Aliansi al-Wahhab-al-Sa`ud
Reaksi Konstantinopel
DAFTAR BACAAN
Muhammad Ikhsan
Pengantar
Indonesia nampaknya memang akan selalu menjadi lahan subur lahir dan
tumbuhnya berbagai gerakan Islam dengan berbagai ragamnya; baik yang
hanya sekedar perpanjangan tangan dari gerakan yang sebelumnya telah ada,
ataupun yang dapat dikategorikan sebagai gerakan yang benar-benar baru. Dan
sejarah pergerakan Islam Indonesia benar-benar telah menjadi saksi mata
terhadap kenyataan itu selama beberapa kurun waktu lamanya.
Dan kini, di era modern ini, mata sejarah semakin dimanjakan oleh kenyataan
itu dengan tumbuhnya aneka gerakan Islam modern yang masing-masing
menyimpan keunikannya tersendiri. Jagat pergerakan Islam Indonesia modern
tidak hanya diramaikan oleh organisasi semacam Muhammadiyah dan NU, tapi
disana ada pemain-pemain baru yang juga secara perlahan namun pasti- mulai
menanamkan pengaruhnya. Mulai dari yang mengandalkan perjuangan politis
hingga yang lebih memilih jalur gerakan sosial-kemasyarakatan.
Salah satu gerakan Islam tersebut adalah yang menyebut diri mereka sebagai
Salafi atau Salafiyah. Salah satu peristiwa fenomenal gerakan ini yang sempat
menghebohkan adalah kelahiran Laskar Jihad yang dimotori oleh Jafar Umar
Thalib pada 6 April 2000 pasca meletusnya konflik bernuansa SARA di Ambon
dan Poso.[1]
Tulisan singkat ini akan mencoba mengulas sejarah dan ide-ide penting gerakan
ini, sekaligus memberikan beberapa catatan kritis yang diharapkan dapat
bermanfaat tidak hanya bagi gerakan ini namun juga bagi semua gerakan Islam
di Tanah Air.
Kata Salafi adalah sebuah bentuk penisbatan kepada al-Salaf. Kata al-Salaf
sendiri secara bahasa bermakna orang-orang yang mendahului atau hidup
sebelum zaman kita.[2] Adapun makna al-Salaf secara terminologis yang
dimaksud di sini adalah generasi yang dibatasi oleh sebuah penjelasan
Rasulullah saw dalam haditsnya:
Berdasarkan hadits ini, maka yang dimaksud dengan al-Salaf adalah para
sahabat Nabi saw, kemudian tabiin, lalu atba al-tabiin. Karena itu, ketiga kurun
ini kemudian dikenal juga dengan sebutan al-Qurun al-Mufadhdhalah (kurun-
kurun yang mendapatkan keutamaan).[3] Sebagian ulama kemudian
menambahkan label al-Shalih (menjadi al-Salaf al-Shalih) untuk memberikan
karakter pembeda dengan pendahulu kita yang lain.[4] Sehingga seorang salafi
berarti seorang yang mengaku mengikuti jalan para sahabat Nabi saw, tabiin
dan atba al-tabiin dalam seluruh sisi ajaran dan pemahaman mereka.[5]
Sampai di sini nampak jelas bahwa sebenarnya tidak masalah yang berarti
dengan paham Salafiyah ini, karena pada dasarnya setiap muslim akan
mengakui legalitas kedudukan para sahabat Nabi saw dan dua generasi terbaik
umat Islam sesudahnya itu; tabiin dan atba al-tabiin. Atau dengan kata lain
seorang muslim manapun sebenarnya sedikit-banyak memiliki kadar kesalafian
dalam dirinya meskipun ia tidak pernah menggembar-gemborkan pengakuan
bahwa ia seorang salafi. Sebagaimana juga pengakuan kesalafian seseorang
juga tidak pernah dapat menjadi jaminan bahwa ia benar-benar mengikuti jejak
para al-Salaf al-Shalih, dan menurut penulis- ini sama persis dengan pengakuan
kemusliman siapapun yang terkadang lebih sering berhenti pada taraf
pengakuan belaka.
Ala kulli hal, penggunaan istilah Salafi ini secara khusus mengarah pada
kelompok gerakan Islam tertentu setelah maraknya apa yang disebut
Kebangkitan Islam di Abad 15 Hijriyah. Terutama yang berkembang di Tanah
Air, mereka memiliki beberapa ide dan karakter yang khas yang kemudian
membedakannya dengan gerakan pembaruan Islam lainnya.
Disamping itu, ide pembaruan ini secara relatif juga kemudian memberikan
pengaruh pada gerakan-gerakan Islam modern yang lahir kemudian, seperti
Muhammadiyah, PERSIS, dan Al-Irsyad. Kembali kepada al-Quran dan al-
Sunnah serta pemberantasan takhayul, bidah dan khurafat kemudian menjadi
semacam isu mendasar yang diusung oleh gerakan-gerakan ini. Meskipun satu
hal yang patut dicatat bahwa nampaknya gerakan-gerakan ini tidak sepenuhnya
mengambil apalagi menjalankan ide-ide yang dibawa oleh gerakan purifikasi
Muhammad ibn Abd al-Wahhab. Apalagi dengan munculnya ide pembaruan lain
yang datang belakangan, seperti ide liberalisasi Islam yang nyaris dapat
dikatakan telah menempati posisinya di setiap gerakan tersebut.
Ketika saya belajar agama di Pakistan antara tahun 1986 s/d 1987, saya melihat
betapa kaum muslimin di dunia ini tercerai berai dalam berbagai kelompok aliran
pemahaman. Saya sedih dan sedih melihat kenyataan pahit ini. Ketika saya
masuk ke medan jihad fi sabilillah di Afghanistan antara tahun tahun 1987 s/d
1989, saya melihat semangat perpecahan di kalangan kaum muslimin dengan
mengunggulkan pimpinan masing-masing serta menjatuhkan tokoh-tokoh lain
Di tahun-tahun jihad fi sabilillah itu saya mulai berkenalan dengan para pemuda
dari Yaman dan Surian yang kemudian mereka memperkenalkan kepada saya
pemahaman Salafus Shalih Ahlus Sunnah wal Jamaah. Saya mulai kenal dari
mereka seorang tokoh dakwah Salafiyah bernama Al-Allamah Muqbil bin Hadi Al-
Wadii
Di samping Jafar Thalib, terdapat beberapa tokoh lain yang dapat dikatakan
sebagai penggerak awal Gerakan Salafi Modern di Indonesia, seperti: Yazid Abdul
Qadir Jawwaz (Bogor), Abdul Hakim Abdat (Jakarta), Muhammad Umar As-Sewed
(Solo), Ahmad Fais Asifuddin (Solo), dan Abu Nida (Yogyakarta). Nama-nama ini
bahkan kemudian tergabung dalam dewan redaksi Majalah As-Sunnah majalah
Gerakan Salafi Modern pertama di Indonesia-, sebelum kemudian mereka
berpecah beberapa tahun kemudian.
Tentu ada tokoh-tokoh lain selain ketiganya, namun ketiga tokoh ini dapat
dikatakan sebagai sumber inspirasi utama gerakan ini. Dan jika dikerucutkan
lebih jauh, maka tokoh kedua dan ketiga secara lebih khusus banyak berperan
dalam pembentukan karakter gerakan ini di Indonesia. Ide-ide yang berkembang
di kalangan Salafi modern tidak jauh berputar dari arahan, ajaran dan fatwa
kedua tokoh tersebut; Syekh Rabi al-Madkhaly dan Syekh Muqbil al-Wadiiy.
Kedua tokoh inilah yang kemudian memberikan pengaruh besar terhadap
munculnya gerakan Salafi ekstrem, atau meminjam istilah Abu Abdirrahman al-
Thalibi- gerakan Salafi Yamani.[10]
Pertanyaan paling mendasar yang muncul kemudian adalah apa yang menjadi
ide penting atau karakter khas gerakan ini dibanding gerakan lainnya yang
disebutkan sedikit-banyak terpengaruh dengan ide purifikasi Muhammad ibn
Abd al-Wahhab di Jazirah Arabia?
Setidaknya ada beberapa ide penting dan khas gerakan Salafi Modern dengan
gerakan-gerakan tersebut, yaitu:
Sebagai sebuah gerakan purifikasi Islam, isu bidah tentu menjadi hal yang
mendapatkan perhatian gerakan ini secara khusus. Upaya-upaya yang mereka
kerahkan salah satunya terpusat pada usaha keras untuk mengkritisi dan
membersihkan ragam bidah yang selama ini diyakini dan diamalkan oleh
berbagai lapisan masyarakat Islam. Dan sebagai sebuah upaya meminimalisir
kebidahan, para ulama Ahl al-Sunnah menyepakati sebuah mekanisme yang
dikenal dengan hajr al-mubtadi atau pengisoliran terhadap mubtadi. [15] Dan
tentu saja, semua gerakan salafi sepakat akan hal ini.
b. Apa yang disepakati suara terbanyak itulah yang dianggap sah, meskipun
bertentangan dengan agama atau aturan Allah dan Rasul-Nya.
c. Pemilu adalah tuduhan tidak langsung kepada islam bahwa ia tidak mampu
menciptakan masyarakat yang adil sehingga membutuhkan sistem lain.
d. Partai-partai Islam tidak punya pilihan selain mengikuti aturan yang ada,
meskipun aturan itu bertentangan dengan Islam.
Berbeda dengan Salafi Haraki yang cenderung menganggap masalah ini sebagai
persoalan ijtihadiyah belaka. Dalam sebuah tulisan bertajuk al-Musyarakah fi al-
Intikhabat al-Barlamaniyah yang dimuat oleh situs islamtoday.com (salah satu
situs yang dianggap sering menjadi rujukan mereka dikelola oleh DR. Salman ibn
Fahd al-Audah) misalnya, dipaparkan bahwa sistem peralihan dan penyematan
kekuasaan dalam Islam tidak memiliki sistem yang baku. Karena itu, tidak
menutup mungkin untuk mengadopsi sistem pemilu yang ada di Barat setelah
memodifikasinya agar sesuai dengan prinsip-prinsip politik Islam. Alasan
utamanya adalah karena hal itu tidak lebih dari sebuah bagian adminstratif
belaka yang memungkinkan kita untuk mengadopsinya dari manapun selama
mendatangkan mashlahat.[19] Maka tidak mengherankan jika salah satu ormas
yang dianggap sebagai salah satu representasi faksi ini, Wahdah Islamiyah,
mengeluarkan keputusan yang menginstruksikan anggotanya untuk ikut serta
dalam menggunakan hak pilihnya dalam pemilu-pemilu yang lalu.[20]
Sepengetahuan penulis, fenomena ini bisa dibilang baru mengingat pada masa-
masa sebelumnya beberapa tokoh Ikhwan seperti Syekh Muhammad al-Ghazali
dan DR. Yusuf al-Qaradhawi pernah menjadi anggota dewan pendiri Islamic
University di Madinah, dan banyak tokoh Ikhwan lainnya yang diangkat menjadi
dosen di berbagai universitas Saudi Arabia. Dalam berbagai penulisan ilmiah
termasuk itu tesis dan disertasi- pun karya-karya tokoh Ikhwan termasuk Fi
Zhilal al-Quran yang dikritik habis oleh DR. Rabi al-Madkhali- sering dijadikan
rujukan. Bahkan Syekh Bin Baz Mufti Saudi waktu itu- pernah mengirimkan surat
kepada Presiden Mesir, Gamal Abdul Naser untuk mencabut keputusan hukuman
mati terhadap Sayyid Quthb.[23]
Dan jauh sebelum itu, Jafar Umar Thalib juga melontarkan celaan yang sangat
keras terhadap DR. Yusuf al-Qaradhawy salah seorang tokoh penting Ikhwanul
Muslimin masa kini- dengan menyebutnya sebagai aduwullah (musuh Allah) dan
Yusuf al-Qurazhi (penisbatan kepada salah satu kabilah Yahudi di Madinah, Bani
Quraizhah). Meskipun kemudian ia dikritik oleh gurunya sendiri, Syekh Muqbil di
Yaman, yang kemudian mengganti celaan itu dengan mengatakan: Yusuf al-
Qaradha (Yusuf Sang penggunting syariat Islam).[25] Di Indonesia sendiri, sikap
ini berimbas kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dianggap sebagai
representasi Ikhwanul Muslimin di Indonesia.
Secara umum, ada beberapa hal yang dianggap sebagai penyimpangan oleh
kalangan Salafi Yamani dalam tubuh Ikhwanul Muslimin, diantaranya:
Berbeda dengan yang disebut Salafi Haraki, mereka cenderung kooperatif dalam
melihat gerakan-gerakan Islam yang ada dalam bingkai nataawan fima
ittafaqna alaih, wa natanashahu fima ikhtalafna fihi.[29] Karena itu, faksi ini
cenderung lebih mudah memahami bahkan berinteraksi dengan kelompok lain,
termasuk misalnya Ikhwanul Muslimin. Meskipun untuk itu kelompok inipun
harus rela diberi cap Sururi oleh kelompok Salafi Yamani. Yayasan Al-Sofwa,
misalnya, masih mengakomodir kaset-kaset ceramah beberapa tokoh PKS seperti
DR.Ahzami Samiun Jazuli.[30]
Secara umum, Sururi atau Sururiyah adalah label yang disematkan kalangan
Salafi Yamani terhadap Salafi Haraki yang dianggap mencampur-adukkan
berbagai manhaj gerakan Islam dengan manhaj salaf. Kata Sururiyah sendiri
adalah penisbatan kepada Muhammad Surur bin Zainal Abidin. Tokoh ini
dianggap sebagai pelopor paham yang mengadopsi dan menggabungkan ajaran
Salafi dengan Ikhwanul Muslimin. Disamping Muhammad Surur, nama-nama lain
yang sering dimasukkan dalam kelompok ini adalah DR. Safar ibn Abdirrahman
al-Hawali, DR. Salman ibn Fahd Al-Audah keduanya di Saudi- dan Abdurrahman
Abdul Khaliq dari Jamiyyah Ihya al-Turats di Kuwait.
Ada sekelompok orang yang mengikuti kaidah salaf dalam perkara Asma dan
Sifat Allah, iman dan taqdir. Tapi, ada salah satu prinsip mereka yang sangat
fatal yaitu mengkafirkan kaum muslimin. Mereka terpengaruh oleh prinsip
Ikhwanul Muslimin. Pelopor aliran ini bernama Muhammad bin Surur.
Muhammad bin Surur yang lahir di Suriah dahulunya adalah Ikhwanul Muslimin.
Kemudian ia menyempal dari jamaah sesat ini dan membangun gerakannya
sendiri berdasarkan pemikiran-pemikiran Sayyid Quthub (misalnya masalah
demonstrasi, kudeta dan yang sejenisnya)[32]
Tak ada hubungan antara tokoh-tokoh itu dengan para ulama Ahlus Sunnah.
Bahkan semua orang tahu bahwa antara mereka berbeda dalam hal manhaj
(metodologi). Tokoh-tokoh itu berideologikan Quthbiyyah, Sururiyah, dan
Kharijiyah[35]
Kemudian dilanjutkan tongkat estafet ini oleh para ruwaibidhah (sebutan lain
untuk Khawarij -pen) masa kini semacam Dr. Safar Al-Hawali, Salman Al-Audah
dan sang jagoan konyol Usamah bin Laden. Sementara Imam Samudra hanyalah
salah satu bagian kecil saja dari sindikat terorisme yang ada di Indonesia. Kami
katakan ini karena di atas Imam Samudra masih ada tokoh-tokoh khawarij
Indonesia yang lebih senior seperti: Abdullah Sungkar alias Ustadz Abdul Halim,
Abu Bakar Baasyir alias Ustadz Abdush Shamad.[36]
Pernyataan ini disebabkan karena tokoh-tokoh yang dimaksud dikenal sebagai
orang-orang yang gigih melontarkan kritik pedas terhadap pemerintah Kerajaan
Saudi Arabia terutama dalam kasus penempatan pangkalan militer AS di sana.
Sementara dua nama terakhir dikenal sebagai orang-orang yang gigih
memformalisasikan syariat Islam di Indonesia.
Sebagai konsekwensi dari prinsip ini, maka muncul kesan bahwa kaum Salafi
cenderung enggan melontarkan kritik terhadap pemerintah. Meskipun
sesungguhnya manhaj al-Salaf sendiri memberikan peluang untuk itu meskipun
dibatasi secara empat mata dengan sang penguasa.
Namun pada prakteknya kemudian, ternyata prinsip inipun sedikit banyak telah
dilanggar oleh mereka sendiri. Abu Abdirrahman al-Thalibi misalnya yang
menulis kritik tajam terhadap gerakan ini- menyebutkan salah satu
penyimpangan Salafi Yamani: Sikap Melawan Pemerintah. Ia menulis:
Tanggal 6 April 2000, mereka mengadakan tabligh akbar di Senayan, tak lama
kemudian mereka berdemo di sekitar Istana Negara dimana Abdurrahman Wahid
sedang berada di dalamnya. Kenyataan yang sangat mengherankan, mereka
bergerak secara massal dengan membawa senjata-senjata tajam. Belum pernah
Istana Negara RI didemo oleh orang-orang bersenjata, kecuali dalam peristiwa di
atas. Masih bisa dimaklumi, meskipun melanggar hukum, jika yang
melakukannya adalah anggota partai komunis yang dikenal menghalalkan
kekerasan, tetapi perbuatan itu justru dilakukan oleh para pemuda yang
mewarisi manhaj Salafus Shalih. Masya Allah, Salafus Shalih mana yang mereka
maksudkan?[37]
Hal lain lagi adalah bahwa hingga kini mereka masih saja melancarkan kritik
yang pedas terhadap Partai Keadilan Sejahtera yang dianggap sebagai bagian
dari Ikhwanul Muslimin di Indonesia-. Namun kenyataannya sekarang bahwa
Partai ini telah menjadi bagian dari pemerintahan Indonesia yang sah. Beberapa
anggota mereka duduk sebagai anggota parlemen, ada yang menjadi menteri
dalam kabinet, bahkan mantan ketuanya, Hidayat Nur Wahid saat ini menjabat
sebagai Ketua MPR-RI. Bukankah berdasarkan kaidah yang selama ini mereka
gunakan, kritik pedas mereka terhadap PKS dapat dikategorikan sebagai
tindakan khuruj atas pemerintah?
Kalimat mungkin dapat dijadikan sebagai bukti fase baru perkembangan gerakan
Salafi di Indonesia. Setelah sebelumnya dijelaskan bahwa dalam perjalanannya
gerakan ini terbagi menjadi setidaknya 2 faksi: Yamani dan haraki, maka
setidaknya sejak dewan eksekutif FKAWJ membubarkan FKAWJ dan Laskar Jihad
pada pertengahan Oktober 2002, ada hembusan angin perubahan yang sangat
signifikan di tubuh gerakan ini. Salafi Yamani ternyata kemudian berpecah
menjadi 2 kelompok: yang pro Jafar dan yang kontra terhadapnya.
Jafar Umar Thalib sejak saat itu dapat dikatakan menjadi bulan-bulanan
kelompok eks Laskar Jihad yang kontra dengannya. Apalagi setelah DR.Rabi al-
Madkhali ulama yang dulu sering ia jadikan rujukan fatwa- justru mengeluarkan
tahdzir terhadapnya. Pesantrennya di Yogyakarta pun mulai ditinggalkan oleh
mereka yang dulu menjadi murid-muridnya.
Karena itu, Qomar ZA redaktur majalah Asy-Syariah yang dulu adalah murid
Jafar Umar Thalib- menulis artikel pendek berjudul Jafar Umar Thalib Telah
Meninggalkan Kita.[38] Di sana antara lain ia menulis:
Adapun sekarang betapa jauh keadaannya dari yang dulu (Jafar Umar Thalib,
red). Jangankan majlis yang engkau tidak mau menghadirinya saat itu, bahkan
sekarang majlis dzikirnya Arifin Ilham kamu hadiri, mejlis Refleksi Satu Hati
dengan para pendeta dan biksu kamu hadiri (di UGM, red), majlis dalam
peresmian pesantren Tawwabin yang diprakarsai oleh Habib Riziq Syihab, Abu
Bakar Baasyir Majelis Mujahidin Indonesia dan lain-lain. Kamu hadiri juga
peringatan Isra Miraj sebagaimana dinukil dalam majalah Sabili dan banyak
lagi
Apakah gurumu yang sampai saat ini kamu suka menebeng di belakangnya yaitu
Syekh Muqbil, semoga Allah merahmatinya, akan tetap memujimu dengan
keadaanmu yang semacam ini??
Asy-Syaikh Rabi berkata: Dan saya katakan: Dialah yang meninggalkan kalian
dan meninggalkan manhaj ini (manhaj Ahlus Sunnah)
Penutup
1. Diperlukan kajian yang komperhensif tentang sejarah masa lalu ummat Islam,
dan termasuk didalamnya sejarah generasi As-Salaf Ash-Shalih yang menjadi
panutan semua gerakan Islam tentu saja dengan kadar yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lain-. Dan khusus untuk pendukung gerakan Salafi ini,
ada banyak sisi kehidupan As-Salaf yang mungkin terlupakan; seperti:
kesantunan dan kearifan dalam menyikapi perbedaan yang masih mungkin
untuk ditolerir, serta bersikap proporsional dan adil dalam menyikapi kesalahan
atau kekeliruan pihak lain.
2. Salah satu kesalahan utama pendukung gerakan ini khususnya Salafi Yamani-
adalah ketidaktepatan dalam menyimpulkan apakah sesuatu itu dapat
dikategorikan sebagai manhaj baku kalangan As-Salaf atau bukan. Dalam kasus
di lapangan, seringkali karakter pribadi seorang ulama dianggap sebagai bagian
dari manhaj Salafi. Padahal kita semua memahami bahwa setiap orang memiliki
tabiat dasar yang nyaris berbeda. Jika Abu Bakr dikenal dengan kelembutannya,
maka Umar dikenal dengan ketegasannya. Berbeda lagi dengan Abu Dzar yang
keteguhan prinsipnya membuat dia lebih cocok hidup sendiri daripada terlalu
banyak melakukan interaksi sosial.
Akhirnya, memang tidak ada gading yang tak retak. Setiap anak Adam itu
berpotensi melakukan kesalahan, namun sebaik-baik orang yang selalu terjatuh
dalam kesalahan adalah yang selalu bertaubat dan menyadari kesalahannya,
kata Nabi saw. Setiap gerakan sudah tentu memiliki sisi positif dan negatif. Yang
terbaik pada akhirnya adalah yang mampu meminimalisir sisi negatifnya dan
semakin hari memiliki perubahan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Wallahul muwaqqiq!
Sumber: Salafy Indonesia
Sejarah Wahabi
===========================
Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul
Wahab
(lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah seorang
pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan diantara
negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India dan Syam. Kemudian
pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris
bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah.
Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya.
Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di
tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Bahai. Bahkan Muhammad bin Abdul
Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan
alirannya Wahabi.
Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah
kelompok terbesar. Allah berfirman : Dan barang siapa yang menentang Rasul
sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-
orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami
masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali (QS: An-Nisa 115)
Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah
mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur,
maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan ahlussunnah
wal jamaah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa
alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan
kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.
Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab,
Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan?
Dengan segera dia menjawab, Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu
orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan
orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir RamadhanLelaki itu
bertanya lagi ,Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu person pun dari
jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut?
Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya
pengikutmu saja yang muslim? Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun
terdiam seribu bahasa. Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak
menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu.
Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme paling punya andil
dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs sejarah itu bisa
mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada bulan Juli yang lalu, Sami
Angawi, pakar arsitektur Islam di wilayah tersebut mengatakan bahwa beberapa
bangunan dari era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi bangunan berumur
1.400 tahun Itu akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang menjadi tujuan
ziarah jamaah haji dan umrah.
Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian
bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun tempat parkir, katanya
kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah di
Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Bahkan sebagian
besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada
1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan
Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis,
Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim
pada penyembahan berhala.
Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka
banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasul
SAW. Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala Wahabi.
Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari
seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-
peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya
dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan bangga mereka menunjukkan
bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, tidak
diragukan lagi ini merupakan pelenyapan bukti sejarah yang akan menimbulkan
suatu keraguan di kemudian hari.
Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim,
mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang
cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan
mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bidah. Itulah ucapan yang selalu
didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para
ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini mereka
menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang
menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.
Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu
dan Budha, padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri
ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya?
Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang kafir saja tak bakal mampu,
apalagi mau menambah 10 % sisanya. Justru mereka dengan mudahnya
mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada Allah SWT. Jika
bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk
berdakwah ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum
wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau
masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).
Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham
yang hanya berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah. Mereka berdalih
mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang
selamat dan sebagainya, itu semua omong kosong belaka. Mereka telah
menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di
Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang
dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri
dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun
mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun
1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bid'ah, padahal
bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama bidah? Karena nama negeri
Rasulullah SAW diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham
wahabi yaitu As-Saud.
Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini
dalam beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW dalam
memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah
shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan
lainnya. Diantaranya: Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari
arah sana, sambil menunjuk ke arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul
Fitan)
Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Quran
namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati),
mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka
tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya,
tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul). (HR Bukhori no 7123, Juz 6 hal
20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu
Hibban
Nabi SAW pernah berdoa: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam
dan Yaman, Para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau
berdoa: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan pada
yang ketiga kalinya beliau SAW bersabda: Di sana (Najed) akan ada
keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk syaitan, Dalam
riwayat lain dua tanduk syaitan.
BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad
bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi menyebutkan bahwa orang
yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai
sabda Nabi SAW yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah
timur (Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-
Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab.
Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang ulama?
mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: Ba'daa halaakul khobiits (Telah
nyata kebinasaan Orang yang Keji) (Masun Said Alwy)
================================================
=========
Sumber :http://sholawatan-harlen-geovanov.blogspot.com/2011/04/sejarah-
wahabi.html#more
Saya rasa, rumah-rumah setiap muslim perlu dihiasi dengan buku penting
seperti ini, agar anak-anak mereka juga turut membacanya, untuk membentengi
mereka dengan pemahaman yang lurus. Islam adalah agama yang lembut,
santun dan penuh kasih sayang. (Ust. H. Muhammad Arifin Ilham, Pimpinan
Majelis Zikir az-Zikra)
Orang-orang Salafi Wahabi cenderung beringas dan ganas alias haus darah.
Telah terjadi pembantaian umat Islam di mana-mana. Anehnya mereka
melakukannya atas nama agama dan ajaran tauhid yang mereka bawa. Simak
bagaimana paparan Lotsky,Pada periode itu fenomena kepala-kepala terputus
dari umat Islam yang dituduh menolak faham wahabi sangat banyak
(bergelimpangan di mana-mana), belum lagi fenomena pemotongan tangan,
kaki, pemusnahan, dan penyiksaan jasmani dan rohani.[1]
Bahkan ketika itu MIAW jelas-jelas menuduh penduduk Najd yang bersyahadat
dengan sebutan kafir. Mereka semua (penduduk Najd) adalah kafir, darah
mereka halal. Begitu juga dengan wanita-wanita mereka, segala harta milik
mereka (adalah halal untuk dijarah). Karena, orang Islam adalah orang yang
percaya dengan sunnah Muhammad ibnu Abdul Wahab dan Muhammad ibnu
Saud.[3]
Sebuah perjanjian resmi antara pihak Wahabi (ditandatangani oleh Raja Abdul
Aziz) dan Kerajaan Inggris. Aku berikrar dan mengakui seribu kali kepada Sir
Percy Cox wakil Britania Raya, tidak ada halangan bagiku (sama sekali) untuk
memberikan Palestina kepada Yahudi atau yang lainnya sesuai keinginan Inggris,
yang mana aku tidak akan keluar dari keinginan Inggris sampai hari kiamat.[8]
Wallahu warasuluhu alam bish shawab
BERSAMBUNG..
Notes :
[1] Vladimir Borisovich Lotsky: Tarikh al-Aqthar al-arabiyah al-Hadist, Dar al-
Farabi, Beirut 2007, h. 179
[2] Ahmad ibnu Zaini Dahlan: ad-Durar as-Saniyyah fil ar-Radd ala al-Wahabiyah,
h. 57
[4] Ibnu Bisyir;Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, Darat al-Malik Abdul Aziz, cet. Ke-4,
1982, jilid 1, h. 257
[5] Ahmad ibnu Zaini Dahlan: Umara al-Balad al-Haram, ad-Dar al-Muttahida Lin-
Nasyr, h. 297-298
[6] Ibnu Bisyir;Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, Darat al-Malik Abdul Aziz, cet. Ke-4,
1982, jilid 1, h. 135-137
Pertama dakwah Nabi adalah Tauhid. Menyeru manusia agar menyembah Allah.
Membuat manusia bersaksi: Tidak ada Tuhan selain Allah.
Setelah 3 tahun, turun surat al Hijr : 94, yang memerintahkan Rasulullah untuk
berdakwah secara terang-terangan dan terbuka. Di tahap ini kaum kafir mulai
memerangi dan menganiayah Rasulullah dan para sahabatnya. Ini adalah
periode yang paling berat dan menakutkan di antara seluruh tahapan dakwah.
Bahkan sebagian sahabat yang dipimpin oleh Jafar bi Abi Thalib diperintahkan
oleh rasul untuk melakukan hijrah ke Habsyi. Sementara Rasulullah dan sahabat
yang lain terus melakukan dakwah dan mendatangi para ketua kabilah atau
ketua suku baik itu suku yang ada di Mekkah maupun yang ada di luar Mekkah.
Terutama ketika musim haji, dimana banyak suku dan ketua sukunya datang ke
Mekkah untuk melakukan ibadah haji. Rasulullah mendatangi dan mengajak
mereka masuk Islam atau minimal memberikan dukungan terhadap perjuangan
Nabi.
Saat kondisi amat membahayakan, para sahabat dan Nabi pun hijrah ke
Madinah. Ini agar tidak terjadi pertumpahan darah yang tidak perlu. Bisa saja
Nabi melawan/berontak karena beberapa sahabat seperti Abu Bakar,
Abdurrahman bin Auf, Umar, dsb adalah bangsawan yang terpandang dan juga
cukup disegani. Tapi itu akan menimbulkan korban jiwa baik di kalangan Islam
mau pun orang-orang kafir yang jadi target dakwah Nabi. Pada akhirnya, orang-
orang kafir ini akan masuk Islam dengan cara yang damai lewat Futuh Mekkah.
Jadi Islam amat menghargai nyawa manusia.
Saat orang2 kafir Musyrik di Thaif menolak dakwah Nabi bahkan menimpuki
Nabi, Malaikat menawarkan Nabi untuk melaknat dan membunuh mereka
dengan menjatuhkan gunung ke kaum tsb, Nabi menolaknya. Siapa tahu
keturunan mereka akan jadi Muslim yang baik.
Sebab, sejatinya dakwah adalah menyeru dan mengajak umat manusia untuk
menjadi lebih baik. Bukan menakut-nakuti mereka dengan berbagai ancaman.
Dalam Alquran, Allah SWT memberikan tuntunan berdakwah dengan tiga cara,
yakni bil hikmah, mauizhotil hasanah wa jaadilhum billati hiya ahsan.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (QS An-Nahl: 125).
Bahkan terhadap Firaun yang super Kafir karena mengaku Tuhan dan paling
zalim sekalipun Allah memerintahkan Nabi Musa untuk berdakwah kepada
Firaun dengan baik. Padahal Firaun ini zalimnya luar biasa karena sudah
membunuh banyak bayi lelaki dan ingin membunuh Nabi Musa dan pengikutnya.
Allah tidak memerintahkan Nabi Musa membunuh Firaun atau pun Bughot
karena kekafiran dan kezaliman Firaun. Jadi aneh jika zaman sekarang ada yang
membantai puluhan ribu manusia dengan alasan si Fulan yang sebenarnya
masih sholat sebagai Kafir dan Zalim. Itu bertentangan dengan AL Quran:
Lihat cara Nabi berdakwah di bawah. Jika kita ditanya, mungkin kita jawab
singkat: Tidak boleh. Zina itu haram! Tapi bisa jadi kurang efektif dan tidak
membekas.
Seorang pemuda pernah bertemu dan bertanya pada Rasul SAW. Ya Rasulullah,
izinkan saya berzina. Rasul memandangi pemuda tersebut dengan penuh kasih
sayang dan mengajaknya berdialog. Sukakah kamu bila itu terjadi pada
ibumu? tanya Rasul. Tidak, demi Allah, jawab anak muda itu.
Sukakah kamu bila itu terjadi pada saudara perempuanmu? tanya Rasul.
Tidak, demi Allah. Sukakah kamu bila itu terjadi pada anak perempuanmu?.
Tidak, demi Allah. Sukakah kamu bila itu terjadi pada istrimu? Anak muda itu
menjawab, Tidak, Demi Allah.
Rasulullah lalu berkata, Demikianlah halnya dengan semua perempuan, mereka
itu berkedudukan sebagai ibu, saudara perempuan, istri, atau anak perempuan.
Kemudian beliau meletakkan telapak tangannya di dada pemuda itu, lalu
mendoakannya.
Kalau ada kelompok Islam yang melakukan buruk sangka/suu zhon, melakukan
ghibah dan fitnah, tidak tabayyun/memeriksa berita dari orang fasik, melakukan
adu domba/namimah, maka itu bukanlah dakwah yang benar karena
bertentangan dengan surat Al Hujuraat dan hadits Nabi di bawah:
Rasulullah s.a.w. bersabda: Tidak dapat masuk surga seorang yang gemar
mengadu domba. (Muttafaq alaih)
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu [Al Ahzab 21]
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu
[Ali Imran 159]
Saat para sahabat disiksa di Mekkah dan Nabi juga dihina seperti dilempari tahi
unta bahkan hendak dibunuh, Nabi tidak meminta para sahabat memerangi
mereka. Karena Nabi menghindari pertumpahan darah. Nabi memilih hijrah ke
Madinah dan menghindari peperangan.
Saat diserang kaum kafir Quraisy di Madinah pun Nabi memilih bertahan
membela diri pada perang Badar, perang Uhud, dan Perang Khandaq. Saat
musuh kalah dan mundur, beliau tidak mengejar dan menghabisi mereka. Tapi
membiarkan mereka lari menyelamatkan diri.
Setelah itu, baru Nabi menaklukkan kota Mekkah dengan Futuh Mekkah. Itu pun
tidak dengan peperangan. Dan nyaris tidak ada korban jiwa. Ini karena Nabi
bukanlah orang yang kejam dan haus darah.
Abu Sofyan dedengkot orang kafir yang jadi musuh bebuyutannya beliau hormati
dan dijadikan sahabat. Hindun yang membunuh paman Nabi, Sayyidina Hamzah,
dengan keji hingga tidak berbentuk lagi serta memakan jantungnya beliau
maafkan. Padahal bisa saja beliau jadikan dia sebagai penjahat perang yang
dihukum mati karena telah bertindak kejam melampaui batas. Nabi juga
memaafkan Wahsyi yang membunuh paman beliau. Sehingga Wahsyi bisa jadi
Muslim yang baik dan kelak tombaknya membunuh satu Musuh Islam yang
mengaku sebagai Nabi, yaitu Musailamah Al Kazzab.
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan
cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Dalam berdakwah, Nabi mengelola zakat sehingga uang bisa beredar dari yang
kaya ke orang-orang yang memerlukan seperti fakir miskin dan orang-orang
yang berjuang di jalan Allah.
Nabi juga hati-hati dalam menerima berita meski itu dari utusan kepercayaannya
sebagaimana diceritakan Allah dalam surat Al Hujuraat ayat 6. Saat ada berita
bahwa satu kaum tidak ingin membayar zakat, malah hendak membunuh
utusannya, Nabi tidak langsung percaya dan menyerang kaum tersebut. Tetapi
mengirim utusan yang lain untuk memeriksa kebenaran tersebut. Dan ternyata
memang berita itu bohong.
Nabi tidak suka berburuk sangka (suu zhon) dan juga tidak mudah mengkafirkan
seorang Muslim. Nabi meng-Islamkan orang kafir. Ini beda dengan sebagian
pendakwah yang justru menjauhkan orang dari Islam dengan mengkafirkan
orang Islam (Paham Takfiri).
Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya hai kafir, maka ucapan itu
akan mengenai salah seorang dari keduanya. [HR Bukhari]
Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang
mengucapkan, Laa ilaaha illallaah, Nabi menyalahkannya dengan sabdanya,
Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Usamah lalu
berkata, Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati. Kemudian
Rasulullah saw. bersabda, Apakah kamu mengetahui isi hatinya? [HR Bukhari
dan Muslim]
http://media-islam.or.id/2011/10/26/jangan-mudah-mengkafirkan-sesama-
muslim/
Dari Aisyah ra, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: Sesungguhnya Allah itu
Maha Lemah Lembut dan mencintai sikap yang lemah lembut dalam segala
perkara. (Muttafaq alaih)
Saat seorang Arab kampung kencing di masjid, banyak sahabat yang ingin
memukulnya karena kurang ajar:
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Ada seorang Arab -orang Arab dari daerah
pedalaman- kencing dalam masjid, lalu berdirilah orang banyak padanya dengan
maksud hendak memberikan tindakan padanya. Kemudian Nabi s.a.w. bersabda:
Biarkanlah orang itu dan di atas kencingnya itu siramkan saja setimba penuh air
atau segayung yang berisi air. Karena sesungguhnya engkau semua itu
dibangkitkan untuk memberikan kemudahan dan bukannya engkau semua itu
dibangkitkan untuk memberikan kesukaran. (Riwayat Bukhari)
Namun Nabi melarang mereka dan menyiramnya dengan air. Jika orang itu
dipukul, niscaya dia akan benci terhadap Islam dan mati sebagai orang kafir.
Namun kelembutan Nabi membuat orang itu tetap di dalam Islam.
Dari Jarir bin Abdullah r.a., katanya: Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda: Barangsiapa yang tidak dikaruniai sifat lemah lembut, maka ia tidak
dikaruniai segala macam kebaikan. (Riwayat Muslim)
Jika orang berdakwah dengan akhlaq yang kasar, selain tidak sesuai sunnah Nabi
juga justru menjauhkan manusia dari Islam:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu
[Ali Imran 159]
Meski demikian, terhadap orang-orang kafir yang memerangi Islam Nabi amat
tegas sehingga orang-orang kafir yang merupakan Super Power dunia saat itu
seperti Kerajaan Romawi dan Persia gentar menghadapi Nabi. Saat Kerajaan
Romawi memprovokasi ummat Islam, Nabi segera berangkat ke Tabuk bersama
30 ribu pasukan Muslim. Meski 1 bulan menunggu, tentara Romawi tidak berani
menyerang sehingga Nabi kembali ke Madinah.
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka.Kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-
Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. [Al Fath 29]
Hadis Kedua: Ibnu Umar berkata: ketika kami sedang shalat bersama Rasulullah
saw tiba-tiba ada seseorang yang mengucapkan: Allahu-akbar kabiroo,
walhamdu-lillahi katsiroo, wa subhanallahi bukrotaw-waashilaa. Kemudian
Rasulullah saw bertanya: kalimat zikir tadi, Siapa yang mengucapkannya ?
salah seorang menjawab; Saya wahai Rasulullah. Rasulullah berkata: Aku
mengaguminya, dibukakan pintu langit bagi kalimat tersebut!(HR Muslim
no.601)
Hadis Ketiga: Seseorang dari kaum Anshar menjadi imam di masjid Quba. Ia
selalu membaca surat al Ikhlas sebelum membaca surat lain setelah al-Fatihah.
Ia melakukannya setiap rakaat. Jamaah masjid menegurnya: Kenapa anda
selalu memulainya denga al-Ikhlas, bukankah surat al-Ikhlas cukup dan tidak
perlu membaca surat lain, atau engkau memilih cukup membaca al-Ikhlas atau
tidak perlu membacanya dan cukup surat lain. Ia menjawab: Saya tidak akan
meninggalkan surat al-Ikhlas, kalau kalian setuju saya mengimami dengan
membaca al-Ikhlas maka saya akan mengimami kalian, tapi kalau kalian tidak
setuju maka saya tidak akan jadi imam. Mereka tahu bahwa orang ini yang
paling baik dan tidak ingin kalau yang lain mengimami shalat. Ketika Rasulullah
datang mengunjungi, mereka menyampaikan hal ini kepada Rasulullah saw.
Rasulullah saw bertanya pada orang tersebut; Apa yang membuatmu menolak
saran teman-temanmu? Dan Apa yang membuatmu selalu membaca surat al-
Ikhlas setiap rakaat? Ia menjawab: Saya mencintainya (al-Ikhlas). Rasulullah
berkata: Kecintaanmu terhada surat al-ikhlas memasukanmu kedalam syurga!
(HR Bukhori no.741)
Meski Nabi tidak pernah mengajarkan itu, dan sahabat ada yang melakukannya,
Nabi tidak memaki mereka sebagai bidah sesat dan masuk neraka. Sebaliknya
memujinya bahwa mereka dapat pahala sehingga masuk surga.
Mungkin ada yang berdalih: Itukan sahabat yang sudah dapat persetujuan dari
Nabi. Sedang kita tidak. Harusnya mereka paham bahwa saat Nabi mengatakan
bahwa Setiap yang bidah itu sesat dan yang sesat itu masuk neraka, Nabi
mengatakan itu kepada para SAHABAT. Bukan kita. Kalau bukan kepada sahabat
kalimat itu diucapkan, kepada siapa lagi? Bukankah Nabi diutus kepada
kaumnya? Jadi saat ada Sahabat yang melakukan bidah, ternyata tidak semua
bidah itu sesat. Ada juga yang memang jika baik, dibolehkan oleh Nabi.
Ada hal-hal yang memang bidah misalnya sholat wajib 5 waktu itu sudah jelas.
Jika ada yang menambah sholat wajib ke 6 atau ada puasa wajib di bulan selain
Ramadhan, maka itu adalah bidah. Tapi jika bukan tentang hal yang qothi, kita
tidak bisa sembarang memvonis bidah dholalah. Harus ada fatwa dari Jumhur
Ulama. Bukan vonis segelintir ulama ekstrim yang picik dan dangkal ilmunya.
http://sabili.co.id/agama/memahami-bid-ah-dan-membangun-toleransi-antar-
pendapat
Referensi:
http://herminsyahri.wordpress.com/2008/12/05/metode-dakwah-rasulullah/
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/05/01/113860-
tiga-cara-berdakwah
http://media-islam.or.id/2012/04/24/nabi-senang-mendamaikan-bukan-mengadu-
domba-dan-menghindari-peperangan/
Giliran rakyat Palestina dicampakkan dan diusir dari negaranya oleh kaum
perusak (Israel Cs), mereka diam
Giliran skr kaum perusak (Israel Cs) menghadapi lawan seimbang, mereka
berseru Jihad
Apakah sebenarnya mereka bagian dari kaum tsb ? Allah maha tau segalanya
Saya jg heran zionis israel sangat jelas2 menjajah tp tidak ada
seruan jihad. Amerika yg seenaknya menyerang negara yang
sah dengan tuduhan yg tidak bisa di buktikan jg diam aja Kok
otak saya ngk bisa memahami ya!!!
menyerahkan diri.
terbuka.
bagi Suriah.
menciptakan
kerusuhan di
Suriah.
Kekejaman ISIS
yang mendunia
malah menjadi
senjata makan
ISIS menjadi
(Voa-i/disunting)
Jama'ah Tabligh
Jamaah Tabligh ("Kelompok Penyampai")[1](bahasa Urdu: , bahasa
Arab: , juga disebut Tabliq)[2] adalah gerakan transnasional dakwah
Islam yang didirikan tahun 1926 oleh Muhammad Ilyas di India.[3] Kelompok
Penyampai ini bergerak mulai dari kalangan bawah, kemudian merangkul seluruh
masyarakat muslim tanpa memandang tingkatan sosial dan ekonominya dalam
mendekatkan diri kepada ajaran Islam sebagaimana yang dibawa oleh
nabiMuhammad.[4][5]
Daftar isi [sembunyikan]
1 Sejarah Tabligh
3 Aktivitas Dakwah
4 Asas 6 Sifat
5 Referensi
6 Pranala luar
[sunting]Sejarah Tabligh
Jamaah Tabligh didirikan pada akhir dekade 1920-an oleh Maulana Muhammad
Ilyas Kandhalawi di Mewat, sebuah provinsi diIndia. Nama Jama'ah Tabligh
hanyalah merupakan sebutan bagi mereka yang sering menyampaikan,
sebenarnya usaha ini tidak mempunyai nama tetapi cukup Islam saja tidak ada
yang lain. Bahkan Muhammad Ilyas mengatakan seandainya aku harus
memberikan nama pada usaha ini maka akan aku beri nama "gerakan iman".
Ilham untuk mengabdikan hidupnya total hanya untuk Islam terjadi ketika
Maulana Ilyas melangsungkan Ibadah Haji kedua-nya di Hijaz pada tahun1926.
Maulana Ilyas menyerukan slogannya, Aye Musalmano! Musalman bano (dalam
bahasa Urdu), yang artinya Wahai umat muslim! Jadilah muslim yang kaffah
(menunaikan semua rukun dan syariah seperti yang dicontohkan Rasulullah).
Tabligh resminya bukan merupakan kelompok atau ikatan, tapi gerakan muslim
untuk menjadi muslim yang menjalankan agamanya, dan hanya satu-satunya
gerakan Islam yang tidak memandang asal-usul mahdzab atau aliran
pengikutnya.
Dalam waktu kurang dari dua dekade, Jamaah Tabligh berhasil berjalan di Asia
Selatan. Dengan dipimpin oleh Maulana Yusuf, putra Maulana Ilyas sebagai
amir/pimpinan yang kedua, gerakan ini mulai mengembangkan aktivitasnya
pada tahun 1946, dan dalam waktu 20 tahun, penyebarannya telah mencapai
Asia Barat Daya dan Asia Tenggara, Afrika, Eropa, dan Amerika Utara. Sekali
terbentuk dalam suatu negara, Jamaah Tablih mulai membaur dengan
masyarakat lokal. Meskipun negara barat pertama yang berhasil dijangkau
Tabligh adalah Amerika Serikat, tapi fokus utama mereka adalah di Britania Raya,
mengacu kepada populasi padat orang Asia Selatan disana yang tiba pada tahun
1960-an dan 1970-an.
Jamaah ini mengklaim mereka tidak menerima donasi dana dari manapun untuk
menjalankan aktivitasnya. Biaya operasional Tabligh dibiayai sendiri oleh
pengikutnya.
Tahun 1978, Liga Muslim Dunia mensubsidi pembangunan Masjid Tabligh di
Dewsbury, Inggris, yang kemudian menjadi markas besar Jamaah Tabligh di
Eropa. Pimpinan mereka disebut Amir atau Zamidaar atau Zumindaar.
Ada yang mengatakan bahwa jamaah tabligh adalah penganut khurafat karna
katanya kuburan maulana Ilyas di Nizamudin di tawafkan. Tetapi hal itu hanyalah
kebohongan (dari orang-orang yang membenci dakwah) karena sebenarnya
disekitar tempat itu ada makam Hindu yang di tawafkan oleh orang-orang Hindu
India. Bukan makam Maulana Ilyas.
Usaha ini telah mengubah banyak kalangan mulai dari orang miskin, kaya,
pemulung, pejabat, polisi, tentara, bahkan preman dan pembunuh bayaran.
Di Indonesia, Tabligh juga telah menyentuh hati Sakti, personil band Sheila on 7.
Pada tahun 2006, dia telah keluar selama empat bulan ke Markas International
Tabligh di Nizzamudin, New Delhi, India. Dia telah berhenti bermusik, dan
memilih menjalankan amalan amalan maqami dan amalan intiqali dengan
sangat intensif.
dan setelah itu ada juga Vokalis dari Nineball band,Ray.selain itu pula ada
lukman hakim-gitaris Peterpan.dan banyak lagi yang bisa jadi
panutan.termasuknya pedangdut Saiful jamil.
[sunting]Aktivitas Dakwah
Sewaktu khuruj, kegiatan diisi dengan ta'lim (membaca hadits atau kisah
sahabat, biasanya dari kitab Fadhail Amal karya Maulana Zakaria), jaulah
(mengunjungi rumah-rumah di sekitar masjid tempat khuruj dengan tujuan
mengajak kembali pada Islam yang kaffah), bayan, mudzakarah (menghafal) 6
sifat sahabat, karkuzari (memberi laporan harian pada amir), dan musyawarah.
Selama masa khuruj, mereka tidur di masjid.
Setahun sekali, digelar Ijtima' umum di markas nasional pusat, yang biasanya
dihadiri oleh puluhan ribu umat muslim dari seluruh pelosok daerah. Bagi umat
muslim yang mampu, mereka diharapkan untuk khuruj ke poros markas pusat
(India-Pakistan-Bangladesh/IPB) untuk melihat suasana keagamaan yang kuat
yang mempertebal iman mereka.
[sunting]Asas 6 Sifat
Artinya: Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah.
cara mendapatkannya:
Muhammadar rasulullah
Maksudnya: Mengakui bahwa satu-satunya jalan hidup untuk mendapatkan
kejayaan dunia dan akhirat hanya dengan mengikuti cara hidup Rasulullah s.a.w.
cara mendapatkannya:
Artinya: Salat dengan konsentrasi batin dan rendah diri dengan mengikuti cara
yang dicontohkan Rasulullah.
cara mendapatkannya:
latihan dengan memperbaiki zhahir dan bathinnya salat mulai dari wudhu,
ruku', gerakan serta bacaan2 dalam salat
berdoa kepada Allah agar diberi hakikat salat khusyu' dan khudu'.
Ilmu
Artinya: Semua petunjuk yang datang dari Allah melalui Baginda Rasulullah.
Dzikir
4. Ikramul Muslimin
Artinya: Memuliakan sesama Muslim.
cara mendapatkannya:
latihan dengan memberi salam kepada orang yang dikenal maupun yang
tidak dikenal menghormati yang tua, menghargai yang sesama, menyayangi
yang muda.
5. Tashihun Niyah
Artinya:
Membersihkan niat.
Maksudnya:
cara mendapatkannya:
Dakwah
Artinya: Mengajak
Tabligh
Artinya: Menyampaikan
Maksudnya:
cara mendapatkannya :
[sunting]Referensi
^ Rotar, Igor (June 23, 2007). "Pakistani Islamic Missionary Group Establishes
a Strong Presence in Central Asia". EurasiaNet. Diakses pada 20 November 2008.
1165H / 1744M.
tahun.
peperangan ) ?
Ibrahim Basha ?
juga kami
Maulana as-Sultan.
ku.
zamrud.
orang-orang as-Syarif.
ini..
( Sila rujuk beberapa Risalah Muhamad Abdul Wahab
an-Najdiyati m.s.84-86 )
Publikasi 28/03/2004
2).
2).
pertama.
Mungkin anda akan tertegun sejenak, bukankah
13).
Al-Jauziyah.
Taimiyah.
tengah-tengah umat.
An-Nasai].
bisa?
[HR Hakim].
Khatimah:
Wallahualam,
Maraji:
salafiyah dimulai?
Abu Zahrah
Basya
Musthafa
Al-Bani
pegang saudi Sebuah studi baru-baru ini meneliti tentang kesamaan rezim Israel
dan kerajaan Arab Saudi dalam hal kejahatan, rasialisme dan ekstremisme
agama dan madzhab. Di mana kedua kekuasaan ini sama-sama didirikan oleh
para intelijen Inggris dengan menjadikan keberlangsungannya bergantung pada
keberlangsungan yang lain. Dan kerajaan Arab Saudi didirikan untuk menjadi
landasan proyek Zionis Israel di Palestina.
Studi yang dilakukan oleh DR. Walid Saed al-Bayati berjudul Arab Saudi dan
Israel Penjahat Terbesar Sejarah Modern menyatakan bahwa tujuan
pembentukan kerajaan Arab Saudi adalah faktor utama didirikannya rezim Israel
dan keberlanjutan rezim ini setelah kurang dari 16 tahun sejak berdirinya
kerajaan Saudi.
Studi ini menyatakan bahwa kedekatan historis dan gen antara rezim Israel dan
kerajaan Arab Saudi menguatkan adanya kemiripan bahkan sampai pada batas
kesamaan secara sempurna di antara keduanya (Silahkan baca pada posting
terdahulu dihalaman ini) :
Pertama: Landasan
Untuk pertama kalinya dalam sejarah modern, sebuah negara berdiri atas dasar
mitos dan legenda dengan dalih kitab suci Taurat telah mengabarkannya.
Di lain pihak kita melihat kerajaan Arab Saudi sama seperti Israel, didirikan atas
dasar sektarian sebagai hasil penyimpangan Muhammad bin Abdul Wahab dan
Ahmad bin Abdul Halim, yang dikenal dengan Ibnu Taimiyah. Seperti pengkafiran
terhadap semua umat Islam, penolakan mereka khususnya Muhammad bin
Abdul Wahhab terhadap madzhab-madzhab Islam, merubah keyakinan kaum
muslim di Jazirah Arab dengan memaksa mereka meninggalkan madzhab
mereka dan mengikuti madzhab Wahabi yang telah ditolak oleh semua madzhab
Islam dan dianggap keluar dari ajaran Islam.
Muhammad bin Abdul Wahab mengkafirkan siapa pun dari kalangan umat Islam
yang bertentangan dengannya tanpa memperhatikan apa pun. Para penganut
ajaran Wahhabi menganggap hanya diri mereka saja yang muslim dan selain
mereka adalah kafir dan harus dibunuh. Tindakan mereka sama seperti apa yang
dia lakukan penganut Yahudi terhadap penganut agama lain sebelum atau
sesudah mereka.
Umat manusia tidak mengenal kejahatan seperti yang dilakukan oleh komplotan
Ibnu Saud dan Ibnu Abdul Wahab dalam membunuh kaum perempuan, merobek
perut mereka yang hamil, memerangi siapa pun yang menentangnya,
membantai laki-laki dan anak laki-laki. Sama seperti yang mereka ulangi
sekarang di Irak.
Tetapi petaka yang terbesar adalah mereka telah meletakkan nama Ibnu Saud
untuk semua Jazirah Arab yang dipenuhi keberagaman suku dan ras, dan telah
merubah sejarahnya yang panjang. Bahkan Nabi Terakhir saw tidak pernah
menamakan wilayah-wilayah Islam di masanya dengan namanya sendiri
meskipun beliau menyandang kemulian insani. Sebagaimana penamaan kota
Yatsrib menjadi Madinah atas perintah ilahi yang dinyatakan dalam al-Quran.
Adapun Abdul Aziz bin Abdur Rahman Al-Saud (1876M 1953M) dan putra-
putranya tidak mempunyai hak merampok sejarah Jazirah Arab, sebagaimana
orang-orang Yahudi tidak mempunyai hak yang sama di Palestina, yang telah
mereka tinggalkan sejak tahun 1200 Sebelum Masehi.
Sejarah kaum Yahudi adalah sejarah yang tidak wajar dikarenakan penolakan
terus-menerus mereka terhadap perintah ketuhanan dan kekerasan hati mereka
di hadapan kehendak Tuhan. Karenanya mereka membunuh para nabi,
memutarbalikkan Taurat dan merubah sunah Nabi Musa as. Dari sini para nabi
orang-orang Yahudi adalah figur-figur yang luar biasa sesuai ukuran
penyimpangan dan kejahatan kaumnya, sehingga al-Quran mengabadikan
mereka dalam banyak ayat dan surat tentang para nabi mereka dan
penyimpangan mereka terhadap kitab suci dan klaim mereka atas Allah.
Allah SWT berfirman tentang mereka: Orang-orang Yahudi berkata: Uzair itu
putra Allah dan orang Nasrani berkata: Al-Masih itu putra Allah. Demikian itulah
ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang
kafir yang terdahulu. Mereka dilaknat Allah; bagaimana mereka sampai
berpaling? (At-Taubah : 30)
Di sisi lain, mirip yang dilakukan nenek moyang mereka yang yahudi, keluarga
Saud pun merubah risalah langit. Mereka secara langsung tidak bisa merubah
nash-nash al-Quran namun mereka memutarbalikkan artinya dan
menafsirkannya dengan hawa nafsu mereka seperti yang dilakukan Ibnu
Taimiyyah dan Ibn Abdul Wahhab dengan pernyataan mereka bahwa Allah
berjasad. Mereka menghina Nabi saw dengan menyandarkan kehinaan,
kesalahan, kelemahan, menyimpangkan sejarah dan riwayat hidupnya, dan
menyadarkan kepada beliau kekufuran serta hal-hal yang tidak boleh
disandarkan kepada manusia biasa, bagaimana boleh disandarkan kepada Nabi
Muhammad Saw. Dan secara khusus kami telah menulis tentang hal itu dalam
kajian-kajian yang telah dipublikasikan maka tidak perlu kami mengulanginya
lagi di sini.
Mereka memiliki watak munafik dengan klaim hanya mereka saja yang berhak
atas Islam karenanya mereka berbeda dengan kaum muslim dalam penampilan,
pakaian dan kebiasaan-kebiasaan yang membuat jijik manusia namun mereka
menganggapnya sebagai keindahan. Ironisnya sebagian orang-orang bodoh
tergoda akan hal itu.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman: Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-
tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika kamu mendengarkan
perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka
mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka
itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga
Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari
kebeneran)? (Al- Munafiqun : 4)
Mereka juga telah berupaya menghancurkan kubah agung yang dibangun di atas
kuburan Rasulullah Saw dan andai ketika itu tidak ada upaya penghentian dan
penentangan umat Islam niscaya tidak ada lagi yang tersisa dari makam Nabi
Muhammad Saw.
Sesungguhnya semua penghancuran dan kejahatan yang telah terjadi atau yang
sedang terjadi pada mulanya adalah fatwa langsung dari Ibnu Abdul Wahhab,
kemudian dari para ulama suu mereka seperti Ibnu Utsaimin, Ibnu Jabran, Aali
Syaikh dan baru-baru ini Muhammad Al-Arifi (Ulama saudi yang akhir-akhir ini
terus menghina dan mengkafirkan umat Islam yang berbeda pemahaman
dengannya).
Kemiripan dan kesamaan antara kejahatan kaum Yahudi dan kaum Wahhabi
sampai pada tahap kesesuaian dalam kebencian mereka terhadap semua yang
datang dari langit dan kedengkian mereka terhadap Risalah Islam yang
representatif dari Ahlul Bait Nabi dan para pengikutnya.
Kerusakan anak-anak Saud dan kaum Wahhabi adalah bentuk lain dari kerusakan
kaum Yahudi jika kita mengetahui hubungan gen di antara mereka. Karena etnis
keluarga Saud ternyata kembali pada kakek mereka yang seorang Yahudi
bernama Markhan sebagaimana dinyatakan dalam silsilah keturunan mereka.
Walaupun kemudian para sejarawan mereka dengan berbagai upaya berusaha
memalsukan fakta sejarah ini. Namun, kemudian menjadi kebenaran tak
terbantahkan setelah ensiklopedia Israel sendiri menerbitkan adanya hubungan
etnis ini.
Setiap hari surat kabar Eropa dan Amerika tak henti-hentinya mengabarkan
kepada kita berita para pangeran dan putri dari keluarga Saud. Pengadilan di
Eropa dan Amerika Serikat dipenuhi dengan berbagai kasus perdata, pidana dan
kewarganegaraan. Beberapa dari mereka datang untuk membunuh,
memperkosa, menipu dan menyalahgunakan status diplomatik untuk
menyelundupkan, menjual dan membeli narkotika serta perdagangan wanita dan
organ manusia.
Kedua negara ilusi ini, Zionis Israel dan kerajaan Arab Saudi telah membawa
virus kehancuran mereka sendiri sejak awal didirikannya. Kerusakan,
ketidakadilan dan penyimpangan adalah bagian dari unsur-unsur kehancuran itu
dan unsur-unsur itu terkumpul dengan bentuk berbeda pada kedua negara ini.
Tetapi tidak berhenti di sini saja, ketika kita mulai mendengar laporan terbaru
dari sekutu terpenting mereka, AS yang mempertanyakan keuntungan
melanjutkan dukungan mereka atas Israel di Palestina dan keberlanjutan
hubungan mereka dengan Arab Saudi sebagai teman lama, khususnya di saat
minyak Saudi tidak lagi menjadi faktor yang mempengaruhi Amerika dalam
mengambil keputusan.
Di sisi lain para pakar militer AS menyakini Arab Saudi tidak layak menjadi pusat
komando militer AS di Teluk Persia, seperti yang diutarakan Donald Rumsfeld dan
Laksamana David Nichols, namun hanya dijadikan sebagai pusat penyimpanan
senjata.
Dari pendapat mereka kemudian pusat komando AS dipindahkan ke Qatar
beberapa tahun yang lalu. Kemudian terjadilah beberapa kesepakatan pembelian
peralatan militer seperti pesawat tempur, rudal, tank, amunisi dan berbagai jenis
senjata. Baru-baru ini juga terjadi kesepakatan pembelian rudal Patriot yang
dijual kepada Arab Saudi dengan harga miliaran dolar. Rencana penjualan
senjata ke Arab Saudi dan ke sejumlah negara Teluk adalah langkah
penyimpanan senjata sampai tiba saatnya peperangan melawan Iran.
Perbatasan Arab Saudi akan menjadi tempat peluncuran rudal zionis Israel untuk
menyerang Iran atau Hizbullah. Peperangan yang nantinya akan menghabiskan
peralatan militer AS yang disimpan di kawasan Teluk dan juga memusnahkan
peralatan militer Arab Saudi. Di saat itulah Arab Saudi akan menyaksikan dirinya
lebih kecil dari batu kerikil yang ditendang anak-anak.
Wallaahu Alam
http://allaboutwahhabi.blogspot.co.id/2011/10/saudi-membangun-rezim-israel-
di.html
WSA Saudi, Wahabi dan Barat; ketiga variable ini memiliki keterkaitan yang
saling menguntungkan untuk mendukung kepentingannya masing-masing. Saudi
yang memiliki kepentingan penguasaan politik dan ekonomi membutuhkan
legitimasi agama dari Wahabi, pada satu sisi. Dan pada saat yang tepat Wahabi
menawarkan diri bekerjasama dengan Saudi untuk mengeluarkan fatwa-fatwa
keagamaan yang sesuai dengan fahamnya yang puritan dan konservatif (Salah
satu konservatisme ini diceritakan pada buku Ad Hussain The Islamist,
terpanggangnya hidup- hidup 15 siswi sebuah sekolah di Saudi saat kebakaran
melahap asrama putri tersebut. Gara-gara mutawwieen (polisi agama) melarang
para anggota pemadam kebakaran masuk ke asrama, karena beralasan di dalam
sana para siswi tidak memakai jilbab, hijab, dan semacamnya. Ad Hussain, the
Islamist, (New York, Penguin Book 2007), 245).
Bagi Saudi, paham purifikasi yang melekat pada Wahabi ini bisa menjadi pondasi
untuk melegalkan politiknya (Lihat : Noah Salomon, the salafi critique of
Islamism; doctrine, difference and the problem of islmic political action in
contemporary sudan, dalam Roel Meijer (ed), Global Salafism; Islams new
religious movement, (London, Hurst & Company 2009), 151). Pada sisi yang lain,
Saudi membutuhkan kerjasama dengan Barat untuk meneguhkan dan
melebarkan sayap ekonominya. Dan begitupun Amerika Serikat juga memiliki
motif ekspansi perekonomian di Arab Saudi. Dan oleh karena itu, Amerika Serikat
bekerjasama dengan Saudi untuk kepentingan ekonomi dan politik. Mereka
bekerjasama untuk melanggengkan kesatuan kekuatan politik dan ekonomi,
maka terciptalah ARAMCO dan pangkalan Militer Amerika di wilayah negaranya.
http://allaboutwahhabi.blogspot.co.id/2011/10/standard-ganda-tiga-variabel-
wahabi.html
Fars News hari ini (Rabu, 28/9) melaporkan, beberapa waktu lalu, terkuak
dokumen rahasia bersejarah yang mencantumkan pengkhidmatan Raja Abdul
Aziz, pendiri kerajaan Arab Saudi, terhadap pemerintah Inggris dan
pengkhianatannya terhadap bangsa Palestina.
Dalam dokumen yang untuk pertama kalinya dipublikasikan oleh majalah al-
Arabi terbitan Kuwait pada bulan Shawal 1329 Hijriah atau bertepatan pada
tahun 1972, Raja Abdul Aziz dengan tulisan tangannya menyatakan, "Saya
Sultan Abdul Aziz bin Abdul Rahman al-Faisal al-Saud, beribu-ribu kali
menyatakan kepada perwakilan Britania, Sir Percy Cox, bahwa saya tidak ada
masalah dengan pemberian [wilayah] Palestina kepada kaum Yahudi yang
terlantar atau bahkan kepada non-Yahudi dan dalam hal ini saya tidak akan
melanggar persetujuan saya sampai hari kiamat."
(IRIB/MZ/28/9/2011)
http://allaboutwahhabi.blogspot.co.id/2011/10/pengkhianatan-raja-saudi-atas-
palestina.html
Saudi Arabia mengalir dengan riak tenang yang mempunyai gelombang besar di
dalamnya, dan ditutup dengan arus kecil, seolah-olah semuanya baik-baik saja.
Dibandingkan dengan negara-negara Arab lainnya, dari segi apapun, Saudi aman
terkendali. Pemasukannya per tahun terus meningkat, atau paling tidak
cenderung stabil, dan untuk beberapa puluh tahun ke depan, mereka tak akan
terpengaruh dalam perangkap krisis ekonomi global. Jamaah haji yang sudah
dipastikan membanjir bagai air bah setiap tahun merupakan salah satu jaminan
besar, selain juga kekayaan minyak bumi yang berlimpah. Hingga tak heran,
anak muda Saudi mayoritas berpikiran tak perlu harus bekerja keras atau belajar
dengan susah payah.
Toh semua itu tak menyembunyikan gejolak yang semakin panas di negara itu.
Di satu sisi, para pemuda Saudi telah sedikit berani membuat riak-riak kecil.
Mereka telah sadar bahwa selama ini, sejak bertahun-tahun lamanya, raja
merekasiapapun yang sedang berkuasatelah mengebiri gerakan dan
perkembangan Islam yang justru mereka lihat di negara-negara lain.
Ada ketertarikan yang besar pada sebagian pemuda Saudi untuk belajar
mengenal gerakan Islam. Di negara itu, bayangkan, kerumunan lebih dari 10
orang akan selalu menjadi masalah. Apalagi di dalam masjid. Pada awalnya, para
pemuda ini masih mau mengunjungi ulama-ulama yang mereka percayai seperti
Shaykh 'Ali al-Khudhayr, Shaykh Nasir al-Fahd dan Shaykh Ahmad al-Khalidi.
Namun seiring perkembangan yang cenderung makin membesar, maka semua
ulama itu dibekuk pemerintah, dan dijebloskan ke dalam penjara dengan waktu
yang tidak ditentukan. Dalih penangkapan itu adalah ketiga ulama ini merupakan
pentolan kelompok Al-Muwahhidden, yang mempunyai banyak persenjataan dan
bom. Para Syeh ini sampai detik terakhir mereka diringkus, membantah tuduhan
tersebut.
Para pemuda Saudi berada dalam ketakutan dan kebingungan pada waktu yang
bersamaan. Mereka sama sekali tidak mempunyai pengalaman menghadapi
opresi penguasa. Otomatis mereka tidak lagi mempunyai tempat yang layak
untuk bertanya. Mereka ketakutan karena peristiwa penangkapan itu bisa terjadi
pada mereka. Bingung karena tak ada pula pengalaman terhadap konspirasi
besar.
Rejim Saudi, seperti juga sebagian besar negara-negara Arab lainnya, adalah
pemerintahan yang menyatukan antara yang benar (haqq) dan salah (batil).
Aspek Haqq Saudi hanya bisa kita lihat dari simbol-simbol yang mereka pakai;
bendera Saudi, klaim negara Islam, dan penerapan Syariah. Namun, di balik itu
sebenarnya Saudi juga tak berbeda dengan negara sekuler lainnya.
Perempuan Saudi tidak boleh menikah dengan laki-laki yang bukan dari Saudi.
Dan seorang laki-laki Saudi tidak boleh menikah di luar Saudi kecuali sudah
memenuhi persyaratan umur. Sebuah peraturan yang dibuat-buat karena Islam
sendiri tidak cupat seperti ini.
Keluarga kerajaan Saudi tidak boleh dihina oleh siapapun. Jika ada yang
melakukannya, maka akan dikenakan hukuman yang berat, bahkan dihukum
mati. Tapi pemerintah Saudi tidak peduli kepada para pelaku yang menghina
Allah dan agamaNya. Misalnya saja, seorang Saudi zindiq, Turki al-Hamd menulis
sebuah buku berjudul al-Karadeeb dan di dalamnya terdapat kalimat Jadi,
Allah dan setan adalah dua wajah dengan satu penemuan, tidak dikenakan
hukuman apapun, dan bukunya yang penuh dengan cerita kekafiran beredar
bebas di negara itu.
Alumni LIPIA angkatan 1980-an, kini menjadi tokoh terkemuka di kalangan salafi.
Diantaranya adalah Yazid Jawwas, aktif di Minhaj us-Sunnah di Bogor; Farid
Okbah, direktur al-Irsyad; Ainul Harits, Yayasan Nida'ul Islam, Surabaya;
Abubakar M. Altway, Yayasan al-Sofwah, Jakarta; Ja'far Umar Thalib, pendiri
Forum Ahlussunnah Wal Jamaah; and Yusuf Utsman Baisa direktur al-Irsyad
Pesantren, Tengaran.
Sebagaimana ciri umum salafi, generasi 1980-an LIPIA tersebut sangat anti
terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Jamaah Tabligh dan Darul
Islam. Jangankan untuk bergaul dengan mereka yang berorganisasi, dengan
sesama salafi yang berorganisasipun mereka menolak untuk dibantu secara
keuangan.
Dari generasi 1980-an lahir Jafar Umar Thalib. Dia adalah lulusan pertama LIPIA
dan menjadi perintis pertama gerakan dakwah salafi di Indonesia. Diantara
lulusan LIPIA, Jafar berangkat ke Yaman pada tahun 1991 untuk belajar pada
Sheikh Mukbil ibn Hadi al-Wad'i, di Dammaz, Yaman. Seperti sudah disinggung
sebelumnya, Mugbil adalah tokoh salafi puritan. Karakter ini akan menurun pada
Jafar. Sedangkan Yusuf Baisa, lulusan LIPIA lainnya, belajar langsung ke Arab
Saudi dan belajar dari kalangan syeikh sahwah Islamiyah. Karena as-sahwah
terpengaruh Ikhwanul Muslimin, maka pandangan Yusuf Baisa nantinya juga
sangat berbeda dengan Jafar.
