Anda di halaman 1dari 23

Kementerian Dalam Negeri

Republik Indonesia

Aksi Konvergensi
Aksi 1 sd Aksi 4
Tujuan 8 Aksi: Meningkatnya Integrasi Intervensi Gizi pada Rumah Tangga 1000 HPK

Rancangan Proses RKPD


Rekomendasi Lokus dan
Kegiatan Prioritas Aksi #2: Rencana Rencana Kegiatan Aksi # 3: & APBD
Kegiatan Rembuk Stunting
Komitmen &
Kesepakatan Masukan untuk
Rencana
Kegiatan
PerBup/Perwali

Kegiatan Perbaikan

Penyebab Stunting
pelaksanaan VS hasil
Acuan pemantauan
Aksi #4:

Sistem Data
Kesenjangan

Sebaran &
Aksi #1 Data Perbup/Perwali
Analisis Situasi tentang Peran
Desa
Cakupan & Keterpaduan Intervensi
Gizi pada Rumah Tangga 1000 HPK

Cakupan Intervensi
Data Stunting &

Data &
Sebaran Stunting Aksi # 7:
Aksi # 6: Sistem Pengukuran dan
Manajemen Data Publikasi Stunting

Peran & Tugas KPM


Perkembangan kasus stunting
Aksi # 8:
Reviu Kinerja Aksi #5:
Tahunan Cakupan RT 1000 HPK yg Pembinaan KPM
Mendapat
Intervensi Gizi secara Lengkap
Aksi 1: Analisis Situasi
Analisis Situasi
Aksi 1: Analisis Situasi
Definisi:
proses untuk mengidentifikasi sebaran stunting, cakupan intervensi, situasi ketersediaan program,
dan praktik manajemen layanan saat ini untuk memahami permasalahan rendahnya integrasi
intervensi gizi prioritas pada sasaran rumah tangga 1000 HPK

Output: Rekomendasi kegiatan untuk meningkatkan integrasi intervensi gizi prioritas bagi rumah
tangga 1.000 HPK. Rekomendasi meliputi:
a. daftar desa/kelurahan yang memerlukan prioritas penanganan (lokasi fokus penurunan stunting)
b. program/kegiatan penyediaan intervensi/layanan yang memerlukan perbaikan manajemen alokasi
anggaran, baik melalui realokasi atau tambahan alokasi program
c. kegiatan perbaikan penyampaian layanan untuk memastikan RT 1.000 HPK mengakses layanan
d. kegiatan perbaikan manajemen data stunting dan cakupan intervensi
e. kegiatan penguatan koordinasi, baik koordinasi antar OPD untuk sinkronisasi program/kegiatan
maupun antara kab/kota dan desa/kelurahan dengan dukungan kecamatan
Checklist Hasil Analisis Situasi
1 Rekomendasi daftar lokasi prioritas (fokus penanganan)

2 Rekomendasi daftar intervensi yang memerlukan prioritas penanganan


3 Pemetaan program tahun berjalan yang relevan (sesuai) untuk
mengurangi kesenjangan layanan (intervensi yang cakupannya rendah)
4 Hasil identifikasi kendala dalam manajemen layanan untuk menyasar
Rumah Tangga 1000 HPK

5 Rekomendasi hasil analisis situasi


Peran OPD Kab/Kota dalam Aksi 1
1. Menyediakan data yang diperlukan dalam analisis situasi:
a) data sebaran stunting (Dinas Kesehatan),
b) data cakupan intervensi yang terinci sampai tingkat desa/kelurahan (OPD penanggung
jawab intervensi), seperti:
1. Cakupan rumah tangga yang menggunakan sumber air minum layak (Dinas PUPR)
2. Cakupan rumah tangga yang menggunakan sanitasi layak (Dinas PUPR)
3. Cakupan KPM PKH yang mendapatkan FDS gizi dan kesehatan (Dinas Sosial)
4. Cakupan keluarga 1000 HPK sebagai penerima bantuan pangan bernutrisi (Dinas Sosial)
5. Daftar desa menerapkan Kawasan Rumah Pangan Lestasi (Dinas Pertanian)

c) Data program/kegiatan intervensi gizi spesifik dan sensitive dari berbagai sumber
pendanaan yang telah teralokasi pada tahun berjalan (OPD)
Peran OPD Kab/Kota dalam Aksi 1
2. Menganalisis penyebab kesenjangan cakupan layanan, baik pada skala kab/kota
maupun pada desa/kelurahan fokus
3. Menganalisis ketersediaan program tahun berjalan untuk mengatasi penyebab
kesenjangan cakupan layanan
4. Menganalisis kendala penyampaian layanan bagi Rumah Tangga 1000 HPK
5. Mengidentifikasi kesenjangan data saat ini: ketersediaan, kualitas, aksesibilitas data
6. Menganalisis kendala koordinasi antara OPD dan dengan desa/kelurahan dalam
sinkronisasi penyelenggaraan intervensi
7. Bersama lintas sektor, dikoordinir oleh Bappeda, merumuskan rekomendasi hasil
analisis situasi
Peran OPD Provinsi:
Fasilitasi Pemecahan Masalah (de-bottlenecking)
Definisi: Kegiatan supervisi fasilitatif untuk menguraikan dan memecahkan masalah/kendala yang bersifat lintas
sektoral dalam memperbaiki konvergensi intervensi gizi spesifik dan sensitif

Tujuan:
1. Memfasilitasi Kab/Kota untuk menguraikan dan memecahkan masalah/kendala spesifik yang bersifat lintas
sektor dan memerlukan dorongan eksternal untuk pemecahannya karena kesulitan kordinasi dan keterbatasan
akses kepada informasi tentang solusi yang baik.
2. Memastikan agar kendala-kendala untuk implementasi konvergensi intervensi gizi dapat diuraikan dan
dipecahkan dengan baik

Kegiatan dilakukan dalam bentuk supervisi fasilitatif ke Kabupaten/Kota. Agar penguraian dan pemecahan masalah
berjalan efektif, dalam mengimplementasikan supervisi fasilitatif yang menggunakan pendekatan de-bottlenecking
hendaknya tim provinsi mengorganisasi pertemuan yang bersifat lintas sektor yang berujung pada penyepakatan
rencana tindak untuk memecahkan masalah. Rencana tindak tersebut dipantau kemajuannya oleh provinsi secara
berkala sampai dengan masalah dapat terpecahkan.
Langkah-langkah untuk melakukan supervisi fasilitatif yang berorientasi pemecahan masalah:
1. Mengidentifikasi beberapa masalah kunci yang memerlukan pendekatan de-bottlenecking
dalam pemecahan masalah, misalnya karena masalah bersifat lintas OPD/lintas daerah,
Kabupaten/Kota belum menemukan solusi yang jelas terhadap masalah tersebut. Sebaiknya
pada tahapan awal, masalah kunci dibatasi sampai dengan 3 masalah agar lebih fokus. Pada
putaran berikutnya setelah masalah awal terpecahkan, dapat diidentifikasi masalah lainnya.
2. Provinsi memfasilitasi diskusi pemecahan masalah dengan mengundang lintas OPD dan
asisten yang bertanggung jawab mengkoordinasikan masalah tersebut di tingkat
Kabupaten/Kota
3. Menyepakati solusi yang hendak dilakukan dan menunjuk pihak yang bertanggung jawab
(PIC) untuk mengimplementasikan solusi, dan dilengkapi dengan target jadwal penyelesaian.
4. Menuangkan kesepakatan tersebut dalam bentuk matriks yang kemajuannya dipantau secara
berkala
Penanggung Jawab: Bappeda dan Tim OPD provinsi lintas sektor
Jadwal: dilakukan secara berkala, misalnya 6 bulan sekali
Aksi 2: Rencana Kegiatan
Aksi 2: Rencana Kegiatan
Definisi: tindak lanjut pemerintah Kabupaten/Kota dalam merealisasikan hasil
rekomendasi dari analisis situasi.

