“Dan mereka berkata, ‘Mengapa Alquran ini tidak diturunkan kepada seorang
besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Tha’if) ini?’” (QS. Az-Zukhruf: 31)
Dan firman-Nya:
– Dia termasuk orang yang divonis masuk Neraka dengan firman Allah
Saudara yang lainnya adalah Abu Hudzaifah Ibnul Mughirah, salah seorang
dari empat orang termulia yang ikut mengambil ujung kain guna memikul
Hajar Aswad untuk dikembalikan ke tempatnya di Ka’bah yang mulia, sebagai
petunjuk dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum masa kenabian.
Agar pengamatan lebih luas dengan bentuk lebih jelas, marilah kita
berkenalan dengan sebagian kabar al-Walid dalam kehormatannya. Kita
masuk sedikit ke dalam jiwanya untuk mengenal bualannya.
Al-Walid Ibnul Mughirah merupakan salah seorang kaya dari Bani Makhzum
yang menjadi rujukan. Kun-yahnya Abu Abdi Syams, Quraisy memberikannya
julukan al-Idl sebagaimana dia dijuluki pula Al-Wahiid (satu-satuya) –satu-
satunya orang Arab- karena dia seorang diri yang membuat kiswah Ka’bah
pada suatu tahun, dan di tahun berikutnya dilakukan oleh seluruh kaum
Quraisy.
Dia adalah orang pertama yang melepaskan sepatu dan sandal saat akan
memasuki Ka’bah yang mulia di masa Jahiliyah, kemudian di masa Islam
orang-orang melepaskan sandal-sandal mereka.
Dikatakan, bahwa dia orang pertama yang mengharamkan khamr terhadap
dirinya di masa Jahiliyah dan memukul anaknya Hisyam karena meminumnya.
Al-Walid punya andil yang menonjol tatkala Ka’bah dihancurkan dan dibangun
kembali oleh Quraisy.
Beliau meminta batu itu didatangkan, lantas diletakkan di atas kain kemudian
berkata, “Hendaklah setiap suku mengambil bagian dari ujung kalin.”
Karena itu, suatu hari al-Walid Ibnul Mughirah berdiri seraya berkata,
“Akankah Alquran turun kepada Muhammad, sementara aku tidak
mendapatkannya, padahal aku pembesar Quraisy dan pemimpinnya?!
Mengenyampingkan Abu Mas’ud ats-Tsaqif, padahal kami dua orang
pembesar negeri –Mekah dan Tha’if-.” Maka Allah Subhanahu wa
Ta’ala menurunkan:
“Dan mereka berkata, ‘Mengapa Alquran ini tidak diturunkan kepada seorang
besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?’ Apakah mereka yang
membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka…” (QS. Az-Zukhruf: 31-32)
“Wahai Abu Thalib inilah ‘Ammarah Ibnul Walid, pemuda paling kuat di suku
Quraisy dan paling tampan. Ambillah dia untukmu dengan kecerdasan dan
pertolongannya, jadikanlah dia anakmu maka dia untukmu, dan serahkan
kepada kami anak saudaramu yang menyelisihi agamamu dan agama nenek
moyangmu, dia memecah belah kaummu juga membodohkan penalaran
mereka. Kami akan membunuhnya, dengan demikian seimbang, satu lelaki
ditukar satu lelaki.”
Abu Thalib berkata, “Demi Allah, alangkah buruk rayuan kalian! Akankah kalian
memberikan anak kalian kepadaku untuk kuberi makan sedangkan kalian
meminta anakku untuk kalian bunuh? Tidak, demi Allah hal ini tidak akan
terjadi selamanya.”
Taktik picisan ini tidak bermanfaat bagi al-Walid, untuk meredupkan dakwah
dan menghancurkannya. Dia beralih ke cara lain lebih ampuh guna meloloskan
diri dari apa yang dianggap aib dalam pandangan umum. Karena itu dia
berfikir dalam kejahatan, untuk memalingkan para delegasi Arab yang datang
ke Mekah untuk menunaikan haji. Berikut ini akan kita lihat sebagian dari
pendapatnya dan tipu dayanya yang mengakibatkan kesengsaraan.
Read more https://kisahmuslim.com/3412-kisah-kaum-durhaka-al-walid-bin-al-mughirah-
bagian-1.html
Hal ini merupakan salah satu perkara yang membuat gelisah menghinggapi
hati kaum musyrikin dan ketakutan mencekam mereka, tatkala musim haji
semakin dekat berkumpullah para pembesar yang beridiri dan orang-orang
yang dengki di Daarun Nadwah di bawah kepemimpinan Bani Makhzum yang
melampaui batas, Al-Walid Ibnul Mughirah. Dari segi umur dia sudah tua,
kepalanya telah beruban, sementara hatinya terbakar oleh api kedengkian.
Tatkala anggota yang hadir dalam majlis memenuhi jiwanya yang tergambar
dari raut wajahnya yang mendendam:
“Wahai bangsa Quraisy, sesungguhnya musim ini telah tiba, dan sebagaimana
kalian ketahui, para utusan dari orang-orang Arab dari segala penjuru telah
mendengar perkara teman kalian ini, maka bersatulah dalam satu pendapat
dan jangan bercerai-berai hingga kalian saling mendustakan antar sesama,
dan saling membantah antara sesama pula, akhirnya harapan kita menjadi
hancur.”
Al-Walid berkata, “Demi Allah, dia bukan tukang ramal, kita tahu bagaimana
tukang ramal itu.”
Orang-orang yang melampaui batas berkata, “Kita katakan dia itu gila.”
Si thaghut tua itu berkata, “Dia tidaklah gila, kita telah melihat bagaimana
penyakit gila, dia tidak menderita was-was, emosi, juga kegilaan.”
Para pembesar kufur dan syirik berkata, “Kalau begitu kita katakan dia itu
penyair.”
Para pembesar berkata saat kehabisan ungkapan, “Kita katakan dia tukang
sihir wahai Abu Abdi Syams.”
Setelah mengetahui ketidakmampuan mereka, Al-Walid berkata, “Wahai kaum
Quraisy, demi Allah dia bukan tukang sihir, kita telah melihat para penyihir dan
sihir mereka, dia bukanlah tiupan penyihir atau tali ikatan mereka.”
Tatkala hilang kesabaran dan habis kedengkian serta kebejatan mereka, hilang
pula cara berbuat kejahatan di otak mereka yang kosong, mereka berkata,
“Lantas apa yang akan kita katakan wahai Abu Abdi Syams?!”
Dia menjawab, “Demi Allah, pada perkataannya terdapat rasa manis, akar
pokoknya kelapangan, cabangnya bunga yang tumbuh, dan tidaklah kalian
mengarang sesuatu pun yang mirip, melainkan diketahui bahwasanya itu
bathil.”
Sungguh aneh orang-orang kafir yang semakin sesat padahal dengan otaknya
orang bisa mengambil petunjuk. Orang yang bertanya tentang kisah yang
diturunkan padanya yang mendatangi mereka dan meninggikannya.
Al-Walid merasa heran dan berkata, “Untuk apa wahai anak saudaraku?!”
Al-Walid berkata dengan kesal lagi menyombongkan diri, “Demi Allah, kaum
Quraisy mengetahui bahwa akulah orang yang kaya di antara mereka.”
Di sini Abu Jahal berkata dengan logat orang yang membela, “Wahai paman,
katakanlah mengenai Alquran kepada kaummu bahwa ia munkar dan engkau
membencinya.”
Al-Walid berkata, “Apa yang akan kukatakan?! Demi Allah, tidak ada di antara
kalian lelaki yang lebih mengetahui dan lebih luas wawasannya tentang syair
dariapdaku, dan demi Allah dia tidak mirip dengan syair sama sekali.”
Demi Allah berkata, “Apa yang akan kukatakan?! Demi Allah, tidak ada di
antara lelaki yang lebih mengetahui dan lebih luas wawasannya tentang syair
daripadaku, dan demi Allah dia tidak mirip dengan syair sama sekali.”
Demi Allah, perkataan yang diucapkannya adalah sesuatu yang manis, dia
memiliki keindahan, dan ada buah di atasnya, sementara di bawahnya lebat.
Sungguh, ia amat tinggi dan tiada tara, dia pun akan menghancurkan apa
yang di bawahnya.
Maka Abu Jahal berkata dengan logat yang buruk untuk membangkitkan
dasar-dasar kekufuran di hati Al-Walid yang paling dalam, “Demi Allah,
kaummu tidak rela terhadapmu sehingga engkau mengatakan komentar
buruk tentangnya.”
Menentang adalah jalan menuju dosa dan penipuan serta kejahatan paling
besar. Dia mengira bahwa kemuliaan hanyalah memakai baju yang bagus,
memakan makanan yang empuk. Sementara dia menjauhkn diri dari
kemuliaan akhlak, dan akhlak itu sendiri berlepas diri darinya. Alangkah
bagusnya orang itu berkata:
Read more https://kisahmuslim.com/3414-kisah-kaum-durhaka-al-walid-bin-
al-mughirah-bagian-2.html
Walhasil, mereka tidak mendapati jalan untuk membunuhnya. Hal itu sesuai
dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Dan Kami dihadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula),
dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat Melihat.” (QS.
Yaasiin: 9)
Al-Walid gagal dalam usahanya, hal ini menunjukkan sifat pengecut dan
kedengkiannya, dia kembali dengan tipu dayanya yang jelek, mencari jalan lain
yang dikiranya bisa mematikan Islam. Dia melakukan penawaran, dia berusaha
–menurut pengakuannya- untuk mencari titik temu antara Islam dengan
Jahiliyyah sehingga kedua belah pihak setuju, yakni mereka ingin jika
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan sebagian yang mereka tapaki.
“Maka, mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka
bersikap lunak (pula kepadamu).” (QS. Al-Qalam: 9)
Dan begitu banyak penawaran serta upaya yang dilakukan, salah satunya
dipimpin oleh kepala kekufuran Al-Walid Ibnul Mughirah.
“Wahai Muhammad, kami akan menyembah apa yang engkau sembah dan
engkau menyembah apa yang kami sembah, kita berbagi dalam hal ini. Jika
yang kami sembah lebih baik dari yang engkau sembah berarti engkau telah
mendapat bagian darinya.” Maka Allah menurunkan firman-Nya:
“Katakanlah: ‘Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan
aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku’.”
Allah memutuskan penawaran mereka yang lucu dan remeh dengan cara yang
tegas dan tajam. Allah menghinakan Al-Walid dan sahabatnya, mereka
memunculkan perkataan hina dan Allah meruntuhkan semua tipu daya
mereka.
Tamparan yang Pedih untuk Al-Walid
Utsman bin Madz’un termasuk orang yang pertama kali beriman, dia memeluk
Islam setelah 13 orang sebelumnya, dia ikut hijrah ke Habasyah pada hijrah
yang pertama, dia merupakan sosok yang selalu berpuasa, menegakkan shalat
dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sekembali dari hijrah, dia dilindungi oleh Al-Walid Ibnul Mughirah selama
berhari-hari, kemudian dia mengembalikan kepada Al-Walid jaminan
perlindungannya. Hal ini merupakan tamparan bagi kesombongan Al-Walid
yang ditiupkan setan melalui kedua sisinya. Setena bermain di semua sisi
hidupnya, terlebih Quraisy melihat Al-Walid dengan penghormatan dan
pengagungan.
“Wahai Abu Abdi Syams jaminanmu telah sempurna, aku kembalikan jaminan
perlindunganmu.”
Utsman berkata, “Tidak, akan tetapi aku rela dengan jaminan Allah, dan aku
tidak ingin meminta jaminan dari selain-Nya.”
Utsman berkata, “Dia benar, aku telah mendapatinya tepat janji dan
menampakkan kemuliaan dalam perlindungan, akan tetapi aku tidak ingin
meminta jaminan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan telah
kukembalikan kepadanya jaminannya.” Kemudian keduanya beranjak bubar
untuk mengurus urusannya masing-masing.
Read more https://kisahmuslim.com/3416-kisah-kaum-durhaka-al-walid-bin-
al-mughirah-bagian-3.html
Labid berkata,
Saat itu Al-Walid Ibnul Mughirah dekat dari keduanya, dia melihat apa yang
menimpa Utsman dan berkata, “Ketahuilah demi Allah, wahai putra saudaraku,
sesungguhnya matamu amat berharga untuk dianiaya seperti itu! Engkau
tadinya dalam tanggungan yang aman.”
Utsman berkata, “Tidak, demi Penguasa Baitul Haram (Allah), aku di sisi Dzat
yang lebih berwibawa darimu dan lebih kuasa wahai Abu Abdi Syams.”
