Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DI SUSUN OLEH :
Andreas Angga Famfilio
113063C118002

DOSEN PENGAMPU :
Dwi Martha A., S.Kep., Ners, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHTAN SUAKA INSAN


PROGRAM STUDI SERJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
BANJARMASIN TAHUN 2020/2021
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP )

Masalah                                   : Stigma masyarakat terkait dengan penyakit


HIV/AIDS
Pokok Pembahasan                 : Penyakit HIV/AIDS
Sub Pokok Pembahasan          :
- Pengertian HIV/AIDS
- Penyebab HIV/AIDS
- Tanda dan gejala HIV/AIDS
- Penularan HIV/AIDS
- Pencegahan Penyakit HIV/AIDS
- Pengobatan HIV/AIDS

Sasaran                                    : Mahasiswa/Mahasiswi Stikes Suaka Insan


Jam                                          : 45 menit-1 jam
Waktu                                     : 09.00-10..00 WITA
Tanggal                                   : 17 Juni 2020
Tempat                                    : Aula Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Penyuluh                       :
1. Andreas Angga Familio (Penyuluh 1)
2. Roby Anggara (Ketua)
3. Krisna (Dokumentasi)
4. Ricky Saputra (Penyuluh 2)
5. Linda Adelina (Fasilitator)
6. Philemon (Sekertaris)
7. Paskala Nakabahum (Konsumsi, Bendahara)
8. Tri Susanto (Observer)

A. IDENTIFIKASI MASALAH
HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi yang sangat berbahaya

karena tidak saja membawa dampak buruk bagi kesehatan manusia

namun juga pada negara secara keseluruhan. Strategi dan Rencana Aksi

Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS (SRAN) 2010-2014 yang

dikukuhkan dalam Permenkokesra Nomor 8 Tahun 2010, menyebutkan

makin memperkuat upaya penanggulangan AIDS di Indonesia yang

lebih terarah dan terkoordinasi. Berbagai kebijakan untuk mendukung

SRAN juga terus dikembangkan, misalnya pada kelompok remaja,

program LSL (Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki), dan juga

bidang pendidikan dan pelatihan (KPAN, 2010).

Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus

berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia.

Menurut data WHO (World Health Organization) tahun 2012,

penemuan kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia pada

tahun 2012 mencapai 2,3 juta kasus, dimana sebanyak 1,6 juta

penderita meninggal karena AIDS (Acquired Immunodeficiency

Syndrome) dan 210.000 penderita berusia di bawah 15 tahun (WHO,

2012).

Berdasarkan data Ditjen P2PL (Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan), statistik kasus HIV/AIDS yang dilaporkan

dari tahun 2011-2012 mengalami peningkatan, yaitu pada tahun

2011 kasus baru HIV sebesar

21.031 kasus, kemudian meningkat menjadi 21.511 kasus pada tahun


2012.
Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus

berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Menurut

data WHO (World Health Organization) tahun 2012, penemuan kasus

HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia pada tahun 2012

mencapai 2,3 juta kasus, dimana sebanyak 1,6 juta penderita

meninggal karena AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan

210.000 penderita berusia di bawah 15 tahun (WHO, 2012).

Hasil penelitian Stanhope dan Lancaster (2000), menggambarkan

bahwa faktor sosial yang berkaitan dengan kurangnya pengetahuan

disebabkan kurang terpapar informasi tentang penyebab terjadinya

penularan infeksi HIV/AIDS, hal ini menyebabkan individu salah

dalam bersikap dan berperilaku. Faktor sosial juga berkaitan dengan

kemampuan masyarakat mendapatkan sumber-sumber informasi baik

formal maupun informal. Kurangnya paparan terhadap informasi

khususnya masalah kesehatan berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku, sehingga cenderung melakukan tindakan yang berisiko

terhadap masalah kesehatan.

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa peranan pendidikan

kesehatan adalah melakukan intervensi sehingga perilaku individu atau

kelompok sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Salah satu dimensi

tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat dilakukan di sekolah

dengan sasaran murid melalui metode promosi kesehatan. Intervensi

ini bisa dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan yang

komprehensif dan tepat agar tidak terjadi penularan HIV/AIDS.


Perlu pemahaman tentang perilaku seksual pada remaja sebab,

masa remaja merupakan masa peralihan dari perilaku seksual anak-

anak menjadi perilaku seksual dewasa. Kurangnya pemahaman tentang

perilaku seksual pada remaja amat merugikan bagi remaja itu sendiri

termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami

perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual

(Soetjiningsih, 2010).

 B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )


Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit sampai 1 jam
diharapkan Mahasiswa/Mahasiswi bisa lebih terbuka pikirannya, sehingga
stigma yang selama ini masih begitu erat melekat bisa sedikit demi sedikit
terbuka.
C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUH ( TIK )
Setelah diadakan penyuluhan selama 45 menit sampai 1 jam
mahasiwa/mahasiswi dapat :
a. Menjelaskan pengertian HIV/AIDS.
b. Menjelaskan penyebab HIV/AIDS.
c. Mampu menyebutkan gejala HIV/AIDS.
d. Menjelaskan bagaimana penularan HIV/AIDS.
e. Menjelaskan cara pencegahan HIV/AIDS.
D. METODE
Teknik komunikasi Penyuluhan yang kami gunakan adalah
penyuluhan langsung karena kami melakukan penyuluhan yang langsung
disaksikan oleh mahasiswa/mahasiswi stikes suaka insan banjarmasin .
Metode yang kami gunakan adalah metode kelas besar dengan teknik
ceramah.
E. MEDIA
Media atau alat peraga yang kami gunakan adalah media gambar/alat
optic berupa ppt, video, dan poster.
F. EVALUASI
Metode yang digunakan untuk melakukan evaluasi oleh kelompok
kami, adalah melakukan pengulangan kembali sejauh mana pemahaman
mahasiswa/mahasiswi tentang penyakit HIV/AIDS dan memahami cara
pencegahannya. Serta mampu bagaimana bersikap, menanggapi, maupun
menghadapi penyakit serta merubah pola pikir.
   G. MATRIX KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Media Waktu Evaluasi


TIU TIK Bahan/Materi
Penyuluh Peserta
1. Mampu 1. Pengertian
Setelah dilakukan Pembukaan Microphone 5-7
menjelask HIV/AIDS
penyuluhan selama menit
an 2. Penyebab
45 menit sampai 1
pengertia HIV/AIDS
jam diharapkan
n 3. Tanda dan
mahasiswa/mahasisw
HIV/AID gejala
i sstikes suaka insan
S. HIV/AIDS
bisa lebih terbuka
2. Mampu 4. Penularan
pikirannya, sehingga
menjelask HIV/AIDS
stigma yang selama
an 5. Pencegahan
ini masih begitu erat
penyebab Penyakit
melekat bisa sedikit
HIV/AID HIV/AIDS
demi sedikit terbuka.
S. 6. Pengobatan
3. Mampu HIV/AIDS
menyebut
kan gejala
HIV/AID
S.
4. Mampu
menjelask
an
bagaiman
a
penularan
HIV/AID
S.
5. Mampu
menjelask
an cara
pencegah
an
HIV/AID
S.

Membuka Menyambut
kegiatan promosi kegiatan promosi
kesehatan kesehatan
Memperkenalkan Mendengarkan
anggota dan
kelompok, Memperhatikan
Doa
Isi LCD, PPT, 35 menit
Menjelaskan Meperhatikan Laptop, 1. Kognitif dengan
pengertian dan Microphone, metode informal
HIV/AIDS Mendengarkan, Poster (repetition)
peserta bertanya
2. Psikomotorik
apabila belum
dengan cara
mengerti
observasi saat
Menjelaskan
Meperhatikan demostrasi.
tentang penyebab
dan
HIV/AIDS
Mendengarkan,
peserta bertanya
apabila belum
mengerti
Mampu
Meperhatikan
menyebutkan
dan
gejala HIV/AIDS
Mendengarkan,
peserta bertanya
apabila belum
mengerti
Mampu
Ikut
menjelaskan
mempraktekan
bagaimana
penularan
HIV/AIDS.

Mampu
Menanyakan hal
menjelaskan cara
– hal yang
pencegahan
belum
HIV/AIDS
dimengeri
20 menit
Penutup Hadiah, 1. Kognitif
Menanyakan Menjawab Microphone 80%mampu
kembali pertanyaan yang menjelaskan
pengertian di ajukan kembali
HIV/AIDS pengertian cuci
tangan, tujuan cuci
tangan, manfaat
cuci tangan.

mampu
Menjelaskan 2. Psikomotor
Menjelaskan
penyebab 100% mampu
kembali tentang
HIV/AIDS melakukan
penyebab
kembali sesuai
HIV/AIDS
dengan yang
sudah di
demostrasi.
Memberikan
Merasa senang
door prize
kepada
masyarakat yang
bisa menjawab


MATERI
A. Pengertian
HIV merupakan kepanjangan dari Human Immunodeficiency
Virus. Maknanya virus ini hanya menginfeksi manusia, virus dapat
mereproduksi diri sendiri di dalam sel dan dapat menyebabkan kekebalan
tubuh menurun sehingga gagal melawan infeksi. HIV dapat menyebabkan
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Acquired berarti
ditularkan dari orang ke orang; immune berarti merusak sistem kekebalan
manusia (bagian tubuh manusia yang berfungsi mempertahankan diri dari
benda asing, bakteri, dan virus); deficiency berarti menurun/berkurang:
sedangkan syndrome berarti orang dengan AIDS mengalami berbagai
infeksi oportunistik dan penyakit lainnya.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen


yang menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang
memiliki penenda CD 4+ dipermukaannya seperti makrofag dan
limfosit T. AIDS (acquired Immunodeficiency Syndrome)
merupakan suatu kondisi immunosupresif yang berkaitan erat
dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, serta
manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi HIV (Kapita Selekta,
2014).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu
retrovirus yang berarti terdiri atas untai tunggal RNA virus yang
masuk ke dalam inti sel pejamu dan ditranskripkan kedalam DNA
pejamu ketika menginfeksi pejamu. AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit virus yang
menyebabkan kolapsnya sistem imun disebabkan oleh infeksi
immunodefisiensi manusia (HIV), dan bagi kebanyakan penderita
kematian dalam 10 tahun setelah diagnosis (Corwin, 2009).
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan
berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu
akibat HIv (Hasdianah dkk, 2014).
B. Etiologi
Virus HIV termasuk kedalam family Retrovirus sub family
Lentivirinae. Virus family ini mempunyai enzim yang disebut reverse
transcriptase. Enzim ini menyebabkan retrovirus mampu mengubah
informasi genetikanya kedalam bentuk yang terintregasi di dalam
informasi genetic dari sel diserangnya.
Jadi setiap kali sel yang dimasuki retrovirus membelah diri,
informasi genetic virus juga ikut diturunkan. Virus HIV akan menyerang
limposit T yang mempunyai marker permukaan seperti sel CD4+, yaitu sel
yang membantu mengaktivasi sel B, killer cell, dan magrofag saat
terdapat antigen target khusus. Sel CD4+ adalah reseptor pada limposit T
yang menjadi target utama HIV. HIV menyerang CD4+ baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung lapisan luar
protein HIV yang disebut sampul gp120 dan ganti p24, berinteraksi
dengan CD4+ yang kemudian akan menghambat aktivasi sel yang
mempresentasikan antigen.
C. Tanda dan Gejala
Gejala penularan HIV/AIDS terjadi beberapa hari atau beberapa
minggu setelah terinfeksi HIV, gejala-gejala ini hanya berlangsung
beberapa hari atau beberapa minggu saja, lalu hilang dengan sendirinya.
Seseorang mungkin akan menjadi sakit dengan gejala-gejala seperti flu,
yaitu:
 Demam
 Rasa lemah dan lesu
 Sendi-sendi terasa nyeri
 Batuk
 Nyeri tenggorokan
Gejala selanjutnya adalah memasuki tahap dimana sudah mulai
timbul gejala-gejala yang mirip dengan gejala-gejala penyakit lain, gejala-
gejala diatas ini memang tidak khas, karena dapat juga terjadi pada
penyakit-penyakit lain. Namun gejala-gejala ini menunjukkan sudah
adanya kerusakan pada system kekebalan tubuh yaitu:
 Demam berkepanjangan
 Penurunan berat badan (lebih dari 10 % dalam waktu 3 hari)
 Kelemahan tubuh yang mengganggu/menurunkan aktifitas fisik sehari-
hari
 Pembangkakan kelenjar di leher, lipat paha, dan ketiak
 Diare atau mencret terus menerus tanpa sebab yang jelas
 Batuk dan sesak nafas lebih dari 1 bulan secara terus menerus
 Kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan
Gejala penurunan kekebalan tubuh ditandai dengan mudahnya
diserang penyakit lain, dan disebut infeksi oportunitis. Maksudnya adalah
penyakit yang disebabkan baik oleh virus lain, bakteri, jamur, atau parasit
(yang bisa juga hidup dalam tubuh kita), yang bila system kekebalan tubuh
baik kuman ini dapat dikendalikan oleh tubuh. Pada tahap ini pengidap
HIV telah berkembang menjadi penderita AIDS. Pada umumnya penderita
AIDS akan meninggal dunia sekitar 2 tahun setelah gejala AIDS ini
muncul.
Gejala AIDS yang timbul adalah :
 Radang paru
 Radang saluran pencernaan
 Radang karena jamur di mulut dan kerongkongan
 Kanker kulit
 TBC
 Gangguan susunan saraf / neurologis.
D. Penularan
Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu :
1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita
HIV tanpa perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan
seksual berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah dapat
mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur, atau mulut sehingga
HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah
(PELKESI, 1995). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro
pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV
untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual (Syaiful, 2000).

2. Ibu pada bayinya


Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan
laporan CDC Amerika, prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01%
sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala
AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%,
sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinannya
mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan juga terjadi selama
proses persalinan melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara
kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal
saat melahirkan (Lily V, 2004).

3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS


Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke
pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril


Alat pemeriksaan kandungan seperti speculum,tenakulum, dan alat-
alat lain yang darah cairan vagina atau air mani yang terinfeksi
HIV,dan langsung di gunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi
bisa menularkan HIV (PELKESI,1995).

5. Alat-alat untuk menoleh kulit


Alat tajam dan runcing seperti jarum,pisau,silet,menyunat seseorang,
membuat tato,memotong rambut,dan sebagainya bisa menularkan HIV
sebab alat tersebut mungkin di pakai tampa disterilkan terlebih dahulu.

6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian


Jarum suntik yang di gunakan di fasilitas kesehatan,maupun yang di
gunakan oleh parah pengguna narkoba (injecting drug user-IDU)
sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para
pemakai IDU secara bersama-sama juga mengguna tempat
penyampur, pengaduk,dan gelas pengoplos obat,sehingga berpotensi
tinggi untuk menularkan HIV.

HIV tidak menular melalui hal-hal di bawah ini :


 Air mata, keringat, ait liur/ludah, air kencing
 Peralatan makan bersama (Piring, sendok, gelas, dll),
 Pakaian,handuk,sapu tangan,
 Toilet yang di pakai secara bersama-sama,
 Menggunakan kolam renang yang sama
 Berpelukan,
 Berjabat tangan,
 Hidup serumah dengan penderita hiv/aids,
 Gigitan nyamuk,
 Hubungan social yang lain.
E. Pencegahan
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya
berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan
dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan
seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik )
harus dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha
untuk mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan
penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang
segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui seminar-
seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang
berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa
baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi
tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada
semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui
bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu
yang bisa menimbulkan virus AIDS.
F. Pengobatan
Penanganan Umum
a. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk
memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat
diresepkan untuk mencapai tujuan ini dan berbagai macam kombinasi
obat-obatan terus diteliti. Untuk menemukan obat penyembuhannya.
b. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun
demikian ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju
perkembangan HIV didalam tubuh.
c. Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat
khusus yang dapat menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan dosis
tinggi dan obat-obatan anti virus seringkali diberikan secara rutin
untuk mencegah infeksi agar tidak menjalar dan menjadi semakin
parah
Penanganan Khusus
a. Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan
atas permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko PMS
dan hubungannya dengan HIV, yang bersangkutan memandang perlu
pemeriksaan tersebut.
b. Upayakan ketersediaan uji serologic
c. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang
berkiatan dengan kehamilan da risiko yang dihadapi
d. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan
konseling untuk upaya preventif (penggunaan kondom)
e. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik.
f. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi
virus (30.000-50.000) kopi RNA/Ml atau jika CD4 menurun secara
dratis
g. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang
dihadapi (pervaginanm atau perabdominam, perhatikan prinsip
pencegahan infeksi).

1. Obat-obatan Antiretroviral
Obat-obatan Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang
digunakan untuk mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak
membunuh virus, tapi memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa
mudah beradaptasi dan kebal terhadap satu golongan ARV. Oleh
karena itu, kombinasi golongan ARV akan diberikan pada penderita.
Beberapa golongan ARV adalah:
 NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Jenis
ARV ini akan bekerja dengan menghilangkan protein yang
dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri.
 NRTI (Nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Golongan
ARV ini menghambat perkembangan HIV di dalam sel tubuh.
 Protease inhibitors. ARV jenis ini akan menghilangkan
protease, jenis protein yang juga dibutuhkan HIV untuk
memperbanyak diri.
 Entry inhibitors. ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk
memasuki sel-sel CD4.
 Integrase inhibitors. Jenis ARV ini akan menghilangkan
integrase, protein yang digunakan HIV untuk memasukkan
materi genetik ke dalam sel-sel CD4.
Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi
antiretroviral (ART). Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan
obat ARV. Kombinasi obat ARV yang diberikan berbeda-beda pada
tiap-tiap orang, jadi jenis pengobatan ini bersifat pribadi atau khusus.
Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu
pengobatan HIV dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi
seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin
perlu beralih ke kombinasi ARV lainnya.
Penggabungan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi infeksi
HIV bisa menimbulkan reaksi dan efek samping yang tidak terduga.
Selalu konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi obat yang
lain.

2. Konsumsi Obat Secara Teratur


Anda harus membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan
HIV ke dalam pola hidup sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil
jika Anda mengonsumsi obat secara teratur (pada waktu yang sama
setiap kali minum obat). Jika melewatkan satu dosis saja, efeknya bisa
meningkatkan risiko kegagalan. 

3. Efek Samping Pengobatan HIV


Semua pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak
menyenangkan. Jika terjadi efek samping yang tidak normal, Anda
mungkin perlu mencoba kombinasi obat-obatan ARV yang lainnya.
Berikut adalah contoh efek samping yang umumnya terjadi:
4. Kelelahan
5. Mual
6. Ruam pada kulit
7. Diare
8. Satu bagian tubuh menggemuk, bagian lain kurus
9. Perubahan suasana hati
DAFTAR PUSTAKA

A, C. W., Juliantari, E. N., S, O. S., & El Camela, W. C. (2019). Makalah Keperawatan


HIV/AIDS. Surabaya.
Notoatdmojo, S., 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Komisi Penanggulangan AIDS NAsional. Info HIV dan AIDS. Jakarta; 2010.

Anda mungkin juga menyukai