Anda di halaman 1dari 19

DEAF & HARD OF

HEARING
(TUNARUNGU)

Gabriyella Gosal (1871001)


Fransiska Elshia (1871002)
Angelica S. Sie (1871004)
Pengertian Anak Tunarungu

o Atmaja (2017) menyatakan bahwa anak tunarungu secara umum diartikan sebagai anak
yang tidak dapat mendengar atau mengalami gangguan pada pendengaran.

o Soemantri (Atmaja, 2017) mengemukakan bahwa tunarungu merupakan suatu keadaan


dimana individu kehilangan pendengaran yang berakibat pada ketidakmampuan dalam
menangkap rangsangan, terutama melalui indra pendengaran.

o Anak tunarungu mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengarkan


baik sebagian atau seluruhnya.

o Anak tunarungu secara fisik tidak berbeda dengan anak yang normal pada umumnya.
Pengertian
Anak Menurut pakar bidang medis, anak tunarungu
dikategorikan menjadi dua kelompok, yakni:

  1. Hard of hearing individu yang masih memiliki

Tunarungu sisa pendengaran atau kurang mampu


mendengar, sehingga pendengarannya masih
dapat berfungsi dalam menguasai bahasa dan
komunikasi, baik dengan ataupun tanpa alat
o Anak yang mengalami tunarungu mengalami bantu dengar.
gangguan pada proses pemerolehan informasi 2. The deaf individu yang sama sekali tidak
atau bahasa yang dimana digunakan sebagai memiliki indra pendengaran atau tidak dapat
alat komunikasi yang sangat penting bagi mendengar sama sekali, sehingga
manusia. pendengarannya tidak mampu berfungsi dalam
o Dalam perkembangan bahasa anak tunarungu menguasai bahasa dan komunikasi, baik
diperlukan pengenalan konsep bahasa yang dengan ataupun tanpa alat bantu dengar.
tepat, dimana dapat dimulai sejak usia dini dan
bergantung pada peran aktif orangtua.
Klasifikasi Anak Tunarungu
A 0 dB Menunjukkan pendengaran normal.

B 0 – 26 dB Masih memiliki pendengaran normal.

27 – 40 dB Masih mampu mendengar suara dalam jarak dekat. Dalam proses belajar mengajar di sekolah,
C (Sangat Ringan) kesulitannya dapat ditangani dengan menempatkan anak di tempat duduk yang strategis letaknya.

41 – 55 dB Mampu mengerti bahasa percakapan dalam jarak 3 kaki dan harus dalam keadaan berhadap-
D hadapan, sulit dalam mengikuti diskusi, dan biasanya memerlukan alat bantu dengar serta terapi
(Ringan) wicara.

56 – 76 dB Masih memiliki sisa pendengaran untuk belajar bahasa ekspresif ataupun reseptif (belajar
E
(Sedang) berbicara), sudah memerlukan alat bantu dengar sepanjang waktu,

71 – 90 dB Kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa yang intensif, membutuhkan alat bantu
F
(Berat) mendengar (ABM), dan kebutuhan untuk belajar bahasa isyarat.

91 dB ke atas
G (Berat Sekali/ Masih mungkin mendengar suara yang keras melalui getaran, banyak bergantung pada penglihatan
daripada pendengarannya untuk proses menerima informasi dan telah dianggap tuli.
Parah/Ekstrem)

Samuel A. Kirk (Atmaja, 2017)


Cont...   Klasifikasi tunarungu berdasarkan asal
usulnya, yaitu:
1. Tunarungu endogen kehilangan
pendengaran karena keturunan.

  Klasifikasi tunarungu berdasarkan letak 2. Tunarungu eksogen kehilangan


anatominya, yaitu: pendengaran karena faktor nongenetis.
1. Tipe konduktif kehilangan pendengaran
karena mengalami kerusakan pada bagian
telinga luar yang berfungsi sebagai alat Klasifikasi anak tunarungu menurut Heri
pengantar suara. Purwanto (Atmaja, 2017)
2. Tipe sensorineural kehilangan
pendengaran karena mengalami A Sangat Ringan 25 – 40 dB
kerusakan pada saraf pendengaran. B Ringan 41 – 55 dB
3. Tipe gabungan kehilangan pendengaran C Sedang 56 – 70 dB
karena mengalami kerusakan pada bagian
telinga luar dan saraf pendengaran. D Berat 71 – 90 dB

E Sangat Berat 91 dB – lebih


Karakteristik Anak Tunarungu

Kurang menguasai irama

1 3
Miskin kosakata dan gaya bahasa

Sulit memhami kalimat yang


Sulit untuk memahami kata-kata kompleks atau panjang dan
yang mengandung arti kiasan sulit mengucapkan kata atau

2
atau kata-kata abstrak
4 kalimat dengan jelas
Cont..
1
• Karakteristik anak tunarungu pada umumnya
mengalami keterlambatan dalam perkembangan
bicara
• Individu yang tuli sepenuhnya bisa menjadi
individu yang tidak bisa bicara
Faktor Penyebab Tunarungu