Konflik Salafi
Ada dua konflik besar yang terjadi dikalangan Salafi, pertama konflik antara
Jafar Umar Thalib dengan Yusuf Baisa. Kedua konflik Jafar Umar Thalib dengan
Muhammad Assewed, dan Yazid Jawwaz. Konflik ini berimplikasi pada jaringan
mereka yang terpecah-pecah. Muara dari pertikaian adalah munculnya dua
group besar mengikuti pembelahan di level internasional: sururi dan puritan.
Konflik pertama, antara Jafar Umar Thalib dengan Yusuf Baisa sampai pada
tahap mubahalah (beradu doa, siapa yang berbohong akan celaka). Yusuf Baisa
seperti juga Ja'far Umar Thalib merupakan alumni pesantren PERSIS Bangil.
Keduanya melanjutkan studi ke LIPIA. Namun, Yusuf Baisa meneruskan ke Riyadh
sedangkan Jafar meneruskan ke Yaman.
Sekembali dari Yaman, Ja'far Umar Thalib mendengar khabar bahwa Yusuf Baisa
mengkampanyekan pandangan yang berbeda dengan salafi. Yusuf Baisa
mengatakan agar dakwah menjadi efektif, maka harus mempunyai kemampuan
berorganisasi seperti kalangan Ikhwan al Muslimun, bijaksana seperti Jamaah
Tabligh, dan mempunyai ilmu pengetahuan seperti Salafi, dalam hal saling
memahami masalah aqidah. Sebagian pendengar menyampaikan pernyataan ini
pada Ja'far.
Ja'far mendengar berita ini sangat marah sekali pada Yusuf, karena menganggap
gerakan Salafi seperti gerakan Ikhwan yang terorganisir. Abu Nida coba
mendamaikan keduanya, berlaku sebagai mediator. Yusuf dan Jafar bertemu dan
untuk memberikan klarifikasi, hal ini terjadi di rumah Jafar dan dipimpn oleh Abu
Nida dan dihadiri oleh tiga pemimpin Salafi lainnya.
Namun Yusuf beberapa bulan kemudian menyatakan hal sama kembali. Pada
sebuah ceramah tentang konsep keadilan, Yusuf merekomendasikan tulisan
beberapa kalangan Salafi dimana Jafar menyebut mereka sebagai Sururiyah.
Konflik kedua terjadi antara Jafar Umar Thalib dengan Muhammad Assewed dan
Yazid Jawwas. Kedua tokoh tersebut terbilang mantan murid-murid Jafar Umar
Thalib. Namun kini hubungan antara guru dengan murid terputus sudah, mereka
saling membidahkan satu sama lain.
Konflik antara Jafar Umar Thalib dengan Muhammad Assewed terjadi setelah
kembali dari jihad Ambon. Sepulang dari Ambon Jafar melakukan perenungan
dakwah. Diantara perenungannya adalah menyadari telah terjadi kesalahan yang
amat fatal dalam melakukan dakwah Salafiyah yaitu terlalu memprioritaskan
aqidah sementara itu dalam segi akhlaq tidak terlalu terperhatikan. Akibatnya,
para murid Jafar sulit untuk toleran terhadap orang lain yang tidak sepaham
dengan manhaj Salafi. Dengan demikian, dakwah manhaj Salafi menjadi ditakuti
orang lain, bukan malah sebaliknya dicintai kaum muslimin.
Padahal dalam ajaran Islam antara akhlaq dengan aqidah berdiri satu jajar dan
tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain.
Tak hanya itu, kuatnya doktrin dalam rangka membina aqidah berakibat pada
keengganan murid berbeda pendapat dengan gurunya. Hal ini berimplikasi tidak
adanya penelaahan terhadap kitab yang ada, sebab segalanya telah diserahkan
pada guru (syaikh). Sikap demikian, pelan namun pasti menimbulkan sikap
taqlid, dimana hal ini sangat ditentang dalam manhaj Salafi.
Refleksi pemikiran ini rupanya tak bisa diterima para muridnya. Diantaranya
yang menolak pemikiran Jafar adalah Muhammad Assewed. Menurut Assewed,
pemikiran Jafar ini dianggap sebagai melemahnya sikap Jafar terhadap ahlul
bidah. Padahal menurut Assewed, memperingatkan ummat dari ahlul bid'ah dan
mentahdzir ahlul bid'ah, membenci mereka, menghajar mereka, memboikot
mereka dan tidak bermajlis dengan mereka, adalah kesepakatan dalam ajaran
salafi.
Tak hanya itu, perbedaan pendapat juga terjadi mengenai pemikiran para tokoh
Ikhwanul Muslimin, antara Yazid Jawwas dengan kalangan Salafi lainnya,
menyebabkan Yazid tidak lagi dianggap Salafi. Dalam pandangan Yazid, tidak
semua pendapat atau tindakan para tokoh Ikhwan bisa dikategorikan sebagai
ahlul bidah, sebab mereka adalah para pejuang Islam, yang rela berkorban demi
Izzul Islam wal Muslimin. Namun lain halnya dengan pandangan para syaikh
Salafi terutama yang berada di Timur Tengah, dimana mereka menganggap para
tokoh Ikhwanul Muslimun adalah orang-prang hizbiyyah (yang selalu
mendahulukan kelompoknya) dan itu termasuk dalam dosa besar.
Setelah terjadi konflik yang berterusan antara Jafar dengan yang lain, maka
gerakan salafi terpecah menjadi semakin jelas antara yang politik dan non politik
terjaring dalam FKASWJ.
Salafi Sururiah
Bagi kalangan Salafi yang mentolerir adanya kehidupan berpolitik lebih sering
disebut kelompok sururiyah. Di Indonesia sendiri, banyak sekali kalangan salafi
yang mendapat gelar sururiyah atau yang mempunyai pandangan yang berbeda
dengan kalangan salafi puritan. Mereka adalah Yusuf Baisa, Abu Nida Chomsaha
Sofwan dkk, Abu Sa'ad Muhammad Nur Huda, MA, Arif Syarifuddin, Lc, Abu Ihsan
Al Maidani Al Atsary, Afifi Abdul Wadud, Abul Hasan Abdullah bin Taslim, Lc, Abu
Abdil Muhsin Firanda, Asmuji (Imam Syafi'i, Cilacap). Umar Budiargo, Lc, Khudlori,
Lc, Aris Munandar, SS, Ridwan Hamidi, Lc , Muhammad Yusuf Harun, MA, dan
Farid Ahmad Okbah dari PP Al Irsyad.
Abu Nida', Ahmad Faiz, dan jaringan at-Turots. Kelompok Abu Nida' menerbitkan
majalah al-Fatawa, Ahmad Faiz's juga menerbitkan majalah as-Sunnah. Ketiga,
majalah, al-Furqon, yang diterbitkan oleh kelompok Annur Rofiq dari Mahad al-
Furqon al-Islami, Gresik, yang mempunyai jaringan yang sama.
Yusuf Baisa dan Farid Okbah jaringan al-Irsyad (sangat dekat dengan at-Turots
tetapi bukan bagian dari jaringannya). Yayasan al-Irsyad selalu dikritik karena
mempunyai acara muktamar tahunan, ini merupakan bukti dari kegiataan
hizbiyah.
PP Taruna Al Qur'an, Umar Budiargo, Lc, Khudlori, Lc, Aris Munandar, SS, Ridwan
Hamidi, Lc (alumni Madinah, disebut tokoh freeline). PP Taruna Al Qur'an alias L-
Data cabang Jogjakarta ini akrab dengan ikhwani dimanapun. L-Data pusat
dipimpin (aldakwah.org) Muhammad Yusuf Harun, MA, dai al Sofwa, penerjemah
al Al Sofwa Jakarta.
Para tokoh kalangan salafi politik tersebar di berbagai negara dan mereka
melakukan pembinaan dengan organisasi non profit (LSM) yang ada di Indonesia.
Di antara tokoh Salafi politik internasional adalah, Muhammad Surur Nayif Zainal
Abidin (kini tinggal di London), Abdul Karim Al Katsiri (Saudi Arabia), Syarif Fuadz
Hazza (Mesir), Musthofa bin Ismail Abul Hasan as Sulaimani Al Maribi al hizbi
(Yaman).
Mereka juga memberikan banyak bantuan pada LSM seperti, As-Sofwah, at-Turots
dan lain-lain dalam rangka penyebaran paham salafi politik.
Kalangan Salafi yang dianggap menyimpang ini juga mempunyai banyak murid
di Indonesia. Bahkan untuk mengkomunikasikan para murid Abdurahman Abdul
Khaliq mendirikan lembaga Ihyaut Turats. Untuk memperdalam komunikasi
dengan para murid Abdurahman Abdul Khaliq sering datang ke Indonesia.
Pada tahun 2004 Umar as-Sewed mengkritik ungkapan Abdul Khaliq yang telah
mendiskreditkan para pemimpin Saudi. Menurut as-Sewed, Abdul Khaliq pantas
juga diberikan gelar sebagai thaghut, sebagaimana juga diungkapkan oleh
semua syeikh Salafi termasuk bin Baz dan Utsaimin. As-Sewed juga mendorong
bahwa ketidaksukaan Abdul Khaliq pada Saddam terjadi baru-baru ini karena
adanya perang, karena itu Abdul Khaliq pada dasarnya adalah orang munafik
nomer satu.
Melihat fenomena seperti ini, apakah para pengikut salafi ini tidak merasa aneh
mengikuti sebuah manhaj/aliran paham yang kemudian terpecah-pecah dan
saling menghujat, saling klaim saling adu fatwa ? ..begitulah Alloh
mengombang-ambing mereka.
http://allaboutwahhabi.blogspot.co.id/2011/12/salafi-melawan-salafi-
perkembangan.html
Wahabi Membunuh Para Ulama, Fakta
===============
===========================
kota thoif mereka bertindak ganas terhadap ulama islam di kota thoif dan
Ketika itu wahhabi telah membunuh dan menyembelih banyak ulama islam,
abu al-khoir.
dibunuh oleh wahhabi dengan cara penyembelihan keji oleh ketua dan
1345Hijriyyah ).
---------------------------------------------
---------------------------------------------
1218h seperti yang dinyatakan oleh pengkaji sejarah abdullah bin asy-
thaniy asyar.
kota mekah:-
---------------------------------------------
-------------
dapat mengakibatkan seseorang kafir atau keluar dari Islam, karena menolak
bahwa ajaran itu dari Islam, maka dia akan menolak faham Salafi Wahabi ini.
segera menyikapi fenomena Salafi Wahabi ini. Bukan hanya tega membunuh
umat
dan Madinah. Mereka membunuh para syaikh dan orang awam yang tidak
Makah pun jatuh ke tangan Wahabi. Setelah menguasai Makah, pada akhir
lalu mengambil semua harta benda yang ada di dalamnya, termasuk lampu
tidak sejalan dengan ajaran mereka. Inilah musibah besar ilmiah yang
ini termasuk perpustakaan yang paling berharga dan paling bernilai historis.
sebelum Islam. Namun kini, semua itu hilang dan habis dibakar oleh para
akan menjadikan umat Islam berfaham sesat (baca: tidak sesuai dengan faham
melenyapkan perpustakaan
yang dia miliki menjadi haram bagi muslim yang lain (tidak boleh
mereka sama seperti halnya terhadap seorang muslim. Lalu, dengan alasan
Tidak Sejalan
---------------------------------------------
-----------------------------
yang tidak mengikuti fahamnya dianggap sebagai umat yang sesat dan
---------------------------------------
dianggap sesat dan onar, dia meminta bantuan emir Diriyah, Muhammad Ibnu
bersekongkol memperjuangkan
kepentingannya masing-masing di
bersumpah setia dan bersepakat untuk berbagio tugas: Ibnu Saud mengurusi
kekuasaan Ibnu Saud. Adapun yang tidak taat, maka harus diperangi atas
meninggalkannya atau berpaling kepada yang lain. Pada tahun 1744, kemitraan
Ibnu
kesepakatan non-agresi dengan suku yang kuat). Setiap suku yang belum masuk
Wahabi
Utsmani
dan Timur Tengah secara umum. Mari kita buktikan dengan arsip sejarah
Stationary Office). Inilah di antara bunyi dokumen tersebut: Jazirah Arab secara
umum berada di
tahun lalu itu didirikan oleh Qatadah Ibnu Idris (1133-1220 M) yang
Hijaz tahun 1517. Para syarif dari anak- anak cucu Qatadah it uterus memegang
Khalifah di Turki kala itu. Beberapa kali serangan dilancarkan dari Baghdad
Pada tahun 1815, kembali pasukan dari Mesir menyerbu Riyad, Makah, dan
datang dengan kekuatan sekitar 8000 pasukan kavelari dan infantry dari
kemudian ke Konstantinopel. Di
gembira di banyak negeri muslim. Pada tahun 1902, Abdul Aziz, putra
Kuwait yang selama ini melindunginya, Ibnu Saud demikian nama populer
--------------------------------------
bagi Ibnu Saud. Ia mendapatkan 1000 senapan dan uang 20.000 begitu
traktat ditandatangani. Selain itu, Ibnu
atau campur tangan di, Kuwait, Bahrain, Qatar, dan Oman (yang berada
menaklukkan Hail, Ibnu Saud beralih ke Hijaz. Satu demi satu kota di Hijaz
tahun 1925). Pada tahun 1925 juga, di bulan Desember, Ibnu Saud
kalinya sejak berdirinya Negara Saudi II, empat wilayah penting di Jazirah
yang dikenal sebagai Kerajaan Saudi Arabia. Peran Salafi Wahabi dalam
Menjadikan
Palestina Terjajah
---------------------------------------------
---------------------------
kalimat yang ditorehkan oleh pimpinan Wahabi berbunyi: Aku beikrar dan
mengakui seribu kali
sesuai keinginan Inggris, yang mana aku tidak akan keluar dari keinginan
Muslim
---------------------------------------------
----
muslim mengalir dari seluruh dunia. Resolusi pun diluncurkan dan daftar
dunia bahwa fakta-fakta yang terjadi di Hijaz pada dasarnya adalah konspirasi
ASTAGHFIRULLOH,,,,,
https://www.facebook.com/abunawasmajdub/posts/139704122842108
Sejarah Kerajaan Arab Saudi dan
Ajaran Wahabi
Seiring dengan semakin banyaknya radio-radio dan acara-acara tv yang ber-bau
wahabi, perlu kiranya kita selaku ummat islam mengetahui betul sejarah mereka
dan siapa mereka. Tidaklah heran perkembangan mereka ini karena dukungan
dana yang kuat dari kerajaan Arab Saudi, bahkan jamaah haj Indonesia yang
datang berhaji selalu di-beri gratis buku-buku faham wahabi.
Disamping itu sudah mulai banyaknya "korban" terutama kaum awwam dan
kaum muda yang tentu saja pasti akan tertarik dengan slogan marketing wahabi
yaitu "Kembali kepada Alqur'an dan As-sunnah" memang terdengar indah dan
suci namun diballk itu semua terdapat racun yang membuat hati menjadi buta,
tuli dan bisu
Berikut ini adalah fakta sejarah jadi bukan fitnah. sumber asli tulisan ini adalah
dari site sarkub.com.
Pengikut aliran ini sendiri menolak sebutan Wahhabi, sebab sejak awal telah
menjadi stigma yang melahirkan kesan buruk, sehingga mereka lebih memilih
istilah al-Muwahhidn atau Ahl al-Tawhd, yang berarti orang-orang yang
mentauhidkan Allah. Namun justru nama yang mereka gunakan itu
mencerminkan keinginan untuk menggunakan secara eksklusif prinsip tauhid
yang merupakan landasan pokok Islam. Menurut Prof. Hamid Algar, tidak ada
alasan untuk menerima monopoli atas prinsip tauhid tersebut, sebab gerakan ini
merupakan hasil ijtihad seorang anak manusia yang bisa benar bisa juga salah.
Maka, cukup beralasan dan lazim untuk menyebutnya Wahhabisme dan kaum
Wahhabi.[1]
Pendiri gerakan Wahhabi, Muhammad bin Abdul Wahhab, berasal dari keluarga
klan Tamim yang menganut mazhab Hambali, dan sangat terpengaruh oleh
tulisan-tulisan seorang ulama bermazhab Hambali bernama Ibnu Taimiyah yang
hidup di abad ke-14 M.
Jika memoar tersebut benar adanya, maka tak diragukan bahwa gerakan
Wahhabisme sejak awal sudah terlibat dalam konspirasi yang disusun oleh
kolonial Inggris. Namun karena adanya sebagian peneliti yang meragukan
memoar tersebut dengan menunjukkan beberapa kejanggalan, maka tidak
menutup kemungkinan bahwa gerakan Wahhabisme pada awalnya memang
merupakan gerakan keagamaan. Meskipun pada perkembangan berikutnya,
adanya campur tangan Inggris tak bisa dipungkiri lagi.
Untuk menarik berbagai analisa dari sebuah gerakan kontroversial ini, penulis
membagi perjalanan sejarah Wahhabisme dalam tiga periode:
Pada periode ini, Ibnu Abdul Wahhab menyusun sebuah buku kecil sederhana
yang diberi judul Kitb al-Tawhd, sebuah rujukan yang miskin bobot intelektual,
sebab di dalamnya tidak ada penjelasan yang menunjukkan bangunan kerangka
berpikir sang penulis. Tentang kitab ini, simak komentar Prof. Hamid Algar:
Adalah lebih mendekati kebenaran untuk mengatakan buku ini dan karya-karya
lain Muhammad bin Abd al-Wahhab merupakan catatan-catatan seorang pelajar.
Namun ini tidak berlangsung lama. Penguasa saat itu, Utsman ibn Muammar,
menyerah kepada pimpinan suku yang kuat di wilayah itu, sehingga pada tahun
1744 ia diusir penguasa baru yang membuatnya pindah ke Al-Diriyyah (masih di
Najd), ibu kota keamiran Muhammad bin Saud, yang notabene bermusuhan
dengan amir Uyainah saat itu. Di sinilah Ibnu Abdul Wahhb mendapat
perlindungan. Selanjutnya terbentuklah sebuah aliansi permanen yang meliputi
tiga aspek: politik, keagamaan, dan perkawinan. Di bidang politik, sebagai amir
Ibnu Saud mendapatkan legitimasi keagamaan; dalam bidang keagamaan Ibnu
Abdul Wahhab diuntungkan dengan diangkatnya menjadi qadi serta ajarannya
dinyatakan sebagai mazhab resmi; dan dalam perkawinan Ibnu Saud mengawini
salah seorang putri Muhammad bin Abdul Wahhab. Sebuah aliansi yang tentu
saja menguntungkan kedua belah pihak. Prof. Abdullah Mohammad Sindi
menyebutkan bahwa lagi-lagi Inggris mengambil peran penting dalam rangka
terwujudnya aliansi tersebut. Melalui dukungan uang dan senjata, Inggris
semakin mudah menghasut mereka aliansi tersebut.[9]
Inilah babak awal lahirnya sebuah negara teokratik yang kelak mengontrol ketat
segala macam bentuk interpretasi keagamaan khususnya di Arab Saudi.
Pada bulan April tahun 1801, mereka membantai kaum Syiah di Karbala,
tercatat 4000 orang dibantai secara kejam. Secara brutal pula mereka
menghancurkan makam Imam Husain di sana. Tahun 1810 mereka membunuh
orang-orang tak bersalah di jazirah Arab. Di Makkah mereka menjarah orang-
orang yang menunaikan ibadah haji. Di Madinah mereka menyerang dan
menodai Masjid dan makam Nabi.
Kekalahan itu membuat kelompok Wahhabi yang tersisa semakin terbakar api
permusuhan terhadap kelompok Muslim lainnya. Tapi ironisnya, semakin
mendekatkan diri kepada kolonial Inggris. Ini terlihat ketika tahun 1851, Faisal
Ibn Turki al-Saud yang sebelumnya berhasil meloloskan diri dari tahanannya di
Kairo, kembali meminta dukungan Inggris. Sebagai tindak lanjut hubungan itu,
tahun 1865 Inggris mengirim Kolonel Lewis Pelly ke Riyadh untuk membuat suatu
perjanjian.
Di awal abad ke-20, tatkala kekuatan dan strategi Inggris semakin berhasil
merongrong kekhalifahan Utsmaniyah, kembali pemimpin Wahhabi saat itu,
Abdul Aziz, dimanfaatkan. Lagi-lagi, teror kembali dilakukan kelompok Wahhabi.
Dilaporkan, sekitar 1200 orang yang membangkang dibantai secara kejam.[11]
Periode ini ditandai dengan perolehan atas kekayaan minyak dan peralihan dari
Inggris ke Amerika sebagai patron asing utama mereka. Kembali aliansi ini
dijadikan instrumen istimewa untuk kepentingan Amerika dan sekutunya di
Timur Tengah.
Melalui kucuran petrodollar, dalam beberapa dekade terakhir ini Saudi dan
Wahhabismenya itu berupaya tidak saja menghilangkan stigma buruk yang
melekat kepadanya, tetapi juga secara dramatis berusaha meningkatkan citra
diri di tengah dunia Islam. Oleh karena itu, Wahhabisme kini telah disajikan
sebagai gerakan reformis yang semata-mata bertujuan untuk melakukan
purifikasi di tubuh Islam. Sang pendiri, Muhammad Ibn Abdul-Wahhab pun
ditampilkan sebagai tokoh pembaharu yang telah berhasil memurnikan Islam
dari berbagai noda.
Perang teluk 1991 dan ekspansi besar kehadiran Amerika semakin membuat
lebarnya jurang antara kelompok Wahhabi dan rezim Saud.
Maka ketika World Trade Center di New York luluh lantak pada tanggal 11
September 2001, ulama Wahhabi bernama Abdullah bin Jibrin mengeluarkan
fatwa yang tidak hanya membenarkan serangan terhadap WTC, tetapi juga
mengutuk orang-orang murtad dan kaum Muslim yang berkolaborasi dengan
Amerika, sebuah kategori yang jelas di dalamnya termasuk keluarga Kerajaan
Saudi.[15] Namun meski demikian, masih banyak jajaran ulama Wahhabi yang
tetap setia dengan rezim Saudi.
Ada pengertian yang agak kabur antara Wahhabisme dan Salafisme, apakah
keduanya sama atau berbeda. Pasalnya, kaum Wahhabi sering pula
mengatasnamakan diri sebagai As-Salaf. Namun jika ditinjau dari kategorisasi
historis, terdapat perbedaan di antara keduanya.
Akibat situasi politik di dunia Arab, era 1960-an tercipta hubungan yang lebih
erat antara Salafi dan Wahhabi ketika tejadi perang dingin antara kubu Mesir dan
Arab Saudi. Di bawah payung organisasi Liga Dunia Muslim yang dibentuk Arab
Saudi tahun 1962, kaitan lebih erat antara kaum Salafi dan Wahhabi terwujud.
Para anggota Ikhwan al-Muslimin di Mesir (dan belakangan di Suriah) hampir sulit
disalahkan jika mereka mendekatkan diri kepada Arab Saudi, mengingat
serangan-serangan yang mereka terima di negeri mereka sendiri. Padahal
kekhawatiran mereka sangat beralasan, yakni semakin prihatin dengan
cengkeraman imperialisme asing. Mungkin itulah sebabnya orang-orang dengan
kecenderungan Salafi seperti Rasyid Ridha, yang dengan perasaan kecewa
tengah mencari seorang pahlawan, mulai bersimpati pada Wahhabisme.
Di tengah transformasi Islam yang berkembang di Timur Tengah saat itu, salah
satu yang dikenal bercorak keras adalah yang lahir dari buah pemikiran Sayyid
Quthb (w.1960). Awalnya ia menggambarkan kondisi masyarakat kontemporer
sebagai neo-Jahiliyyah, namun kemudian ditafsirkan secara radikal oleh aliran
Islamis yang lebih muda dan ekstrem di Mesir (dan di beberapa tempat di Timur
Tengah). Implikasi paling serius yang telah dielaborasi adalah konsep takfir.
Muslim nominal (Islam KTP) telah menjadi kafir dan karena itu secara potensial
diperbolehkan dibunuh.[17]
Mereka juga menolak keberadaan seni dan budaya dalam Islam, serta tidak
mementingkan peninggalan sejarah Islam. Oleh karena itu, tempat-tempat
bersejarah Islam seperti rumah tempat kelahiran Nabi, rumah Ummul Muminn
Khadjah, serta tempat tinggal Nabi dihancurkan. Padahal, menurut Syaikh Jafar
Subhani, awalnya Muhammad ibn Abdul Wahhab memusatkan upayanya hanya
untuk menghancurkan kuburan-kuburan saja, bukan menghancurkan setiap
peninggalan yang ditinggalkan Rasulullah dan para sahabatnya yang mulia.
Tetapi para pengikutnya kini telah meluaskan usahanya dengan melakukan
pemusnahan setiap peninggalan Islam, dengan dalih perluasan kedua tempat
suci, Makkah dan Madinah.[19] Ini tentu sangat disayangkan dan penting untuk
diperhatikan kaum Muslim di seluruh dunia.
Kian hari umat Islam mengalami persoalan yang kian menumpuk. Namun bagi
Wahhabi, persoalan utama umat Islam terletak pada masalah tauhid, di mana
mereka membaginya menjadi tiga bagian:[20]
Tauhid ini mengandung arti pengakuan bahwa hanya Allah semata yang memiliki
sifat rabb, penguasa dan pencipta dunia, yang menghidupkan dan mematikan.
Tauhid ini sekadar pengakuan verbal yang dengannya saja belum memadai
untuk mencapai kualitas sebagai Muslim.
Dalam pandangan Wahhabi, bidah dibagi menjadi dua: 1). Bidah dalam adat
dan tradisi; 2). Bidah dalam agama. Bidah yang pertama hukumnya mubah/
boleh, sedangkan yang kedua haram dan sesat. Bidah yang kedua kemudian
dibagi lagi menjadi dua: bidah qawliyyah itiqadiyyah dan bidah fi al-ibadah.
Bagi Wahhabi, kaum Syiah, Sufi, dan kebanyakan kaum Sunni telah melakukan
bidah baik bidah qawliyyah itiqadiyyah maupun bidah fi al-ibadah. Maka dari
itu boleh (bahkan harus) diperangi.
V. Refleksi
Jika saja aliansi Wahhabi-Saudi tak memiliki kekayaan berupa cadangan minyak
raksasa, gerakan Wahhabisme mungkin hanya tergores dalam catatan sejarah
sebagai gerakan pemikiran yang secara intelektual bersifat marjinal dan
berumur pendek saja. Namun nasib baik sebagai negeri kaya raya mampu
membuat mereka eksis hingga saat ini. Mereka memiliki modal kuat sehingga
mampu menyebarluaskan paham Wahhabisme di dunia Islam, hingga ke
Indonesia.[22] Dan penyebaran paham Wahhabisme di Indonesia terbilang cukup
pesat. Inilah salah satu sebab mengapa Indonesia yang sebelumnya sering
disebut sebagai contoh par excellence masyarakat Muslim yang lembut dan
sejuk, perlahan mengalami radikalisasi akibat pengaruh ideologi dan kebudayaan
luar.
Imbas ekspansi Wahhabisme menyentuh pula aspek seni dan budaya. Fakta
yang ditemukan kini, nyaris tak ada peninggalan seni dan budaya Islam di Arab
Saudi. Maka menjadi sebuah ancaman serius ketika mereka berhasil mengekspor
pahamnya hingga berhasil memberangus seni dan budaya yang merupakan
muatan lokal suatu wilayah.
Hal lainnya yang patut menjadi sorotan adalah masalah persatuan Islam. Cara-
cara radikal yang mereka tempuh telah mengantarkan kepada tindakan kontra
produktif. Persatuan Islam yang selama ini telah dijaga utuh oleh berbagai
kalangan baik Sunni ataupun Syiah terancam secara serius akibat pandangan
sempit kelompok Wahhabi, yang sayangnya lagi, mudah dijadikan alat adu
domba oleh musuh Islam yang sesungguhnya.
Telah banyak sarjana, baik Muslim maupun non-Muslim, yang merasa prihatin
dengan implikasi negatif ekspansi Wahhabisme. Mereka cukup produktif
menghasilkan karya ilmiah untuk mengungkap sejarah kelam Wahhabisme.
Sayangnya, isu ini bukan sesuatu yang menarik bagi sebagian besar masyarakat
kita. Maka akibat sikap lalai, tak heran jika paham Wahhabisme dengan
mudahnya masuk ke sekolah-sekolah hingga ke Universitas.[23]
Perlu dicatat bahwa tidak semua paham Wahhabi dan Salafi yang ada sekarang
setuju dengan cara-cara kekerasan. Ini seiring dengan dinamika kehidupan,
spektrum yang terbentuk menjadi semakin lebar dan melahirkan kategorisasi-
kategorisasi baru. Dalam hal ini, selama mereka tidak menggunakan cara-cara
kekerasan, dakwah mereka tidak dapat disalahkan. Justru ini menjadi PR besar
bagi kita untuk berusaha menyajikan ilmu-ilmu agama orisinil sebagai menu
yang mengundang selera anak-anak muda sejak dini. Sebab, bisa jadi mudahnya
mereka terdoktrin oleh ajaran Wahhabisme disebabkan karena kebanyakan dari
mereka belum menyadari betapa samudera keilmuan Islam sesungguhnya
begitu luas dan mempesona.[]
[2] Kaum Wahhabi sendiri menganggap mereka sebagai representasi dari Ahl al-
Sunnah wa al-Jamah.
[4] Hamid Algar memandang motif perjalanan Ibnu Abdul Wahhab masih tanda
tanya. Sejarawan lainnya mengatakan untuk urusan bisnis atau sekadar
bersenang-senang. Ada juga yang mengatakan motif perjalanannya itu untuk
menimba ilmu.
[5] Abdullah Mohammad Sindi, Britain and the Rise of Wahhabism and the House
of Saud, e-Bulletin Vol.IV 16 January 2004, www.kanaanonline.org
[6] Meskipun catatan atau buku berjudul Confession of a British Spy ini diragukan
keasliannya oleh sebagian kalangan, termasuk Prof. Hamid Algar, namun cukup
layak dibaca untuk mengetahui gambaran situasi di jazirah Arab saat itu.
[7] Waqf Ikhls, Confession of a British Spy, Istanbul: Waqf Ikhlas Publications
No.14, Eight Edition, 2001
[10] Ibid.
[11] Ibid.
[14] Isu ini bisa dicek di beberapa website Wahhabi/ Salafi baik di luar maupun
dalam negeri. Sebagai contoh: http://www.salafy.or.id/salafy.php?
menu=detil&id_artikel=1086
[16] Fealy, Greg dan Anthony Bubalo, Jejak Kafilah, Pengaruh Radikalisme Timur
Tengah di Indonesia, Bandung: Mizan, 2007, hal 32
[22] Greg Fealy dan Anthony Bubalo dalam bukunya, Jejak Kafilah, mengatakan
bahwa tiga organisasi di Indonesia secara khusus menerima dukungan dana
signifikan dari Arab Saudi. Mereka adalah DDII, Al-Irsyad, dan Persis. (Fealy, Greg
dan Anthony Bubalo, Jejak Kafilah, Bandung: Mizan, 2007)
http://modalusaha.com/akhir-zaman/23-sejarah-kerajaan-arab-saudi-dan-wahabi
Soal:
Siapa sebenarnya Wahabi? Benarkah Hizbut Tahrir Wahabi atau setidaknya mirip
Wahabi? Jika tidak, ada apa sebenarnya di balik tuduhan seperti ini?
Jawab:
Wahabi adalah gerakan Islam yang dinisbatkan kepada Muhammad bin Abdul
Wahhab (1115-1206 H/1701-1793 M). Muhammad bin Abdul Wahhab sebenarnya
merupakan pengikut mazhab Hanbali, kemudian berijtihad dalam beberapa
masalah, sebagaimana yang diakuinya sendiri dalam kitab, Shiynah al-Insn,
karya Muhammad Basyir as-Sahsawani.1 Meski demikian, hasil ijtihadnya dinilai
bermasalah oleh ulama Sunni yang lainnya.
Nama Wahabi sendiri telah dikubur oleh para pengikut dan penganutnya. Boleh
jadi karena sejarah kelam pada masa lalu. Namun, mereka mempunyai alasan
lain. Menurut mereka, ajaran Muhammad bin Abdul Wahbab adalah ajaran Nabi
Muhammad, bukan ajarannya sendiri. Karenanya, mereka lebih memilih untuk
menyebut diri mereka sebagai Salafi atau Muwahhidn, yang berarti orang-
orang yang mentauhidkan Allah, bukan Wahhbi.
Tahun 1747 M, Muhammad bin Saud, yang notabene adalah agen Inggris,
menyatakan secara terbuka penerimaannya terhadap berbagai pemikiran dan
pandangan keagamaan Muhammad bin Abdul Wahhab. Keduanya pun sama-
sama diuntungkan. Dalam kurun 10 tahun, wilayah kekuasaan Muhammad bin
Saud berkembang seluas 30 mil persegi. Muhammad bin Abdul Wahhab pun
diuntungkan, karena dakwahnya berkembang dan pengaruhnya semakin
menguat atas dukungan politik dari Ibn Saud. Namun, pengaruhnya berhenti
sampai di wilayah Ihsa 1757 M.
Namun, setelah Abdul Aziz, yang juga agen Inggris itu, mendirikan Dewan
Imarah pada tahun 1787 M, sekaligus menandai lahirnya sistem monarki, Wahabi
pun terlibat dalam ekspansi kekuasaan yang didukungnya, sekaligus
menyebarkan paham yang dianutnya. Tahun 1788 M, mereka menyerang dan
menduduki Kuwait. Melalui metode baru ini, gerakan ini menimbulkan instabilitas
di wilayah Khilafah Utsmani; di semenanjung Arabia, Irak dan Syam yang
bertujuan melepaskan wilayah tersebut dari Khilafah. Gerakan mereka akhirnya
berhasil dipukul mundur dari Madinah tahun 1812 M. Benteng terakhir mereka di
Dariyyah pun berhasil diratakan dengan tanah oleh Khilafah tahun 1818 M.
Sejak itu, nama Wahabi seolah terkubur dan lenyap ditelan bumi.2
Namun, pandangan dan pemikiran Wahabi memang tidak mati. Demikian juga
hubungan penganut dan pendukung Wahabi dengan keluarga Ibn Saud.
Ini jelas berbeda dengan Hizbut Tahrir. Hizbut Tahrir adalah partai politik yang
berideologi Islam. Tujuannya adalah untuk mengembalikan kehidupan Islam
dengan mendirikan Khilafah yang menerapkan sistem Islam dan mengemban
dakwah Islam ke seluruh dunia. Politik adalah aktivitasnya.3 Meski begitu, Hizbut
Tahrir tidak pernah terlibat dalam pendirian rezim manapun yang berkuasa saat
ini di dunia. Hizb juga tidak pernah terlibat dalam dukung-mendukung
kekuasaan/negara manapun. Sebabnya, semua negara yang ada di seluruh
dunia saat ini bukanlah negara yang dibangun berdasarkan akidah Islam dan
memerintah berdasarkan hukum-hukum Allah. Dalam pandangan Islam, menurut
Hizb, satu-satunya negara bagi umat Islam di seluruh dunia adalah Khilafah,
yang notabene pernah dirongrong oleh konspirasi Inggris dan agennya, dinasti
Ibn Saud, termasuk di dalamnya menggunakan Wahabi.
Pandangan keagamaan Wahabi sebenarnya bukan hal yang baru. Dalam masalah
akidah, misalnya, Wahabi, banyak mengambil pandangan Ibn Taimiyyah dan
muridnya, Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah. Tauhid, menurut mereka, ada dua yaitu:
tauhid rububiyyah wa asma wa shifat dan tauhid rububiyyah. Tauhid yang
pertama bertujuan untuk mengenal dan menetapkan Allah sebagai Rabb,
dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Tauhid yang kedua terkait dengan
tuntutan dan tujuan (at-thalab wa al-qashd).4 Syaikh Abd al-Aziz bin Baz,
kemudian membagi tauhid tersebut menjadi tiga: tauhid rububiyyah, tauhid
uluhiyyah dan tauhid al-asma wa as-shifat.5
Ini berbeda dengan Hizb. Dalam tauhid, Hizb tidak mengenal klasifikasi seperti
ini. Dalam pembahasan tentang sifat, misalnya, Hizb tidak membahas sifat dan
asma dalam konteks itsbt bil tahrf wa la tathl wa la takyf wa la tamtsl
(menetapkan sifat dan asma Allah, tanpa menyelewengkan, mengabaikan,
mendes-kripsikan tatacara-Nya dan menyerupakannya dengan yang lain),
sebagaimana lazimnya Wahabi.6 Hizb membahas sifat justru untuk meluruskan
perdebatan yang tidak berkesudahan, antara Muktazilah, yang menyatakan
bahwa sifat Allah sama dengan Dzat-Nya, dan Ahlussunnah, yang menyatakan,
bahwa sifat Allah tidak sama dengan Zat-Nya. Dalam pandangan Hizb,
perdebatan seperti ini tidak bisa dan tidak boleh dilakukan, karena tidak
berangkat dari fakta, melainkan didasarkan pada asumsi mantik.7
Bagi Wahabi, masalah utama umat Islam adalah masalah akidah; akidah umat ini
dianggap sesat, karena dipenuhi syirik, tahayul, bidah dan khurafat. Karena itu,
aktivitas dakwah mereka difokuskan pada upaya purifikasi (pemurnian) akidah
dan ibadah umat Islam. akidah dimurnikan dari syirik, baik syirik ashghar (syirik
kecil), akbar (syirik besar) maupun syirik khafi (syirik yang samar-samar); juga
tahayul dan khurafat. Ibadah juga harus dimurnikan dari bidah, yang
didefinisikan sebagai membuat metode yang tidak dicontohkan sebelumnya.
Dalam pandangan mereka, bidah ada dua: bidah dalam adat dan tradisi; bidah
dalam agama. Bidah yang pertama, menurut mereka, hukumnya mubah/boleh.
Bidah yang kedua semuanya haram dan sesat (dhalalah). Bidah yang kedua ini
mereka bagi menjadi dua: Bidah qawliyyah itiqadiyyah, seperti ucapan dan
pandangan Jahmiyah, Muktazilah, Rafidhah dan sebagainya; bidah fi al-ibdah.8
Ini berbeda dengan Hizb. Pandangan seperti ini, menurut Hizb, juga berbahaya
karena menganggap seolah-oleh umat Islam belum berakidah Islam. Ini tampak
pada pandangan mereka terhadap kaum muslim yang lain, selain kelompok
mereka, yang dianggap sesat. Bahkan mereka tidak jarang saling sesat-
menyesatkan terhadap kelompok sempalan mereka. Pandangan ini, menurut
Hizb, sebagaimana disebutkan dalam kitab Nid al-Hr, tidak proporsional.
Betul, bahwa ada masalah dalam akidah umat Islam, tetapi tidak berarti mereka
belum berakidah Islam. Bagi Hizb, umat Islam sudah berakidah Islam. Hanya
saja, akidahnya harus dibersihkan dari kotoran dan debu, yang disebabkan oleh
pengaruh kalam dan filsafat. Karena itu, Hizb tidak pernah menganggap umat
Islam ini sesat. Hizb juga menganggap, bahwa persoalan akidah ini, meski
penting, bukanlah masalah utama. Bagi Hizb, masalah utama umat Islam adalah
tidak berdaulatnya hukum Allah dalam kehidupan mereka. Karena itu, fokus
perjuangan Hizb adalah mengembalikan kedaulatan hukum Allah, dengan
menegakkan kembali Khilafah.
Bagi Hizb, akidah umat harus dibersihkan agar bisa menjadi landasan yang
kokoh dalam kehidupan pribadi, masyarakat dan negara. Setelah itu, akidah
yang hidup di dalam diri umat ini akan mampu membangkitkan mereka dari
keterpurukan, dan akhirnya mendorong mereka untuk memperjuangkan
tegaknya Khilafah dan hukum Allah di muka bumi.
Dengan pandangan Wahabi seperti itu terhadap akidah umat Islam, ditambah
ketidaktahuan mereka tentang konstruksi masyarakatyang terdiri dari
manusia, pemikiran, perasaan dan systemmaka wajar jika sejarah Wahabi
berlumuran darah kaum muslim. Situs-situs penting dan bersejarah di dalam
Islam pun mereka hancurkan. Semuanya dengan dalih membebaskan umat Islam
dari syirik dan khurafat. Ini jelas berbeda dengan Hizb. Hizb tahu persis
konstruksi masyarakat sehingga dalam dakwahnya tidak pernah menyerang
manusia atau obyek-obyek fisik, seperti situs-situs penting dan bersejarah;
melainkan menyerang pemikiran, perasaan dan sistem yang diyakini dan
dipraktikkan oleh manusia. Itulah yang menjadi fokus serangan Hizb. Karena itu,
dakwah Hizb dikenal sebagai dakwah fikriyyah l unfiyyah (intelektual dan non-
kekesaran).
Pendek kata, perbedaan Hizb dengan Wahabi begitu jelas dan nyata.
Menyamakan Hizb dengan Wahabi bisa jadi karena tidak mengerti tentang
kedua-duanya, atau sengaja untuk melakukan monsterisasi terhadap Hizb, agar
disalahpahami, dibenci dimusuhi dan dijauhi oleh umat. Inilah yang sebenarnya
hendak dilakukan. Lalu siapa yang diuntungkan dengan semuanya ini, tentu
bukan Islam dan kaum muslim, melainkan kaum kafir penjajah dan para boneka
mereka, yang tetap menginginkan negeri-negeri muslim, seperti Indonesia, ini
tetap terjajah. Nadzu billh. []
Catatan kaki:
4 Syaikh Abdurrahman bin Hasan Ali as-Syaikh, Fath al-Majd: Syarah Kitb at-
Tawhd, Muassasah Qurthubah, t.t., hlm. 25.
5 Syaikh Abdul Aziz bin Bz, Al-Ahkam al-Mulimmah ala ad-Durus al-Muhimmah
li Ammati al-Ummah, Makatabah al-Malik Fahd al-Wathaniyyah, cet. II, 1423 H,
hlm. 30.
6 Syaikh Abdurrahman bin Hasan Ali as-Syaikh, Fath al-Majd: Syarh Kitb at-
Tawhd, hlm. 25; Syaikh Abdul Aziz bin Bz, Al-Ahkam al-Mulimmah ala ad-
Durus al-Muhimmah li Ammati al-Ummah, hlm. 20.
8 Dr. Fauzan bin Abdullah Fauzan, Aqdah at-Tawhd, Mamlakah al-Arabiyyah as-
Saudiyyah, Muassasah al-Haramain al-Khairiyyah, Riyadh, hlm. 176-177.
http://hizbut-tahrir.or.id/2009/07/29/hizbut-tahrir-wahabi/