Output: Rencana program/kegiatan OPD untuk meningkatkan cakupan dan integrasi layanan
(intervensi) oleh kab/kota dan desa pada tahun berjalan dan/atau satu tahun berikutnya. Rencana
Kegiatan meliputi:
a. program/kegiatan OPD untuk meningkatkan cakupan intervensi melalui kegiatan penyesuaian
alokasi anggaran atau target lokasi intervensi
b. kegiatan OPD untuk meningkatkan integrasi intervensi gizi pada Rumah Tangga 1000 HPK melalui
perbaikan manajemen layanan untuk menjangkau Rumah Tangga 1000 HPK
c. kegiatan perbaikan manajemen data terkait stunting dan cakupan intervensi
d. kegiatan koordinasi antar program dan antara kabupaten/kota dengan kecamatan dan desa
e. kegiatan kampanye perubahan perilaku dan komunikasi antar pribadi dalam percepatan
penurunan stunting
Checklist Hasil Penyusunan Rencana Kegiatan
1 Rencana Kegiatan untuk Menindaklanjuti Rekomendasi Hasil Analisis Situasi
2 Matriks Rencana Kegiatan Kab/Kota Tahun Berjalan
3 Matriks Rencana Kegiatan Kab/Kota Tahun Rencana

Hasil Internalisasi Rencana Kegiatan ke dalam Rencana dan Anggaran


1 Matriks pemantauan integrasi Rencana Kegiatan pada tahun berjalan
2 Matriks pemantauan integrasi Rencana Kegiatan untuk tahun rencana
Peran OPD Kab/Kota dalam Aksi 2
1. OPD menyusun rancangan kegiatan tindak lanjut OPD berdasarkan
kesepakatan rekomendasi hasil analisis situasi
2. Bersama lintas sektor, dikoordinir oleh Bappeda, menkonsolidasikan
Rancangan Rencana Kegiatan untuk dibahas dalam Rembuk Stunting
3. Merealisasikan Rencana Kegiatan yang telah disepakati melalui Rembuk
Stunting. Rencana Kegiatan direalisasikan melalui program/kegiatan tahun
berjalan dan Renja OPD tahun berikutnya.

Rencana Kegiatan dimaksud termasuk kegiatan perbaikan system manajemen data


Aksi 3: Rembuk Stunting
Aksi 3: Rembuk Stunting Kab/Kota
Definisi:
wadah untuk menyampaikan hasil analisis situasi, mendeklarasikan komitmen pemerintah daerah dan
menyepakati rencana kegiatan intervensi penurunan stunting serta membangun komitmen publik
dalam kegiatan penurunan stunting secara terintegrasi di kabupaten/kota

Output:
a. Komitmen penurunan stunting yang ditandatangani oleh Bupati/walikota, perwakilan DPRD,
kepala desa, pimpinan OPD dan perwakilan sektor nonpemerintah dan masyarakat.
b. Rencana kegiatan intervensi gizi terintegrasi penurunan stunting yang telah disepakati oleh lintas
sektor untuk dilaksanakan pada tahun berjalan dan untuk dimuat dalam RKPD/Renja OPD tahun
berikutnya
Checklist Hasil Rembuk Stunting
1 Deklarasi/Komitmen Pemerintah Kabupaten/kota dalam penurunan stunting

2 Komitmen Publik dalam penurunan stunting

3 Kesepakatan Rencana Kegiatan

4 Kesepakatan peran desa dan kecamatan untuk meningkatkan integrasi


intervensi di tingkat desa
Aksi 4: Peraturan Bupati
untuk memperjelas Kewenangan Desa dalam
Upaya Pencegahan Stunting Terintegrasi
Aksi 4:
Peraturan Bupati tentang Peran Desa
Definisi:
Peraturan Bupati yang memperjelas kewenangan desa dalam pencegahan stunting
terintegrasi. Dapat berupa peraturan baru atau hasil revisi peraturan yang ada

Muatan peraturan, sekurang-kurangnya meliputi:


1. Kewenangan desa dalam pelaksanaan intervensi gizi melalui APBDesa
2. Peran kecamatan dalam mendukung pemerintah desa
3. Dukungan untuk mobilisasi dan penyediaan insentif bagi Kader Pembangunan Manusia
(KPM)
4. Koordinasi Pemerintah Desa dengan OPD terkait dan fasilitator atau pendamping program
5. Peran kelembagaan masyarakat (Posyandu, PAUD, PKK, dan lainnya)
6. Dukungan untuk kampanye publik dan komunikasi perubahan perilaku di tingkat desa
Peran OPD Kab/Kota dalam Aksi 4
1. Terlibat dalam pembahasan rancangan perbup/perwali
2. Personil OPD yang diharapkan terlibat adalah mereka yang sudah terlibat sejak
perumusan tujuan dikeluarkannya Peraturan Bupati/Walikota agar
pembahasan berjalan efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai