasa lemah.

Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV
semakin berkembang. Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap
ketiga, yaitu AIDS. Ketika penderita memasuki tahap ini, sistem kekebalan
tubuh sudah rusak parah, sehingga membuat penderita lebih mudah terserang
infeksi lain.

Gejala AIDS meliputi:

 Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya.


 Berkeringat di malam hari.
 Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus.
 Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang. Keluhan ini
kemungkinan menandakan adanya sarkoma Kaposi.
 Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
 Diare kronis.
 Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi atau hilang ingatan.
 Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina.
 Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.
 Mudah marah dan depresi.
 Ruam atau bintik di kulit.
 Sesak napas.
 Tubuh selalu terasa lemah.

D. Orang Yang Beresiko Terkena HIV/AIDS

Siapa saja dari dari segala usia, ras, jenis kelamin, atau orientasi
seksual dapat terinfeksi HIV. Namun, berikut ini kelompok orang yang
berisiko paling tinggi terkena HIV:
1. Orang yang melakukan hubungan intim tanpa menggunakan kondom.
Gunakanlah kondom berbahan lateks atau poliuretan yang baru setiap
kali berhubungan seks. Seks anal lebih berisiko daripada seks vaginal.
Risiko HIV juga tinggi pada orang yang memiliki banyak pasangan
seksual.
2. Orang yang terkena infeksi menular seksual lainnya. Banyak IMS akan
menghasilkan luka terbuka pada alat kelamin. Luka ini dapat menjadi
pintu masuk bagi virus HIV untuk memasuki tubuhmu.
3. Pengguna narkoba suntik. Orang yang menggunakan narkoba suntik,
apalagi bila sering berbagi jarum atau alat suntik, berisiko lebih tinggi
terkena tetesan darah orang lain yang terinfeksi.
4. Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik. Mengingat
jarum suntik dapat menjadi media penularan virus, jadi bila kamu ingin
membuat tato atau melakukan tindik, pastikan jarum suntik yang
digunakan steril.
5. Orang yang berhubungan seksual dengan dengan pengguna narkoba
suntik. Karena pengguna narkoba suntik berisiko tinggi terkena HIV,
maka berhubungan seksual dengannya pun dapat meningkatkan risiko
kamu untuk terkena HIV.
E. Pencegahan HIV/AIDS

Tidak ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV dan tidak ada obat
untuk AIDS sehingga perlu tindakan melindungi diri sendiri serta orang lain.
Beberapa cara untuk mencegah penularan HIV AIDS, antara lain sebagai
berikut:

1. Gunakan pengobatan sebagai pencegahan atau TasP


2. Berikan profilaksis pasca pajanan atau PEP
3. Lindungi diri dengan gunakan kondom selama berhubungan seks
4. Pertimbangkan profilaksis yang sudah ada sebelumnya atau PrEP
5. Beri tahu pasangan seksual jika memiliki HIV.
6. Selain itu, jika sedang dalam kondisi hamil maka segera terima
perawatan karena secara signifikan bisa mengurangi risiko penularan
pada bayi. Konsultasikan secara rutin bersama dokter untuk
mengurangi masalah kesehatan yang lebih serius.
Upaya untuk mencegah penularan HIV/AIDS dikenal dengan prinsip ABCDE,
yaitu :
 A (Abstinence)
Abstinance merupakan suatu upaya untuk tidak melakukan
hubungan seksual, terutama seseorang yang belum menikah.
 B (Be faithful)
Be faithful merupakan suatu upaya untuk tidak berganti-ganti
pasangan atau dengan kata lain menunjukkan sikap saling setia
kepada pasangannya.
 C (Condom)
Melakukan hubungan seksual yang aman yaitu dengan
menggunakan alat pelindung atau kondom.
 D (Don’t Share Syringe/Don’t Inject)
Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit
secaraa bergantian dengan orang lain, terutama di kalangan pemakan
narkoba.
 E (Save Equipment)
Hindari pemakaian alat/bahan tidak steril.
F. Penularan HIV/AIDS

Cara penularan HIV AIDS lebih sering terjadi karena kurangnya


keamanan saat berhubungan seksual. Karena itu, untuk membantu mengurangi
risiko penularan penting untuk memahami bagaimana virus dapat
disebarkan.Virus penyebab HIV akan menyebar dengan mudah sehingga
metode penularannya perlu diketahui.

Bagaimana cara penularan HIV AIDS secara umum?

Perlu dipahami, HIV merupakan infeksi menular seksual yang jika


tidak segera ditangani bisa melemahkan sistem kekebalan hingga
menyebabkan kamu menderita AIDS.
Tidak ada pengobatan efektif untuk mengatasi HIV AIDS, namun obat-
obatan dapat secara dramatis memperlambat perkembangan penyakit. Gejala
HIV AIDS biasanya akan bervariasi tergantung pada fase infeksi yang sedang
terjadi.
Namun, beberapa orang yang terinfeksi HIV dapat mengembangkan
gejala dalam waktu dua hingga empat minggu setelah virus masuk ke tubuh.
Dilansir dari Healthline, berikut beberapa cara penularan HIV AIDS yang
perlu diketahui.
a) Melalui transfusi darah
Risiko tinggi penularan HIV AIDS dapat terjadi ketika melakukan
transfusi darah. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau
CDC, transfusi darah secara langsung adalah rute paparan yang memiliki
risiko penularan tertinggi.
Walaupun tidak umum, menerima transfusi darah dari donor dengan
HIV bisa meningkatkan risiko. Risiko penularan HIV kemungkinan terjadi per
10.000 paparan.
Misalnya, untuk setiap 10.000 transfusi darah dari donor dengan HIV
maka kemungkinan virus akan menular adalah sebanyak 9.250 kali.
Karena itu, sejak 1985 bank darah telah mengadopsi tindakan skrining
yang lebih ketat untuk mengidentifikasi darah dengan HIV. Jika hasilnya
positif, maka akan langsung dibuang agar risiko penularan menjadi rendah.
b) Penularan HIV AIDS karena berbagi penggunaan jarum suntik
HIV dapat ditularkan melalui penggunaan jarum suntik bersama di
antara orang yang menggunakan narkoba jenis suntikan. Berbagi jarum suntik
juga dapat menularkan infeksi secara tidak sengaja dalam pengaturan
perawatan kesehatan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC,
memperkirakan bahwa 63 dari setiap 10.000 paparan jarum yang terinfeksi
akan menghasilkan penularan. Untuk penggunaan jarum suntik medis, jumlah
turun menjadi 23 dalam setiap 10.000 eksposur.
Namun, perlu diketahui jika keselamatan jarum suntik telah berevolusi
secara signifikan dan mengurangi bentuk paparan jenis ini. Contohnya,
termasuk jarum pengaman, kotak pembuangan jarum, dan suntikan yang tidak
diperlukan.
c) Berhubungan seksual
Cara penularan HIV AIDS yang paling umum adalah melalui
hubungan seksual. Berhubungan seksual dengan orang yang menderita HIV
dapat meningkatkan risiko tertular virus. HIV dapat ditularkan baik secara anal
maupun vaginal.
Risiko penularan untuk hubungan seks vaginal-reseptif adalah 8 dari
10.000 pajanan, sementara hubungan seks penis-vaginal adalah 4 dari 10.000
paparan.
d) Hubungan seks anal-reseptif dengan pasangan yang HIV positif merupakan
tindakan paling mungkin untuk menularkan virus. Untuk hubungan anal dubur
umumnya menimbulkan risiko lebih rendah dengan 11 transmisi per 10.000
paparan.
e) Menggigit, meludah, membuang cairan tubuh, dan berbagi mainan seks juga
memiliki risiko penularan meski rendah.
Cara untuk mempraktikkan seks yang aman adalah menggunakan
kondom secara teratur agar virus tidak menyebar dan mencegah penularan
infeksi menular seksual lainnya.
Kondom bertindak sebagai penghalang terhadap air mani dan cairan
vagina. Karena itu, gunakanlah kondom lateks untuk perlindungan utama
terhadap penularan HIV.
f) Penularan HIV AIDS dari ibu ke anak
Memiliki HIV tidak berarti seorang wanita tidak dapat memiliki bayi
yang sehat. Salah satu cara untuk dapat melahirkan anak yang sehat adalah
konsultasi dengan dokter untuk mengambil segala jenis tindak pencegahan.
Perlu diketahui, HIV dapat ditularkan selama kelahiran atau melalui
pemberian ASI saat menyusui. Penularan dari ibu ke anak juga bisa terjadi
kapan saja selama kehamilan dan saat melahirkan.
Karena itu, wanita hamil perlu melakukan skrining untuk HIV dan
terapi antiretroviral untuk mencapai penekanan virus. Karena itu, terkadang
dokter akan menganjurkan persalinan pada wanita dengan HIV melalui sesar.
Dokter dapat merekomendasikan agar bayi menggunakan terapi antiretroviral
hingga enam minggu setelah kelahiran.
G. Pengobatan HIV/AIDS
Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi
antiretriviral (ART). Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV.
Kombinasi obat ARV yang diberikan berbeda-beda pada tiap-tiap orang, jadi
pengobatan ini bersifat pribadi atau khusus.
Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu
pengobatan HIV dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup.
Jika satu kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi
ARV lain.
Penggabungan pada beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi infeksi
HIV bisa menimbulkan reaksi dan efek samping tidak terduga. Selalu
konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi obat lain. Pengobatan
yang dapat dilakukan, yaitu :
 Obat-obatan Antiretroviral
Obat-obatan Antiretrovival (ARV) adalah beberapa obat yang
digunakan untuk mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak membunuh
virus, tetapi memperlambat pertumbuhan virus. HIV mudah beradaptasi dan
kebal terhadap golongan ARV. Oleh karena itu, kombinasi golongan ARV
akan diberikan pada penderita. Beberapa golongan ARV adalah :
a) NNRT ( Non-nucleoside reserve trancriptase inhibitors)
Jenis ARV ini akan bekerja dengan menghilangkan
protein yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri.
b) NRTI (Nucleoside reserve transcriptase inhibitors)
Golongan ARV menghambat perkembangan HIV untuk
memperbanyak diri.
c) Protease inhibitor
ARV jenis ini akan menghilangkan protease.
d) Entry inhibitors
ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki
sel-sel CD4.
e) Integrasi inhibitors
Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase, protein
yang digunakan HIV untuk memasukkan materi genetik ke
dalam sel-sel CD4.

 Konsumsi obat secara teratur


Harus membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan
HIV kedalam pola hidup sehari-hari. Pengobatan HIV akan berhasil
jika penderita mengonsumsi obat secara teratur. Jika melewatkan satu
dosis saja, efeknya akan meningkatkan risiko kegagaalan.
 Efek samping pengobatan HIV
Semua pengobatan HIV memiliki efek samping yang tidak
menyenangkan. Jika terjadi efek samping yang tidak normal, maka
harus mencoba kombinasi obat-obat ARV lainnya. Berikut adalah efek
samping yang umum terjadi :
a) Kelelahan
b) Mual
c) Ruam pada kulit
d) Diare
e) Perubahan suasana hati
H. Bahaya HIV/AIDS

HIV/AIDS adalah penyakit kronis yang melemahkan sistem imun


tubuh. Infeksi penyebab HIV dan AIDS itu sendiri sangat rentan menular dari
satu orang ke lainnya. Nah, bahaya dari HIV dan AIDS bukan cuma dari
kemudahan cara penularannya saja. Bagi pengidapnya, komplikasi HIV dan
AIDS dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit
serius.

Bahaya HIV dan AIDS pada daya tahan tubuh

HIV (human immunodeficiency virus) adalah jenis virus yang


menyerang dan menghancurkan sel CD4 alias sel T.Sel CD4 adalah jenis sel
darah putih yang menjadi bagian penting dari sistem kekebalan tubh manusia.
Fungsi utama dari sel CD4 adalah untuk melawan infeksi yang disebabkan
oleh berbagai macam mikroorganisme berbahaya (bakteri, virus, parasit,
jamur, dan lain sebagainya).

Seseorang dapat dikatakan terinfeksi HIV ketika jumlah virus (viral


load) sudah mencapai 100.000 kopi atau lebih per 1 ml sampel darah.Pada
orang yang sehat, kisaran normal untuk jumlah sel CD4 adalah sekitar 500-
1,500. Tanpa pengobatan, infeksi HIV kronis seiring waktu dapat
memunculkan komplikasi berupa penyakit AIDS ketika jumlah cell T atau sel
CD4 turun hingga di bawah 200.

I. Komplikasi HIV dan AIDS

Salah satu bahaya serius yang mengintai orang HIV dan AIDS
(ODHA) adalah macam-macam infeksi yang dinamakan dengan infeksi
oportunistik.Disebut oportunistik karena berbagai macam mikroba penyebab
infeksi (termasuk bakteri, jamur, parasit, dan virus lainnya) muncul
mengambil kesempatan selagi daya tahan tubuh sedang lemah-lemahnya.

Pasalnya dalam keadaan normal, kuman penyebab penyakit akan dapat


mudah dilawan oleh sistem imun. Namun karena jumlah sel CD4 sudah sangat
minim, tubuh akan kesulitan memberantas infeksinya. Pada beberapa kasus,
infeksi oportunistik dapat mulai terjadi ketika jumlah sel CD4 berada di
kisaran sekitar 500.

Komplikasi HIV/AIDS ini tidak dapat dilawan dengan mudah sehingga


makin menurunkan kondisi kesehatan penderita dengan cepat.Berikut adalah
beberapa jenis infeksi yang rentan menyerang orang dengan HIV dan AIDS:

a) Candidiasis

Candidiasis adalah komplikasi HIV/AIDS berupa infeksi jamur yang


menyebabkan timbulnya lapisan putih tebal pada kulit, kuku, serta selaput
lendir seperti mulut, vagina atau penis, dan kerongkongan. Bahaya
candidiasis sebagai komplikasi HIV dan AIDS ialah infeksi ini dapat cepat
menyebar ke organ tubuh lain jika tidak diobati.

b) Infeksi jamur pada paru

Berbagai macam infeksi paru dapat menjadi salah satu bahaya dari
HIV/AIDS yang umum terjadi. Ambil contoh Coccidioidomycosis. Infeksi
jamur yang menyerang paru-paru ini dapat muncul ketika ODHA
menghirup udara mengandung spora jamur di daerah beriklim panas dan
kering.

Jenis infeksi paru lainnya yang dapat menjadi komplikasi


HIV/AIDS adalah cryptococcosis. Cryptococcosis pada akhirnya dapat
menyebabkan pneumonia. Infeksi tersebut kemudian dapat menyebar ke
otak dan menyebabkan pembengkakan. Infeksi cryptococcosis juga bisa
memengaruhi tulang, kulit, dan saluran kemih.

Pengidap HIV delapan kali lebih berisiko untuk dirawat di rumah


sakit karena komplikasi pneumonia dibanding dengan orang sehat. Maka
dari itu, orang dengan HIV dan AIDS harus mendapatkan vaksin
antipneumonia untuk mencegah bahaya lain yang lebih mengancam.

c) Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh


keluarga bakteri Mycobacterium avium complex. Ada dua jenis bakteri
yang mask dalam keluarga ini, yaitu Mycobacterium avium dan
Mycobacterium intracellulare.

Bahkan pada kenyataannya, hampir semua penderita HIV sudah


memiliki bakteri TB dalam tubuhnya meski belum tentu aktif. Bakteri TB
pada ODHA lebih cepat menjadi aktif dan sulit diobati dibanding pada
orang sehat.Itu kenapa setiap ODHA harus menjalani tes TB sedini
mungkin untuk mengetahui berapa besar risikonya.

d) Infeksi parasit pada pencernaan

Seiring melemahnya sistem imun, parasit dapat pula menginfeksi dan


menyerang pencernaan. Beberapa contoh infeksi parasit yang dapat menjadi
bahaya bagi pengidap HIV/AIDS adalah cryptosporidiosis dan isosporiasis.

Dua jenis infeksi ini disebabkan oleh konsumsi makanan dan/atau


minuman yang terkontaminasi parasit. Cryptosporidiosis disebabkan oleh
parasit Cryptosporidium yang menyerang usus, sementara isosporiasis
disebabkan oleh protozoa Isospora belli.

Baik cryptosporidiosis dan isosporiasis sama-sama menyebabkan


demam, muntah, dan diare parah. Pada pengidap HIV/AIDS, komplikasi
penyakit ini dapat sampai menyebabkan berat badan turun drastis. Pasalnya,
organisme tersebut menginfeksi sel-sel yang melapisi usus kecil dapat
menyebabkan tubuh tidak mampu menyerap nutrisi dengan baik.
e) Herpes simplex (HSV)

Memiliki HIV/AIDS dapat meningkat risiko Anda mengalami penyakit


kelamin menular lain, seperti herpes, yang juga sama bahaya bagi
kesehatan. Herpes adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh herpes
simplex virus (HSV). Pada orang dengan HIV dan AIDS, komplikasi
herpes tidak hanya berupa pembentukan kutil kelamin tapi juga risiko
pneumonia dan kanker serviks.

f) Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)

PML adalah infeksi virus langka yang dapat menjadi bahaya HIV
dan AIDS. PML menyerang sistem saraf pusat di otak, ditandai oleh
pembentukan lesi luas akibat infeksi oleh papovavirus.Komplikasi dari
bahaya HIV/AIDS ini dapat menyebabkan kebutaan, gangguan mental, dan
lumpuh.

g) Salmonella septicemia

Salmonella merupakan infeksi yang bisa didapat lewat konsumsi


makanan yang terkontaminasi bakteri Salmonella typhii (Salmonella tp).
Infeksi salmonella dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah-muntah,
dan diare.Pada pengidap HIV dan AIDS, bahaya dari infeksi ini dapat
berkembang menjadi bentuk yang lebih parah disebut salmonella
septicemia.

Septikemia adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami


keracunan darah akibat bakteri dalam jumlah besar masuk ke dalam aliran
darah. Ketika sudah sangat parah, bakteri Salmonella dalam darah dapat
menginfeksi seluruh tubuh dalam satu waktu.Syok akibat salmonella
septicemia dapat berakibat fatal.

h) Toksoplasmosis

Toksoplasmosis adalah komplikasi HIV/AIDS yang disebabkan


oleh parasit bernama Toxoplasma gondii.Toksoplasmosis bahaya bagi
pengidap HIV dan AIDS karena sangat mudah berkembang di dalam
tubuh yang sistem kekebalannya lemah. Parasit tersebut dapat
menginfeksi tidak hanya mata dan paru pengidap HIV, tapi juga bahaya
bagi jantung, hati, hingga otak.

Komplikasi HIV dan AIDS berupa infeksi toksoplasma yang


menyerang mata akan menimbulkan bercak putih kekuningan atau abu-
abu terang pada badan bening mata (humor vitreous) yang membuat
penglihatan terganggu.Ketika infeksi parasit toxoplasma sudah mencapai
otak, toksoplasmosis dapat menyebabkan kejang.Selain dari kotoran
hewan, parasit toxoplasma ini juga bisa berasal dari makan daging merah
dan dan daging babi yang dimasak kurang matang.

Komplikasi HIV dan AIDS lain yang mungkin terjadi

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan


penyakit kronis yang muncul ketika stadium infeksi HIV sudah sangat parah.
Biasanya kondisi ini ditandai dengan munculnya penyakit kronis lain, seperti
kanker dan berbagai infeksi.

Pada tahap ini, seorang pengidap AIDS dapat mengalami:

1) Wasting syndrome

Wasting syndrome adalah kumpulan gejala yang


menyebabkan orang HIV susah gemuk akibat penurunan berat
badan, diare parah, serta kelemahan kronis.

Saat ini, komplikasi wasting syndrome tidak lagi menjadi


momok bahaya bagi pengidap HIV karena rejimen pengobatan
HIV telah terbukti mengurangi jumlah kasusnya. Meskipun begitu,
komplikasi ini masih memengaruhi banyak orang yang memiliki
AIDS.

2. Masalah neurologis
AIDS dapat menyebabkan bahaya berupa gangguan
neurologis meskipun tidak menginfeksi sel-sel saraf. Komplikasi
AIDS yang memengaruhi saraf dapat membuat pengidap mudah
linglung, pelupa, depresi, gelisah, dan kesulitan berjalan.
Salah satu komplikasi neurologis dari HIV/AIDS yang
paling umum adalah demensia, yang menyebabkan perubahan
perilaku dan menurunnya fungsi mental.
3. Penyakit ginjal
HIV-associated nephropathy (HIVAN) adalah peradangan
pada filter kecil dalam ginjal Anda. Filter ini berfungsi untuk
membuang kelebihan cairan dan ampas dari aliran darah dan
meneruskannya ke urin. Risiko komplikasi dan bahaya HIVAN
lebih tinggi pada orang kulit hitam yang mengidap HIV dan AIDS.

J. Pemeriksaan diagnostik

Untuk memastikan bahwa pasien terinfeksi HIV, maka harus


dilakukan tes HIV. Skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah
atau urine pasien untuk diteliti di laboratorium. Jenis skrining untuk
mendeteksi HIV adalah:
 Tes antibodi. 
Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan
tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu
waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh
cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.
 Tes antigen.
 Tes antigen bertujuan mendeteksi p24, suatu protein yang
menjadi bagian dari virus HIV. Tes antigen dapat
dilakukan 2-6 minggu setelah pasien terinfeksi.

Bila skrining menunjukkan pasien terinfeksi HIV (HIV positif),


maka pasien perlu menjalani tes selanjutnya. Selain untuk memastikan
hasil skrining, tes berikut dapat membantu dokter mengetahui tahap
infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat.
Sama seperti skrining, tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah
pasien, untuk diteliti di laboratorium. Beberapa tes tersebut antara lain:
 Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih
yang dihancurkan oleh HIV. Oleh karena itu, semakin
sedikit jumlah CD4, semakin besar pula kemungkinan
seseorang terserang AIDS. Pada kondisi normal, jumlah
CD4 berada dalam rentang 500-1400 sel per milimeter
kubik darah. Infeksi HIV berkembang menjadi AIDS bila
hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik
darah.
 Pemeriksaan viral load (HIV RNA).
Pemeriksaan viral load bertujuan untuk menghitung
RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi
menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari 100.000
kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru
saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA
di bawah 10.000 kopi per mililiter darah,
mengindikasikan perkembangan virus yang tidak terlalu
cepat. Akan tetapi, kondisi tersebut tetap saja
menyebabkan kerusakan perlahan pada sistem kekebalan
tubuh.
 Tes resistensi (kekebalan) terhadap obat
Beberapa subtipe HIV diketahui kebal pada obat anti
HIV. Melalui tes ini, dapat menentukan jenis obat anti
HIV yang tepat bagi pasien.

Anda mungkin juga menyukai