Anda di halaman 1dari 26

TARHIB RAMADHAN

AL FITYAN KUBU RAYA


LANJUTAN……
RUKUN PUASA
1. NIAT
• Niat secara bahasa artinya menyengaja atau bermaksud. Letaknya adalah dalam hati.
Tidak cukup hanya dengan lisan, dan tidak disyaratkan untuk mengucapkannya. Dalam
kitab bermadzhab Syafi’i “Fath al-‘Aziiz bisyarh al-Wajiiz” (VI/290) disebutkan:
‫ق‬ ْ ُّ‫شتَ َرطُ الن‬
ُ ‫ط‬ ُ ‫ص ْو ِم إِ ًذا اَل َع َم َل اِاَّل بِالنِّيَّ ِة َو َم* َحلُّ َها ا ْلقَ ْل‬
ْ ُ‫ب َواَل ي‬ َّ ‫النِّيَّةُ َوا ِجبَةٌ فِي ال‬
“Dalam puasa (hukum) niat itu wajib. Jadi, tidak ada amalan, melainkan dengan niat.
Sedangkan letaknya adalah dalam hati. Dan tidak disyaratkan untuk
mengucapkannya.”
• Dalil tentang wajibnya niat adalah hadits berikut:

ِ ‫إِنَّ َما اأْل َ ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬


ٍ ‫ت َوإِنَّ َما لِ ُك ِّل ا ْم ِر‬
‫ئ َما نَ َوى‬
“Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung)
apa yang diniatkan,” (HR. Bukhari, Muslim).
SYARAT NIAT
• Secara garis besar, niat puasa bisa terpenuhi ketika terwujud tiga perkara ini.
1. Menetapkan niat pada malam hari sebelum terbit fajar. Daruquthni meriwayatkan
sabda Nabi, “Barangsiapa yang tidak menetapkan niat pada malam hari sebelum
fajar, maka tidak ada puasa baginya.”
2. Menentukan puasa apa yang akan dijalani. Jadi, ketika ingin puasa Ramadhan, harus
niat puasa Ramadhan. Bukan niat puasa secara umum.
3. Pengulangan niat setiap malam.
• Ini berbeda dengan puasa sunnah. Kalau puasa sunnah tidak harus
menetapkan niat di malam.
• Soalnya, suatu hari Nabi pernah menanyakan makanan kepada ‘Aisyah.
Ketika dikatakan tidak ada makanan, beliau langsung berniat puasa.
2. MENAHAN DIRI DARI HAL-HAL YANG
MEMBATALKAN
• Rukun puasa Ramadan yang kedua adalah PUASA
menahan diri dari hal-hal yang
membatalkan puasa dari terbitnya fajar sampai waktu berbuka puasa.
Rukun puasa Ramadan ini sesuai dengan firman Allah pada QS. Al
Baqarah ayat 187 yang berbunyi:

ِّ ‫َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّى يَتَبَي ََّن لَ ُك ُم ْال َخ ْيطُ اأْل َ ْبيَضُ ِم َن ْال َخي ِْط اأْل َ ْس َو ِد ِم َن ْالفَجْ ِر ثُ َّم أَتِ ُّموا‬
‫الصيَا َم إِلَى اللَّي ِْل‬
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam.” (QS. Al Baqarah: 187).
PEMBATAL-PEMBATAL PUASA
1.     Makan dan minum
• Syarat sahnya puasa adalah menahan hawa
nafsu, keinginan untuk makan dan minum adalah
jenis nafsu yang bisa membatalkan puasa.
• Makan dan minum dapat membatalkan puasa
karena memasukan sesuatu kedalam mulut, tetapi
apabila hal ini terjadi secara tidak sengaja maka
puasa tetap dikatan sah.
• Selanjutnya hanya perlu membasuh mulut.
2.  Muntah secara sengaja
• Hal-hal yang dapat membatalkan puasa Ramadan selanjutnya
adalah muntah dengan sengaja.
• Muntah di sini dalam artian disengaja, muntah yang terjadi
karena memasukkan sesuatu ke dalam tenggorokan hingga
muntah atau karena ingin mengeluarkan makanan dari dalam
mulut dengan memasukan sesuatu seperti jari ke dalam mulut
dan tenggorokan.
• Namun, jika kamu muntah secara tidak sengaja maka
hukumnya puasamu tidak batal.
3.  Keluar mani dengan sengaja
• Keluar mani yang disebabkan oleh
bersentuhan kulit dengan lawan jenis dan
onani bisa membatalkan puasa.
• Namun keluarnya mani yang
disebabkan ihtilam atau mimpi basah tidak
membatalkan puasa karena terjadi tanpa
sengaja.
4. Keluarnya darah haid atau nifas
• Seorang yang sedang menjalani puasa lalu ia
mengeluarkan darah haid maka puasanya tidak sah.
Darah haid adalah darah yang keluar karena siklus
hormonal pada wanita, umumnya darah haid keluar
selama satu minggu sampai 15 hari.
• Nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan.
Biasanya nifas akan keluar selama empat puluh hari
sejak melahirkan bayi.
5. Berhubungan badan (Jima’)
• Berhubungan badan pada waktu puasa akan
membatalkan puasa.
• Bagi siapa yang melakukan hubungan badan saat
itu diharuskan mengganti puasanya dan juga
membayar denda atau kafarat.
6.     Hilang akal atau Gila (junun)
• Puasa dikatakan tidak sah atau batal apabila orang
yang menjalani puasa mengalami kondisi ini.
• Orang gila atau hilang akal tidak diwajibkan untuk
berpuasa.
• Orang gila tentu saja sudah tidak bisa berfikir
secara jernih.
• Namun, bila kita sedang berpuasa lalu tiba-tiba
hilang akal, maka kita batal puasa.
7.  Murtad
• Murtad adalah keadaan dimana seorang Muslim
keluar dari agama Islam. Orang yang murtad
maka puasanya otomatis batal.
• Jika seorang Muslim sudah keluar dari agama
Islam, maka hilang sudah semua kewajibannya,
termasuk berpuasa.
8. Obat atau suntikan yang dapat menggantikan fungsi
makan, termasuk transfusi darah
• Obat atau suntikan, jika berfungsi sebagai pengganti
makanan seperti infus, hal ini bisa membatalkan puasa.
• Positifnya, agama Islam tidak memaksakan seseorang
berpuasa ketika ia sedang dalam keadaan sakit.
• Tapi berbeda jika suntikan tersebut fungsinya hanya
sebagai obat, seperti antibiotic atau vaksin atau vitamin dan
yang lainnya.
9. Keluarnya darah dalam jumlah yang banyak secara
sengaja seperti hijamah, donor darah dan lainnya
• Hukum mengeluarkan darah ketika puasa yang keluar
karena ketidaksengajaan misalnya karena kecelakaan,
mimisan atau darah keluar dari bagian tubuh mana saja
maka puasanya sah meskipun keluarnya banyak.
• Namun, jika volume darah yang keluar dari tubuh itu sangat
banyak yang dilakukan dengan sengaja sehingga dapat
melemahkan orang tersebut untuk menjalankan puasa, maka
puasanya batal dan ia wajib menggantinya di lain waktu.
BUKAN
PEMBATAL- PEMBATAL PUASA
1. Bercelak dan menggunakan obat tetes mata dan telinga
• Bercelak bagi orang yang berpuasa hukumnya boleh, begitu juga memakai obat tetes mata dan
telinga, hingga jika dia merasakan sesuatu akibat tetesan itu di tenggorokannya, hal itu tidak
membatalkan puasanya, karena itu bukan makan dan minum dan tidak bermakna makan dan
minum.
• Dalil yang menjelaskan pembatalan puasa itu berkaitan dengan larangan makan dan minum,
maka tidak bisa diartikan makan dan minum sesuatu yang tidak masuk dalam makna keduanya.
• terdapat hadis yang menginformasikan Nabi Muhammad menggunakan celak ketika sedang
berpuasa, yaitu:
َ ‫ان َي ْك َت ِح ُل ِباإْل ِ ْث ِم ِد َوه َُو‬
‫صا ِئ ٌم‬ َ ‫• أَ َّن ُه‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َك‬
• “Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw menggunakan celak itsmid (batu antimonium dengan warna
permukaan seperti logam) ketika sedang berpuasa.” (HR. Baihaqi dan Hakim).
2. Parfum dan wangi-wangian
• Meskipun parfum atau deodoran mengandung alkohol, namun
tetap dianggap tidak membatalkan puasa.
• Karena alkohol hanya diharamkan jika diminum, bukan saat
dioleskan. Sama seperti saat seseorang terluka dan mengoleskan
alkohol untuk menyembuhkan.
• Tidak apa-apa seseorang menggunakan atau menghirup aroma
parfum dan deodoran. Kecuali salah satu atau keduanya
mengeluarkan asap dan saat dihirup zat tersebut bisa mencapai
lambung.
3. Suntikan pengobatan
• Menurut para ulama modern seperti Sayyid Sabiq dan Syeikh Ibrahin Abu
Yusuf, suntikan tidak membatalkan puasa, karena suntikan dilakukan
dengan memasukkan obat melalui lubang tubuh yang tidak lazim, meskipun
obat tersebut dapat merasuk ke dalam tubuh.
• Sebagaimana disebutkan dalam kitab “Fiqh as-Sunnah”, sebagai berikut :
“Di antara sesuatu yang
boleh dilakukan dalam berpuasa adalah suntikan secara mutlak,
baik dengan tujuan untuk memasukkan makanan atau tujuan lai,
dan baik dilakukan di otot atau di bawah kulit, karena meskipun sesuatu
yang dimasukkan melalui suntikan tersebut masuk kedalam tubuh,
tetapi hal itu dilakukan melalui lubang yang tidak lazim”.
4. Keluarnya madzi
• An Nawawi rahimahullah mengatakan,

‫• لو قبل امرأة وتلذذ فأمذى ولم يمن لم يفطر عندنا بال خالف‬
• “Jika seseorang mencium istrinya dan terasa nikmat, lantas keluar madzi dan bukan mani,
maka puasanya tidak batal. Inilah pendapat kami, ulama Syafi’iyah, tanpa ada
perselisihan sama sekali di antara kami.”
• Dalam Al Ikhtiyarot, Ibnu Taimiyah rahimahullah berpendapat,

‫• وال يفطر بمذي بسبب قبلة أو لمس أو تكرار نظر وهو قول أبي حنيفة والشافعي وبعض أصحابنا‬
• “Puasa tidaklah batal jika keluar madzi karena sebab mencium, menyentuh atau berulang
kali memandang istri. Inilah pendapat Abu Hanifah, Asy Syafi’i dan sebagian ulama
Hambali.”
5. Debu atau lalat terbang yang masuk ke tenggorokan dan
tertelan
• “Ashabus Syafi’i (ulama Syafi’iyah) sepakat apabila ada lalat
terbang kemudian masuk ke tubuh (melalui mulut, hidung dsb)
dan debu jalanan atau ayakan tepung masing-masing tidak
membatalkan puasa.
• Ashabus Syafi’i juga mengatakan ‘orang yang puasa tidak dituntut
untuk selalu menutup mulutnya saat ada debu ada tepung karena
hal tersebut cukup sulit’. 
6. Obat hirup atau inhaler
• Penggunaan obat hirup atau inhaler tidak membatalkan puasa karena
tidak punya pengaruh pada perut, artinya orang yang menggunakan
inhaler tidaklah kenyang atau semakin kuat dengan menghirup
inhaler.
• Padahal alasan makan dan minum bisa membatalkan puasa adalah
karena alasan bisa mengenyangkan dan menguatkan tubuh.
• Begitu pula menghirup inhaler yang mengandung menthol, minyak
peppermint dan cajeput eucalyptol, tidaklah disebut makan dan
minum secara bahasa maupun secara ‘urf. Wallahu a’lam.
7. Obat kumur
• Obat kumur yang kuat rasanya tidak membatalkn puasa. Karena terkadang ada
antiseptiknya. Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya,

‫• هل يبطل الصوم باستعمال دواء الغرغرة ؟‬


• Apakah menggunakan obat kumur membatalkan puasa?
• Jawaban beliau,

‫ ولكن ال تفعله إالَّ إذا دعت احلاجة وال ُت ْف ِط ر به إذا مل يدخل جوفك‬، ‫• ال يبطل الصوم إذا مل يبتلعه‬
‫شيء منه‬
• Tidak batal puasanya selama tidak ada yang ditelan. Hanya saja, sebaiknya tidak
digunakan, kecuali jika dibutuhkan. Dan ini tidak membatalkan puasa, selama tidak
ada yang masuk ke perut.
• (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin jilid ke-19, Bab: Pembatal Puasa).
8. Obat pada luka
• Para ulama dahulu telah sepakat sesungguhnya sesuatu yang diletakkan di atas kulit
seperti krim, balsem, inai atau yang lainya di siang bulan Ramadhan termasuk obat
luka tidak membatalkan puasa, berdasarkan alasan-alasan berikut ini :
1. Sesungguhnya boleh bagi orang yang berpuasa mandi, padahal tubuhnya bersentuhan
dengan air, melembabkannya serta masuk ke pori-pori kulit. Oleh karena itu boleh juga
menggunakan yang semisalnya seperti minyak dan lain-lain.
2. Mengoleskan minyak di badan merupakan kebutuhan kebanyakan orang, seandainya
membatalkan puasa tentulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskannya.
Terlebih lagi badan dapat menyerap minyak, maka tatkala Beliau tidak menjelaskan,
menunjukkan bahwa itu adalah boleh.
3. Sesungguhnya  krim, balsem, yang dioleskan di atas kulit untuk pengobatan   tidak dapat
masuk ke lambung.
9. Menelan air liur atau dahak
• Maka dari itu, dalam hal menelan ludah dianggap tidak membatalkan
puasa dengan syarat yaitu:
1. Ludah belum keluar dari mulut (melewati bibir).
2. Ludah tersebut juga tidak tercampur dengan sesuatu yang lain dengan faktor
sengaja.

• Apabila ada sisa makanan di sela-sela gigi, Imam Nawawi menjalaskan


dalam al-Minhaj (hal. 76): 
• "Kalau seandainya ada sisa makanan di antara giginya kemudian
bercampur dengan ludahnya (dan tertelan) itu tidak membatalkan, jika
memang sulit untuk memisahkannya dan juga membuangnya”
WALLAHU ‘ALAM BIS SHAWAB

Anda mungkin juga menyukai