Faktor dalam diri anak Faktor luar diri anak


• Faktor keturunan • Mengalami infeksi saat
• Saat mengandung ibu kelahiran
mengalami campak Jerman • Mengalami radang selaput
• Saat mengandung ibu otak
menderita keracunan darah • Mengalami radang pada
telinga bagian tengah (otitis
media)
• Pernah mengalami
kecelakaan
Cont..
1. Tunarungu tipe konduktif
a. Terjadi karena kerusakan atau gangguan pada telinga bagian luar
• Lubang telinga bagian luar tidak terbentuk (atresia meatus akustikus
externus)
• Terjadi radang pada lubang telinga bagian luar (otitis externa)
b. Terjadi karena kerusakan atau gangguan yang terjadi pada telinga tengah
• Terjadi tekanan atau benturan yang keras pada telinga
• Terjadi peradangan/infeksi pada telinga bagian tengah (otitis
media)
• Munculnya lapisan kalsium/zat kapur pada gendang pendengaran
dan tulang pendengaran
• Tulang pendengaran tidak ada sejak lahir
• Disfungsi tuba esutachius
Cont..
2. Tunarungu tipe sensorineural

a. Bisa disebabkan karena faktor keturunan


b. Faktor non genetik, seperti:
• Rubella (campak Jerman)
• Mengalami meningtis
• Mengalami trauma akustik
• Penderita akan mengalami berbagai hambatan dalam meniti
pekembangannya, terutama pada aspek bahasa, kecerdasan, dan
Psikologi ABK penyesuaian sosial, sebab untuk mengembangkan potensi anak tunarungu
secara optimal praktis memerlukan layanan atau bantuan secara khusus

• Variasi kepekaan menerima suara berupa kepekaan suara nada rendah dan
tinggi.

Dampak Anak • Ada dua bagian penting yang mengikuti dampak terjadinya hambatan,
yaitu:

Tunarungu 1 Konsekuensi akibat gangguan pendengaran atau tunarungu tersebut


bahwa penderitanya akan mengalami kesulitan dalam menerima segala
macam rangsangan atau persitiwa bunyi yang ada disekitarnya

2 Akibat kesulitan menerinam rangsangan bunyi tersebut konsekuensinya


penderita tunarungu akan mengalami kesulitan pula dalam memproduksi
suara atau bunyi bahasa yang terdapat disekitarnya
Psikologi ABK

Intervensi Gangguan pendengaran dapat

Anak dikurangi dengan memanfaatkan


sisa pendengaran
menggunakan alat bantu dengar
dan

Tunarungu meskipun hasilnya


sempurna. Selain itu, anak
tidak

tunarungu juga perlu


mendapatkan terapi wicara untuk
Gangguan pendengaran yang terjadi pada anak perlu memperbaiki gangguan berbahasa
dilakukan deteksi seawal mungkin mengingat peranan
pendengaran dalam proses perkembangan bicara
sangatlah penting
Psikologi ABK

Atmaja (2017) menyatakan beberapa metode terapi wicara untuk anak berkebutuhan khusus
dengan gangguan pendengaran, diantaranya sebagai berikut:

1 Metode Lips Reading 2 Metode Oral 3 Metode Manual Metode AVT (Auditory
4
atau Membaca Ujaran Visual Therapy)

Penekanannya terdapat pada Melatih anak tunarungu Cara melatih atau mengajar Perpaduan antara penerapan
kemampuan anak yang agar bisa berkomunikasi anak tunarungu untuk suara, bahasa bibir, dan
diharuskan bisa menangkap suara secara lisan dengan berkomunikasi dengan mimik muka
atau bunyi bahkan ungkapan dari lingkungan atau orang- menggunakan bahasa
seseorang melalui penglihatannya orang yang bisa isyarat, yaitu dengan ejaan
mendengar jari
Psikologi ABK CONT.....

Metode AVT (Auditory Visual Therapy)


Auditory Verbal Therapy
Tujuan (AVT) adalah sebuah metode
• Dengan suara kita diharapkan bisa mengoptimalkan sisa pendengaran terapi untuk mengajarkan
anak.
anak dengan gangguan
pendengaran atau tunarungu
• Dengan membaca mimik muka serta bahasa bibir diharapkan anak
agar mampu mendengar dan
dapat dengan mudah memahami atau lebih mengerti setiap kata yang berbicara dengan
diucapkan secara visual. menggunakan alat bantu
difabel.
Perlu diperhatikan
• Alat artikulasi anak untuk mengetahui apakah terdapat kecacatan atau Seperti misalnya alat bantu
tidak.
dengar (ABD), FM System,
maupun Cochlear Implant
• Pembentukan vokal dan konsonan.
(CI).
• Mengetahui tingkat kekurangan pendengaran anak. Ringan, sedang,
berat atau bahkan sangat berat.
• Tingkat kelainan anak
Part 1: Mengenal Konsep Bahasa
Konsep bahasa yang tepat bagi anak tunarungu harus dimulai sejak usia dini dan
Psikologi ABK TITLE OF THE REPORT /
sangat bergantung pada peran aktif orang tua dalam perkembangan
DATE OF THEbahasanya.
REPORT

