Anda di halaman 1dari 11

PENGANTAR ILMU PERTANIAN

III

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
PERAN FAKTOR AGRO-EKOSISTEM
DALAM PENGEMBANGAN
PETERNAKAN
DEFINISI
Ekosistem
 Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan
biotik.
 
Agroekosistem
 Agroekosistem atau ekosistem pertanian merupakan suatu bentuk ekosistem binaan manusia yang
perkembangannya ditujukan untuk memperoleh produk pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
 Agroekosistem adalah komunitas tanaman dan hewan yang berhubungan dengan lingkungannya yang telah
diubah oleh manusia untuk menghasilkan pangan, pakan dan produk-produk lainnya.
 Afroekosistem adalah bentuk ekosistem binaan manusia yanng bertujuan menghasilkan produk pertanian guna
memenuhi kebutuhan manusia.
SIFAT-SIFAT AGROEKOSISTEM

01
Agroekosistem tidak memiliki kontinyuitas (tidak stabil). Keberadaannya hanya dalam
waktu yang terbatas dan sering mengalami perubahan secara akibat tindakan manusia,
seperti pengolahan, pemotongan, penggembalaan pengairan dan aspek manajemen
lainnya.

02 Struktur agroekosistem didominasi oleh jenis tanaman tertentu yang dipilih oleh manusia
dan sering merupakan tanaman baru yang dimasukkan ke dalam ekoisistem tersebut.

03 Umur tanaman yang ada dalam agroekosistem relatif seragam

04 Terdapat masukan berupa puPuk, pestisida dan air irigasi, sehingga jaringan tanaman
kaya akan unsur hara dan air
KOMPONEN AGROEKOSISTEM
- Tanah
- Air
- Iklim Komponen
- Topografi Abiotik
- Dll

- Manusia ( menyangkut aspek manajemen, soaial-


ekonomi, kelembagaan, kebijakan dan lain-lain) Komponen
- Ternak Biotik
- Tanaman
- Dll
PERAN AGROEKOSISTEM DALAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN
A. Contoh pada Pengembangan Peternakan sapi perah di Indonesia.
1. Interaksi faktor manajemen zooteknis, ekosistem dan sosial-ekonomi serta kelembagaan dan kebijakan
dalam pengembangan Sapi Perah Rakyat

- Permasalahan umum peternakan sapi perah rakyat:

Output tidak sesuai dengan input-----tidak efisien:


Produktivitas tidak memadai
Nilai output tidak sebanding dengan korbanan.

Lokasi yang tidak sesuai dengan iklim dan Pengetahuan dan ketrampilan peternak kurang
topografi memadai

Daya dukung (pakan/hijauan kurang)----- Manajemen lemah.


produksi tidak maksimal
Ilustrasi 1. Keterkaitan antar komponen agroekosistem dalam usaha peternakan sapi perah rakyat
PERAN AGROEKOSISTEM DALAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN
A. Contoh pada Pengembangan Peternakan sapi perah di Indonesia.
1. Interaksi faktor manajemen zooteknis, ekosistem dan sosial-ekonomi serta kelembagaan dan kebijakan
dalam pengembangan Sapi Perah Rakyat
- Strategi perbaikan
a. Pemberdayaan petani peternak
b. Kelembagaan yang kondusif
c. Strategi pengembangan usaha yang efisien, sesuai potensi : ekologis, sumberdaya alam (lahan, vegetasi
d. Efisiensi ekonomi (antara lain melalui peningkatan skill – manajerial SDM
e. Kebijakan berdasarkan aspek sosial-ekonomi.
PERAN AGROEKOSISTEM DALAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN
A. Contoh pada Pengembangan Peternakan sapi perah di Indonesia.
2. Interaksi antara kondisi fisik-alami dengan aspek sosial-ekonomi dalam pengembangan usaha sapi
perah.
- Pengembangan usaha peternakan sapi perah di Indonesia dihadapkan pada permasalahan sosial- ekonomi dan
kondisi fisik- alami.

a. Sebagai gambaran kondisi fisik-alami dibagi dalam 3 kriteria, yakni kondisi fisik alami rendah (a1), sedang (a2)
dan tinggi (a3). Kondisi sosial-ekonomi rendah (s1), sedang (S2) dan tinggi (S3).

Ilustrasi 2. Tipologi wilayah peternakan sapi perah


PERAN AGROEKOSISTEM DALAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN
A. Contoh pada Pengembangan Peternakan sapi perah di Indonesia.
2. Interaksi antara kondisi fisik-alami dengan aspek sosial-ekonomi dalam pengembangan usaha sapi
perah.
- Pengembangan usaha peternakan sapi perah di Indonesia dihadapkan pada permasalahan sosial- ekonomi dan
kondisi fisik- alami.

b. Peternakan sapi perah cenderung terkonsentrasi di 2 wilayah ekstrim, yakni wilayah tipe a1s3 dan a3s1.
 
c. Tipe wilayah a1s3 : kondisi lingkungan fisik-alami rendah, tetapi kondisi sosial-ekonomi tinggi. Tipe wilayah
a3s1: kondisi lingkungan fisik-alami tinggi, tetapi konsisi sosial-ekonomi tinggi.
 
d. Tipe wilayah a1s3: dataran rendah sekitar kota dengan suhu lingkungan panas, sedangkan a3s1: daerah
pedesaan di pegunungan, bersuhu sejuk.

e. Kelemahan sebaran tersebut: peningjatan produksi hijauan pakan di sekitar kota besar terbentur hambatan
fisik berupa keterbatasan lahan. Peningkatan daya produksi di dataran rendah terbentur hambatan alami
berupa rendahnya daya tahan sapi perah terhadap lingkungan bersuhu tinggi. Hmbatan utama perkembangan
sapi perah di wilayah a1s3: rendahnya persediaan hijauan dan penampilan produksi sapi.
PERAN AGROEKOSISTEM DALAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN
A. Contoh pada Pengembangan Peternakan sapi perah di Indonesia.
2. Interaksi antara kondisi fisik-alami dengan aspek sosial-ekonomi dalam pengembangan usaha sapi
perah.
- Pengembangan usaha peternakan sapi perah di Indonesia dihadapkan pada permasalahan sosial- ekonomi dan
kondisi fisik- alami.

f. Tipe wilayah a3s1: daerah pedesaan. Ketersediaan konsentrat terkendala karena industri pangan yang
menghasilkan limbah industri (merupakan bahan pakan konsentrat) ada di perkotaan di dataran rendah.
Sehingga di pedesaan harga konsentrat tinggi. Permintaan akan susu juga rendah, harga jual susu rendah.
 
g. Keunggulan di a3s1: ketersediaan hijauan memadai, produksi susu tinggi. Keunggulan di a1s3: ketersediaan
konsentrat memadai, permintaan akan susu kuat.

Anda mungkin juga menyukai