Demikianlah dia, membawa bendera dusta dan ejekan serta cibiran terhadap
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia menjadi salah seorang pengejek
yang mengganggu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Allah telah
mencukpkan perkara mereka dan melenyapkan mereka sampai ke akar-
akarnya.
Lewatlah Al-Walid bin Mughirah, lalu Jibril menunjuk ke talapak kakinya yang
menderita penyakit menahun akan tetapi ia menutupinya dengan menjulurkan
kain sampai menyapu ta-nab (isbal). Ceritanya, suatu ketika ia melewati
seorang dari Bani Khuza’ah yang sedang mengasah anak panah, lalu ada
bagian dari sayatan tadi yang hinggap di sarungnya kemudian tersapu oleh
bagian bawah dari sarungnya, lalu diinjaknya dengan tidak sengaja, hingga
masuk menancap di bawah mata kakinya. Kemudian kakinya tadi
membengkak dan ia mati karenanya.
Lewatlah Al-‘Ash bin Wa’il, dia mengisyaratkan kepada Dagian bawah kakinya,
dia keluar menunggang keledai mefiuju Tha’if. Bagian kakinya terkena pohon
berduri, duri itu masuk telapak kakinya yang bawah hingga membunuhnya.
Cukuplah bagi orang-orang yang mengejek dan berapa banyak kaum yang
menyakiti Nabinya dengan pelecehan. Mereka menuduhnya dengan tuduhan
dari halaman rumah yang di dalamnya terdapat kelapangan bagi orang-orang
zhalim. Ada lima orang yang mereka semua ditimpa penyakit. Dan kematian
dengan salah satu bala tentaranya adalah penyakit. Al-Aswad bin Mutthalib
terkena musibah berupa kebutaan yang mematikan. Dan Al-Aswad bin
Yaghuts tertimpa gelas yang diminumnya telah menghantarkan pada
kematiannya. Al walid terkoyak-koyak panah. Suatu hal yang tidak sanggup
dilakukan oleh ular yang berbintik-bintik. Duri di atas jantung telah
menghabisi Al-Ash. Maka bagi Allah kekuasaan menyiksa dengan pernatara
itu. Dan Al-Harits yang jelek telah meleleh kepalanya, dan itulah wadah yang
paling buruk. Dengan terbunuhnya mereka, bumi menjadi suci. Maka hilanglah
penderitaan dengan tersingkirnya penghalang.
Yang patut disebutkan bahwa Al-Walid Ibnul Mughirah meninggal dalam usia
95 tahun, dan kematiannya sekitar tiga bulan setelah hijrah, ia dimakamkan di
Al-Hujun Mekah.
Ketahuilah, jangan ada orang yang yang menghisap asap dengan kuda.
Dia menginfakkan untuk sekali haji, dua puluh ribu lebih, dia tidak hanya
memberi orang miskin satu dirham. Dan orang-orang Arab badui
mengistimewakan kebaikannya yang dibuat-buat untuk disebut-sebut.
“Dan Aku iadikan baginya harta benda yang banyak, Dan anak-anak yang
selalu bersama Dia.” (QS. AI-Muddatsir: 12-13)
Al-Walid -sebagaimana kita amati dalam dua ayat tadi telah Allah Subhanahu
wa Ta’ala gambarkan dengan gambaran yang baik, Allah telah mengaruniakan
nikmat yang melimpah, Allah menjadikan bermacam-macam harta yang
melimpah bagi Al-Walid, Allah mengaruniakan anak yang banyak, lagi
mengelilinginya, dia menyayangi mereka, dia gembira dengan keberadaan
mereka yang selalu di dekatnya, dia selalu tenang dengan melihat mereka.
Mereka pun menjadi kaya dengan kekayaan ayahnya, mereka tidak butuh
merantau untuk mendapatkan mata pencaharian.
Yang terpenting, bahwa tiga orang dari mereka masuk Islam, yaitu: Khalid,
Hisyam dan AI-Walid.’”
Para Mufassir sepakat, banyak ayat turun yang memberitakan AI-Walid akan
masuk Neraka, menyifatinya dengan sifat paling buruk, perkataan dusta dan
berbohong terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam.
“(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-
orang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Al-Muddatstsir: 88-89)
Read more https://kisahmuslim.com/3418-kisah-kaum-durhaka-al-walid-bin-
al-mughirah-bagian-4-selesai.html