• Usia 0-6 tahun


Menitikberatkan pada pengenalan bahasa isyarat angka dan huruf dan tidak
memfokuskan pada pemahaman konsep kata-kata.
• Usia 6 - 10 tahun
Pada konsep kata-kata dasar yang menggunakan gambar tunggal yang
merepresentasikan satu kata.
• Usia 10 - 12 tahun
Mampu untuk mengenali bentuk-bentuk gambar menceritakan objek tersebut
dengan menggunakan kalimat sederhana.
• Usia 12 - 16 tahun
Sudah belajar berbahasa melalui pengalamannya sendiri sehingga sudah
mempunyai perbendaharaan kosakata yang cukup banyak dan sudah mampu untuk
Konsep memahami kalimat dalam sebuah paragraf .
• Usia 16 tahun ke atas
Pembelajaran
02

bergantung pada keaktifan anak tunarungu dalam berkomunikasi dengan orang


lain
cont Beberapa kaidah yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Dalam pengembangannya bahasa isyarat harus mudah untuk
Part 2 : Mengenal Konsep Bahasa
digunakan dan dipelajari oleh guru, siswa dan orang tuanya juga
• Manusia sendiri sudah mengenal bentuk bahasa lain yang masyarakat secara umum.
menekankan gerak tubuh untuk membentuk arti tertentu. 2. Pengembangan bahasa isyarat harus mewakili tata bahasa yang
• Gerak tubuh kemudian digunakan sebagai dasar bahasa digunakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya.
isyarat bagi tunarungu. 3. Dalam mengembangkan bahasa isyarat, kemampuan dan
• Bahasa isyarat yang diberlakukan adalah SIBI atau perkembangan kejiwaan siswa harus menjadi pertimbangan.
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia. 4. Pengembangan bahasa isyarat harus berdasar pada kata isyarat yang
paling banyak digunakan oleh tunarungu.
5. Bahasa isyarat tersebut harus sesuai dengan sistem budaya dan
sosial yang ada di Indonesia.
6. Bahasa isyarat harus mempunyai pembeda arti yang jelas setiap
katanya. Selain itu, isyarat juga tidak baku dalam artian bahwa kata
tersebut memungkinkan untuk dikembangkan di waktu kedepan
tanpa mengubah arti.
7. Dalam pengembangan bahasa isyarat bagi siswa tetap senantiasa
mengacu pada perkembangan metodologi pengajaran, pengetahuan
juga perkembangan bahasa siswa itu sendiri.
cont
Ada beberapa unsur yang harus dipertimbangkan untuk mengenalkan
bentuk visual secara tepat kepada anak tunarungu, yaitu:

• Garis
• Kumpulan titik-titik dan mempunyai jenis yang bermacam-macam
Part 3 : Mengenal Konsep Bahasa yaitu: garis vertikal, garis horizontal, garis lengkung, garis zig zag
dan garis lingkar
• Bentukan pada garis dapat memberikan impresi tertentu pada anak
Cara yang paling efektif untuk mengenalkan dan
tunarungu
menambah perbendaharaan kata bagi anak
• Melalui garis, kita dapat membantu mengenalkan berbagai ekspresi
tunarungu adalah dengan memaksimalkan organ
manusia dan sifat-sifatnya
penglihatan mereka, yaitu melalui bentuk dan
gambar • Bentuk
Suatu konsep simbol yang terbentuk dari hubungan antara garis-garis
atau merupakan gabungan dan garis-garis dengan konsep yang lain.

• Warna
Berfungsi untuk memberikan pemisahan dan penekanan dan dapat
juga menciptakan emosi pada objek tersebut.
• Tekstur
Tekstur digunakan untuk membantu memberikan penekanan pada
bentuk kasar dan halus.
cont 1 Batasan pertama 2 Batasan kedua

kata tersebut harus berupa kata Perlu diperhatikan banyak


benda atau kata kerja tertentu kata dalam bahasa
yang mempunyai ciri khusus atau Indonesia yang
Part 4 : Mengenal Konsep dapat diidentikkan dengan bentuk menggunakan imbuhan,
sisipan, dan awalan.
Bahasa tertentu.

Konsep bahasa memiliki batasan atau


aturan jika kita ingin menerjemahkan
bahasa Indonesia ke dalam bahasa 3 Batasan ketiga 4 Batasan keempat
gambar. Batasan tersebut, antara lain :
• Pada dasarnya semua kata benda Dalam bahasa Indonesia
dalam bahasa Indonesia dapat terdapat juga kata-kata yang
langsung digambarkan sesuai sulit untuk digambarkan
dengan makna katanya. dalam bentuk tertentu,
• Namun, ada pula beberapa kata seperti kata-kata yang tidak
benda yang tidak ada bentuknya, berbentuk.
tetapi tetap dapat digambarkan
sesuai dengan makna katanya,
terutama untuk kata-kata yang
berhubungan dengan ekspresi.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, J. R. (2017). Anak berkebutuhan khusus. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai