Misalnya, mengetahui Allah, mencintai-Nya, rindu berjumpa dengan-Nya, berserah diri kepada-Nya
dan mengutamakannya atas segala syahwatnya, lalu ia lebih mengutamakan bagian dan syahwatnya
daripada taat dan cinta kepada Allah.
Sebagaimana firman Allah SWT : “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai Ilahnya. Maka dapatkah kamu menjadi pemelihara atasnya?” (QS. Al-Furqan :
43)
Hal ini sebagaimana ungkapan, “Orang mati tidak bisa merasakan sakit”. Hati yang sehat akan
merasa sakit dan menderita karena maksiat. Sehingga, hal itu membersitkan taubat dan Kembali
kepada Allah, sebagaimana firman Allah :
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila ditimpa was-was dari setan mereka ingat
kepada Allah, maka Ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS. Al-A’raf : 201)
Hati yang sejat akan merasa sakit dengan perkara-perkara syubhat yang menjangkitinya. Ia juga
merasa sakit dengan kebodohannya terhadap kebenaran dan akidah-akidah yang batil. Sebgaian
ulama menuturkan, “Tidak ada dosa maksiat kepada Allah yang lebih jelek daripada kebodohan.”
Dikatakan kepada Imam Sahl, “Wahai Abu Muhammad, apakah yang lebih jelek daripada
kebodohan?” Jawabnya, “Bodoh terhadap kebodohan (maksudnya orang bodoh yang tidak tahu
kebodohannya).”
Hal ini sebagaimana mayoritas manusia yang berpaling dari mendengarkan Al-Qur’an yang telah
difirmankan Allah SWT. Dia berfirman :
“Dan kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian.” (Al-Isra’ : 82)
Mereka mendengarkan nyanyian yang menumbuhkana kemunafikan dalam hati dan menggugah
syahwat. Didalamnya juga mengandung kekufuran kepada Allah ‘azawajala.
5. Pemiliknya menghuni dunia dengan perasaan ridha, tenang dan tidak merasa asing, serta
tidak mengharap akhirat dan tidak beramal untuknya.
Setiap kali hati pulih dari sakitnya, ia akan “pergi” ke akhirat. Sementara pemilik hati yang sakit,
penampilan lahirnya akan berbeda dari penampilan batinnya.
“Jadilah engkau di dunia laksana orang asing atau orang yang menyeberangi jalan.”