Anda di halaman 1dari 36

METODE FOOD WEIGHING

Pengertian
Metode food weighing atau penimbangan makanan merupakan
metode survei konsumsi pangan yang bersifat kuantitatif. Metode ini
digunakan untuk mengukur konsumsi makanan pada tingkat individu.
Metode penimbangan adalah metode survei konsumsi pangan yang
dilakukan dengan cara menimbang makanan yang dikonsumsi oleh
responden.
Metode penimbangan makanan dapat dijadikan sebagai standar baku
(gold standar) konsumsi makanan yang dikonsumsi dalam periode
tertentu. Metode penimbangan ini cocok di lakukan pada suatu
institusi yang menyelenggarakan penyelenggaraan makan, contohnya
pada rumah sakit, asrama, sekolah, perusahaan dan institusi-institusi
lain yang menyelenggarakan penyelenggaraan makan.
Metode penimbangan ini cocok di lakukan pada suatu institusi yang
menyelenggarakan penyelenggaraan makan, contohnya pada rumah
sakit,asrama, sekolah, perusahaan dan institusi-institusi lain yang
menyelenggarakan penyelenggaraan makan
Prinsip dari food weighing adalah ahli gizi atau petugas pengumpul
data melakukan penimbangan makanan yang akan dikonsumsi dan
menimbang sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh seseorang.
Hasil penimbangan adalah penimbangan makanan sebelum dikonsumsi
dikurangi dengan makanan sisa yang tidak dikonsumsi. Penimbangan
makanan dilakukan dengan menggunakan timbangan makanan dan
dicatat dalam satuan gram dengantujuan mengetahui bobot makanan
yang dikonsumsi.
Untuk mendapatkan hasil penimbangan dengan akurasi dan presisi
tinggi, sebaiknya menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 1
gram. Ketelitian yang tinggi dapat mendeteksi perubahan berat
makanan yang tidak terlalu besar.Jika tidak ada bisa menggunakan
timbangan jarum dengan ketelitian tingkat tinggi.
Penimbangan makanan sebaiknya dilakukan dalam setiap kali waktu makan

selama periode yang ditentukan. Penimbangan makanan dilakukan untuk setiap
jenis makanan yakni bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-
buahan.

Langkah-langkah dalam melakukan metode penimbangan.


1.Menimbang makanan yang akan dikonsumsi dan mencatat dalam formulir
yang telah disediakan.
2.Setelah responden mengkonsumsi makanannya, lakukan kembali
penimbangan sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh responden.
3. Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah berat makanan sebelum dikonsumsi
dikurangi
dengan sisa makanan yang tidak dikonsumsi.

Jumlah yang dikonsumsi = Jumlah makanan yang akan dikonsumsi – Jumlah


makanan sisa yang tidak dikonsumsi
 
5. Tentukan jenis bahan makanan dari makanan yang
dikonsumsi oleh responden.
6. Tentukan faktor konversi matang-mentah untuk
setiap bahan makanan.
7. Tentukan berat mentah dari bahan makanan.
8. Lakukan analisa nilai gizi dari makanan yang
dikonsumsi oleh responden.
 
Kelebihan dari metode penimbangan antara lain seperti yang dijabarkan di bawah ini:
1. Metode penimbangan merupakan metode yang dapat dijadikan gold standar dalam survei konsumsi pangan.
2. Hasil dari metode penimbangan paling akurat dibandingkan dengan metode lainnya.
3. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan ingatan responden karena metode ini tidak
tergantung kepada daya ingat responden.
4. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan responden dalam menjelaskan ukuran porsi makanan
yang dikonsumsi.
5. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan pewawancara atau pengumpul data dalam melakukan
estimasi ukuran porsi yang dikonsumsi oleh responden.
6. Dapat mengurangi bias yang disebabkan perbedaan persepsi antara responden dengan pewawancara atau
pengumpul data.
7. Dapat digunakan untuk mendukung interpretasi data laboratorium, data antropometri dan data
klinis.
8. Pengukuran yang dilakukan selama beberapa hari dapat menggambarkan asupan sehari-hari responden.
9. Lebih tepat dilakukan untuk tempat khusus seperti institusi tempat kerja, perusahaan, panti
sosial, lembaga kemasyarakatan dimana seseorang tinggal bersama-sama.
Namun, di samping kelebihan, metode ini juga mempunyai kelemahan seperti yang
diuraikan di bawah ini.
1. Memerlukan waktu untuk pengumpulan data yang lebih lama, karena semua
makanan yang dikonsumsi oleh responden dan makanan sisa yang tidak
dikonsumsi oleh responden harus dilakukan penimbangan sesaat sebelum
dikonsumsi dan sesaat sesudah responden mengkonsumsi makanannya.
2. Memerlukan tenaga yang lebih banyak untuk melakukan metode ini karena
harus melakukan penimbangan makanan responden.
3. Memerlukan alat khusus yang harus disediakan oleh peneliti atau pengumpul data
seperti timbangan makanan, formulir penimbangan, alat tulis dan beberapa
peralatan lainnya.
4. Responden dapat merubah kebiasaan makan sehari-hari, terutama pada
penimbangan yang dilakukan selama beberapa hari.
5. Kurang cocok diterapkan pada masyarakat luas.
Gambar 2.1. Contoh formulir food weighing

Waktu Nama hidangan Berat Sisa Jumlah Faktor Faktor Konversi Bahan Berat mentah
Makan   masak makanan makanan yang Konversi Penyerapan makanan bahan
    (gram) (gram) dikonsumsi mentah Minyak   makanan
        (gram) masak     (gram)
  (2)     (5)   (7)   (9)
(1) (3) (4) (6) (8)
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
Nama Responden :
Kode Responden :
Pengumpul data :
Hari/ Tanggal :
 Penjelasan pengisian formulir food weighing

1. Waktu makan
Waktu makan diisi dengan waktu responden mengkonsumsi makanan, misalnya pagi,
siang atau malam. Waktu makan dapat juga diisi dengan keterangan jam misalnya
07.00,10.00, 12.00, 15.00, 19.00.
2. Nama Hidangan
Nama hidangan diisi dengan nama makanan yang dikonsumsi oleh responden misalnya
Nasi Goreng, Telur Dadar, Tempe Bacem, Sayur Kangkung, dan lain-lain.
3. Berat Masak
Berat masak diisi dengan berat makanan yang akan dikonsumsi oleh responden.
Ditimbang sesaat sebelum disajikan pada responden. Berat makanan ditulis dalam
satuan gram.
4. Sisa Makanan
 Sisa makanan adalah berat makanan yang tidak dikonsumsi oleh responden. Sisa
makanan ditimbang setelah makanan dikonsumsi responden. Jika semua makanan
yang dihidangkan habis, maka sisa makanan adalah 0 gram.
5. Jumlah makanan yang dikonsumsi
Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah berat makanan sebelum dikonsumsi
dikurangi dengan sisa makanan. Jumlah makanan yang dikonsumsi ditulis dalam
satuan gram.
6. Faktor konversi matang mentah
Faktor konversi mentah matang diisi dengan faktor konversi berat matang
mentah yang bisa diperoleh dari daftar faktor konversi berat matang mentah
yang keluarkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2014 dalam Buku Pedoman
Konversi Berat Matang- Mentah Berat Dapat Dimakan (BDD) Dan Resep
Makanan Siap Saji dan Jajajan.
7. Persentase penyerapan minyak
Persentase penyerapan minyak diisi dengan persentase penyerapan minyak dari
makanan bisa diperoleh dari daftar penyerapan minyak goreng yang keluarkan
oleh Kementerian Kesehatan tahun 2014 dalam Buku Pedoman Perkiraan
Jumlah Garam Dan Penyerapan Minyak Goreng.

Jumlah serapan minyak = persentase serapan x berat matang


Daftar persentase penyerapan minyak dapat dilihat
1. Bahan makanan
Bahan makanan diisi dengan bahan makanan yang digunakan
dalam hidangan. Jika di dalam hidangan terdapat beberapa bahan,
diuraikan bahan makanan yang terdapat dalam hidangan tersebut.
2. Berat mentah bahan makanan
Berat mentah bahan makanan diisi dengan berat mentah bahan
makanan. Berat mentah bahan makanan diperoleh dengan
mengalikan berat matang dikalikan faktor konversi matang
mentah.

Berat mentah = berat matang x faktor konversi


Contoh cara mengisi formulir food weighing
Seorang Ahli Gizi (Annisa) ingin mengetahui asupan zat gizi sarapan pagi dari
Mahasiswa (Rafly M) yang tinggal di Asrama Perguruan Tinggi tempat
Mahasiswa tersebut menimba ilmu. Annisa melakukan metode food weighing
untuk mengukur asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak pada tanggal 15
Januari 2018. Sarapan pagi di Asrama tersebut disediakan sekitar jam 07.00
WIB. Menu sarapan mahasiswa pada saat ahli gizi melakukan pengambilan data
adalah sebagai berikut:
1. Nasi putih
2. Telur goreng
3. Tahu goreng
4. Bening bayam
5. Pepaya
Ahli gizi melakukan penimbangan semua makanan atau hidangan tersebut menggunakan timbangan
digital sehingga diperoleh berat makanan tersebut sebelum dikonsumsi sebagai berikut:
1. Nasi putih : 100 gram
2. Telur goreng : 50 gram
3. Tahu goreng : 80 gram
4. Bening bayam : 100 gram
5. Pepaya : 130 gram
 
 
Setelah Mahasiswa mengkonsumsi sarapannya, sebagian dari hidangan atau makanan tersebut ada
yang habis dan sebagian masih ada sisanya. Makanan yang tidak bersisa adalah telur goreng, tahu
goreng dan pepaya. Sedangkan nasi putih dan bening bayam masih bersisa. Untuk mengetahui berat
makanan sisa, maka Ahli Gizi melakukan penimbangan terhadap makanan sisa tersebut dengan
berat makanan sisa sebagai berikut:
1. Nasi putih : 20 gram
2. Bening bayam : 30 gram
Berdasarkan data-data di atas, lengkapilah formulir food
weighing berikut: Rafly
Nama Responden ini.M Kode Responden : 001
Pengumpul data : Annisa
Hari/ Tanggal : Senin/15 Januari 2018
  Waktu Nama Berat Sisa Jumlah Faktor Faktor Bahan Berat
Makan hidangan masak makan an makanan Konversi Konversi makanan mentah
    (gram) (gram) yang mentah Penyerapan   bahan
     
  dikonsumsi masak Minyak   makana
       
  (4) (gram)     n (gram)
    (5   (9)
(1) (2) (3) (6) (7 (8)
) )
Pagi Nasi 100 20 8 0,4 - Beras 32
0
07.00 Telur 50 0 5 0,9 8 Telur 45
goreng 0 %
              Minyak 4
goreng
  Bening 100 30 7 1,1 - Bayam 77
bayam 0
  Tahu 80 0 8 1,1 5 Tahu 88
goreng 0 %
              Minyak 4
goreng
  Pepaya 130 0 100 - - Pepaya 130
                 
                 
 
Penjelasan Pengisian Food Weighing
Waktu makan
1.

Waktu makan diisi dengan waktu responden mengkonsumsi makanan, yaitu jam 07.00
WIB.
2. Nama hidangan
Nama hidangan diisi dengan nama makanan yang dikonsumsi oleh responden yaitu nasi
putih, telur goreng, tahu goreng, bening bayam, pepaya.
3. Berat Masak
Berat masak diisi dengan berat makanan yang akan dikonsumsi oleh responden.
Ditimbang sesaat sebelum disajikan pada responden, nasi putih : 100 gram; telur goreng:
50 gram, tahu goreng : 80 gram; bening bayam: 100 gram dan pepaya : 130 gram.
4. Sisa Makanan
Sisa makanan adalah berat makanan yang tidak dikonsumsi oleh responden. Sisa
makanan ditimbang setelah makanan dikonsumsi responden. Makanan yang bersisa
adalah nasi putih : 20 gram dan bening bayam : 30 gram, sedangkan makanan yang
lainnya dikonsumsi sampai habis.
Jumlah makanan yang dikonsumsi
Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah berat makanan sebelum dikonsumsi
dikurangi
dengan sisa makanan. Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah sebagai
berikut :
a. Nasi putih = 100 – 20 = 80 gram
b. Telur goreng = 50 -0 = 50 gram
c. Tahu goreng = 80 -0 = 80 gram
d. Bening bayam = 100 – 30 = 70 gram
e. Pepaya = 130 -0 = 130 gram.
6. Faktor konversi matang mentah
Faktor konversi mentah matang diisi dengan faktor konversi berat matang
mentah yang
bisa diperoleh dari daftar faktor konversi berat matang mentah yang keluarkan
oleh
Kementerian Kesehatan tahun 2014 dalam Buku Pedoman Konversi Berat
MatangMentah Berat Dapat Dimakan (BDD) Dan Resep Makanan Siap Saji
dan Jajajan. Daftar konversi mentah matang adalah sebagai berikut :
7. Persentase penyerapan minyak
Persentase penyerapan minyak diisi dengan persentase penyerapan minyak dari
makanan yang digoreng. Persentase penyerapan minyak dapat diperoleh dari Daftar
penyerapan minyak goreng yang keluarkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2014
dalam Buku Pedoman Perkiraan Jumlah Garam Dan Penyerapan Minyak Goreng.

Jumlah serapan minyak = persentase serapan x berat matang

Persentase minyak untuk telur ayam goreng adalah 8% dan untuk tahu goreng
adalah
5%. Jumlah minyak terserap adalah sebagai berikut.
a. Jumlah minyak terserap untuk telur goreng
8/100 x 50 gram = 4 gram
b. Jumlah minyak terserap untuk tahu goreng
5/100 x 80 gram = 4 gram.
8. Bahan makanan
Bahan makanan diisi dengan bahan makanan yang digunakan dalam hidangan. Jika di
dalam hidangan terdapat beberapa bahan, diuraikan bahan makanan yang terdapat
dalam hidangan tersebut. Bahan makanan untuk menu sarapan di atas adalah:
a. Nasi putih : beras
b. Telur goreng : telur dan minyak
c. Tahu goreng : tahu dan minyak
d. Bening bayam : bayam dan air (air tidak ditulis karena tidak mengandung kalori)
e. Pepaya.
9. Berat mentah bahan makanan
Berat mentah bahan makanan diisi dengan berat mentah bahan makanan. Berat mentah
bahan makanan diperoleh dengan mengalikan berat matang dikalikan faktor konversi
matang mentah.
Berat mentah = berat matang x faktor konversi
Berat mentah = 50 x 0,9 = 45 gram
a. Nasi putih : beras
b. Berat mentah beras = 100 x 0,4 = 32
c. Telur goreng : telur
SISA MAKANAN
Sisa makanan adalah makanan yang masih ada di piring
makan sesudah konsumen selesai makan. Dengan
melihat sisa makanan dapat diketahui kemampuan dan
kemauan seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang
disajikan. Sisa makanan dapat dikatakan merupakan
makanan yang tidak dimakan. Makin banyak sisa
makanan berarti biaya terbuang makin tinggi. Ada
banyak hal yang mempengaruhi sisa makanan antara lain
citarasa makanan, kebiasaan makan, budaya, umur,
penyakit dan lain-lain.
Kemauan konsumen untuk mengkonsumsi suatu makanan
ditentukan oleh rangsangan
dari indera penglihatan, penciuman, pencicip, serta
pendengaran. Faktor utama dalam
penilaian cita rasa makanan atau sering juga disebut dengan
istilah penilaian organoleptik
adalah:
1. Penampilan makanan yang meliputi warna, bentuk,
ukuran, besar porsi, dan konsistensi.
2. Rasa makanan yang meliputi aroma, tekstur, suhu, rasa
dan tingkat kematangan.
METODE PENGUKURAN SISA
MAKANAN
Saudara mahasiswa, untuk mengukur sisa makanan
dapat menggunakan beberapa
metode sebagai berikut:
1. Metode observasi/virtual/Comstock.
2. Metode pencatatan sendiri (self-reported
consumption).
3. Metode recall.
4. Metode penimbangan.
METODE OBSERVASI/
VIRTUAL/COMSTOCK
Metode ini dikembangkan oleh Comstock sehingga di
kenal dengan nama metode Comstock. Disebut juga
metode observasi karena dalam metode ini pengukuran
atau
penaksiran dilakukan secara observasi/ visual mengenai
banyaknya sisa makanan yang ada di piring setelah
responden selesai makan. Penilaian dilakukan untuk
setiap jenis
hidangan, sehingga dapat diketahui hidangan mana yang
tidak dihabiskan.
Pengukuran sisa makanan menggunakan metoda
Comstock, ada beberapa keunggulan yaitu:
a. Mudah dilakukan.
b. Waktu yang dibutuhkan relatif singkat.
c. Tidak memerlukan alat bantu yang rumit.
d. Hemat biaya.
e. Dapat mengetahui sisa makanan menurut jenisnya.
Sedangkan kelemahan dari metode Comstock, adalah:
a. Membutuhkan tenaga penafsir terlatih dan teliti.
b. Seringkali terjadi ketidak telitian dalam menaksir
karena ukuran dan bentuk
makanan berbeda-beda.
METODE COMSTOK
Metode Penilaian konsumsi pangan dengan cara
penaksir (estimator)menaksir secara visual banyaknya
sisa makanan yang ada untuk setiap golongan
makanan atau jenis hidangan
Metode taksiran visual dikembangkan oleh Comstok
dengan menggunakan skala 6 point (persen sisa
makanan) dengan kriteria sebagai berikut :
1. Skala 0 bila dikonsumsi seluruhnya oleh pasien (100%
habis)
2. Skala 1 bila tersisa ¼ porsi (75%) habis
3. Skala 2 bila tersisa ½ porsi (50%) habis
4. Skala 3 bila tersisa ¾ porsi (25%) habis
5. Skala 4 hanya dikonsumsi sedikit ± 1 sdm (5%) habis
6. Skala 5 tidak dikonsumsi sama sekali (utuh) (0%)
habis
Kekurangan
1. Diperlukan penaksir (esytimator) yang terlatih
terampil danb teliti
2. Memerlukan kemampuan dalam menaksir over
estimate atau kekurangan dalam menaksir (under
estimate)
1. Metode Comstok
Taksiran makanan dinyatakan dalam bentuk skor dengan skala pengukuran 0 sd 5
Contoh skala Comstock
 
 
Skala 0 = dimakan semuanya / habis
Skala 1 = Dimakan banyak (tersisa ¼ porsi)
 Skala 2 = Dimakan separuh (tersisa ½ porsi)
Skala 3 = Dimakan sedikit (tersisa ¾ porsi)
Skala 4 = hanya dicicip
Skala 5 = Tidak dimakan
 
 
Hasil nya di konversikan kedalam skor sebagai berikut:
- Skala 0 dimakan semuanya / habis = skor 5
- Skala 1 tersisa ¼ porsi = skor 4
- Skala 2 dimakan separuh = skor 3
- Skala 3 makanan sedikit (1/4) = skor2
- Skala 4 dicicip = skor 1
- Skala 5 = Tidak dimakan/ tidak dikonsumsi = skor 0
 
 
Rumus perhitungan:
Total nilai X 100% =
Jumlah jenis menu x 5
Akan diperoleh hasil tecapai atau tidaknya skor minimum.
Lakukan pada semua responden yang akan diteliti, rata-rata hasil yang
diperoleh merupakan kesimpulan dari tercapainya skor minimum yang
telah ditentukan sebelumnya.
Untuk rumah sakit saat ini berlaku pengkatagorian sbb:
a. Bersisa, jika jumlah sisa makanan > 20%
b. Tidak bersisa, jika jumlah sisa makanan ≤ 20%
 
 
Bila tidak tercapai, perlu ditindaklanjuti dengan mencari penyebab dan
pemecahan masalah.
Gambar di bawah ini adalah perhitungan sisa makanan menggunakan
metode Comstok atau metode observasi.
Kandungan Energi
Beras : 32 /100 x 357 = 114,24
Telur : 45 /100 x 154 = 69,3
Minyak : 8 /100 x 884 = 70,72
Bayam : 77 /100 x 16 = 12,32
Tahu : 88 / 100 x 80 = 70,4
Pepaya : 130/100 x 46 = 59,8

Jumlah Kandungan Energi 396,78 Kkal


Untuk mencatat sendiri makanan yang di makan, subjek
di berikan formulir untuk diisi setiap kali selesai makan.
Formulir dibuat semudah mungkin untuk
menghindarikesalahan dalam pengisian. Sebelumnya
subjek perlu dijelaskan cara mengisi formulir tersebut.
Hasil yang diperoleh dapat diolah sama seperti mengolah
data Comstock.
Hasil nya di konversikan kedalam skor sebagai berikut:
- Skala 0 dimakan semuanya / habis = skor 5
- Skala 1 tersisa ¼ porsi = skor 4
- Skala 2 dimakan separuh = skor 3
- Skala 3 makanan sedikit (1/4) = skor2
- Skala 4 dicicip = skor 1
- Skala 5 = Tidak dimakan/ tidak dikonsumsi = skor 0

Anda mungkin juga menyukai