Anda di halaman 1dari 21

ETIKA

PROFESI HAKIM
ETIKA PROFESI HAKIM

Pelaksanaan etika profesi hakim dikenal sebagai Kode



Kehormatan Hakim yang merupakan hasil Keputusan Rapat
Kerja Para Ketua Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri
dibawah pimpinan Mahkamah Agung yang diadakan pada
tahun 1986 yang dikukuhkan dan dimantapkan oleh
Musyawarah Nasional IKAHI (Ikatan Hakim Indonesia)
pada tanggal 23 Maret 1988.

Kode Kehormatan Hakim (KHH) adalah segala sifat


batiniah dan sikap-sikap lahiriah yang wajib dimiliki oleh
para hakim untuk menjamin tegaknya kewibawaan dan
kehormatan hakim/korps hakim yang disebut “ Tri Prasetya
Hakim”.
TRI PRASETYA HAKIM

Adapun isi dari Kode Kehormatan Hakim


tersebut sebagai berikut :
1. Janji Hakim.
2. Pelambang atau Sifat Hakim
(Kartika, Cakra, Candra, Sari, Tirta)
3. Sikap Hakim.
AD. 1. JANJI HAKIM

“Saya berjanji :
a. Bahwa saya senantiasa akan menjunjung tinggi
citra, wibawa dan martabat hakim Indonesia;
b. Bahwa saya dalam menjalankan jabatan akan
berpegang teguh pada Kode Kehormatan Hakim
Indonesia;
c. Bahwa saya bersedia menerima sanksi, apabila
saya mencemarkan citra, wibawa dan martabat
hakim Indonesia.
AD. 2. PELAMBANG / SIFAT HAKIM
(KESATU)

a. Kartika = Percaya (Bintang yang


melambangkan Ketuhanan Yang Maha
Esa), artinya percaya dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing
menurut dasar kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab.

 
 
AD. 2. PELAMBANG / SIFAT HAKIM
(KEDUA)
b. Cakra = Adil (Senjata ampuh dari Dewan Keadilan yang mampu
memusnahkan segala kebatilan, kezaliman dan ketidakadilan).
Jadi didalam kedinasan seorang hakim harus :
1). Adil.
2). Tidak berprasangka atau berat sebelah (memihak).
3). Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan.
4). Memutus berdasarkan keyakinan hati nurani.
5). Sanggup mempertanggung jawabkan kepada Tuhan.
Sedangkan di Luar Kedinasan seorang hakim harus :
1). Saling harga menghargai.
2). Tertib dan Lugas.
3). Berpandangan luas.
4). Mencari saling pengertian.
AD. 2. PELAMBANG / SIFAT HAKIM
(KETIGA)
Candra (Bulan yang menerangi segala tempat yang gelap, sinar penerangan
dalam kegelapan) berarti Bijaksana atau Berwibawa.
Didalam Kedinasan :
1). Berkepribadian.
2). Bijaksana.
3). Berilmu.
4). Sabar.
5). Tegas.
6). Disiplin.
7). Penuh pengabdian pada pekerjaan.
Diluar kedinasan.
1). Dapat dipercaya.
2). Penuh rasa tanggung jawab.
3). Menimbulkan rasa hormat.
4). Anggun dan berwibawa.
AD. 2. PELAMBANG / SIFAT HAKIM
(KEEMPAT)
Sari (Bunga yang semerbak wangi mengharumi kehidupan masyarakat)
berarti budi luhur atau berkelakuan tidak tercela.
Didalam Kedinasan :
1). Tawakal
2). Sopan
3). Ingin meningkatkan pengabdian dalam tugas.
4). Bersemangat ingin maju (meningkatkan nilai peradilan).
5). Tenggang rasa.
Diluar Kedinasan :
1). Berhati-hati dalam pergaulan hidup
2). Sopan dan susila
3). Menyenangkan dalam pergaulan
4). Tenggang rasa
5). Berusaha menjadi tauladan bagi masyarakat sekelilingnya.
AD. 2. PELAMBANG / SIFAT HAKIM
(KELIMA)
Tirta = air (yang membersihkan segala kotoran didunia) yang
mensyaratkan hakim harus jujur.
Didalam kedinasan :
1). Jujur
2). Merdeka = berdiri diatas semua pihak yang kepentingannya
bertentangan, tidak membeda-bedakan orang.
3). Bebas dari pengaruh siapapun juga.
4). Sepi ing pamrih.
5).Tabah.
Diluar Kedinasan :
1). Tidak boleh menyalahgunakan kepercayaan dan kedudukan
2). Tidak boleh berjiwa mumpung
3). Waspada.
AD. 3. SIKAP HAKIM
(DALAM KEDINASAN)
Pegangan mengenai sikap hakim dibedakan dalam 2 (dua)
bidang yaitu :
Dalam Kedinasan, dibagi dalam 6 bagian :
1). Sikap hakim dalam persidangan;
(a). Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang
ditentukan dalam hukum acara yang berlaku.
(b). Tidak dibenarkan bersikap yang menunjukkan memihak
atau bersimpati atau anti pati terhadap pihak-pihak yang
berperkara.
(c). Harus bersikap sopan, tegas dan bijaksana dalam
memimpin sidang, baik dalam ucapan maupun perbuatan.
(d). Harus menjaga kewibawaan dan kenikmatan persidangan.
3. SIKAP HAKIM
(DALAM KEDINASAN)
2). Sikap hakim terhadap sesama rekan;
(a). Memelihara dan memupuk hubungan kerja sama yang baik
antara sesama rekan.
(b). Memiliki rasa setia kawan, tenggang rasa dan saling
menghargai antara sesama rekan.
(c). Memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadap
korps hakim.
(d). Menjaga nama baik dan martabat rekan-rekan, baik
didalam maupun diluar kedinasan.
 
 
AD. 3. SIKAP HAKIM
(DALAM KEDINASAN)
3). Sikap hakim terhadap bawahan/pegawai;
(a). Harus mempunyai sifat kepemimpinan terhadap
bawahan.
(b). Membimbing bawahan untuk mempertinggi
kecakapan.
(c). Harus mempunyai sifat sebagai seorang
bapak/Ibu yang baik terhadap bawahan.
(d). Memelihara kekeluargaan antara bawahan dengan
hakim.
(e). Memberi contoh kedisiplinan terhadap bawahan.
AD. 3. SIKAP HAKIM
(DALAM KEDINASAN)
4). Sikap hakim terhadap atasan;
(a). Taat kepada pimpinan atasan.
(b). Menjalankan tugas-tugas yang telah digariskan
oleh atasan dengan jujur dan iklas.
(c). Berusaha memberi saran-saran yang membangun
kepada atasan.
(d). Mempunyai kesanggupan untuk mengeluarkan /
mengemukakan pandapat kepada atasan tanpa
meninggalkan norma-norma kedinasan.
(e). Tidak dibenarkan mengadakan resolusi terhadap
atasan dalam bentuk apapun.
AD. 3. SIKAP HAKIM
(DALAM KEDINASAN)
5). Sikap Pimpinan terhadap sesama rekan hakim;
(a). Harus memelihara hubungan baik dengan hakim
bawahannya.
(b). Membimbing bawahan dalam pekerjaan untuk
memperoleh kemajuan.
(c). Harus bersikap tegas, adil serta tidak memihak.
(d). Memberi contoh yang baik dalam perikehidupan,
didalam maupun diluar dinas.
 
AD. 3. SIKAP HAKIM
(DALAM KEDINASAN)
6). Sikap hakim keluar/terhadap instansi lain.
(a). Harus memelihara kerjasama dan hubungan yang
baik dengan instansi-instansi lain.
(b). Tidak boleh menonjolkan kedudukannya.
(c). Menjaga wibawa dan martabat hakim dalam
hubungan kedinasan.
(d). Tidak menyalahgunakan wewenang dan
kedudukan terhadap instansi lain.
AD. 3. SIKAP HAKIM
(DILUAR KEDINASAN)
1). Sikap pribadi hakim sendiri;
(a). Harus memiliki kesehatan rohani dan jasmani.
(b). Berkelakuan baik dan tidak tercela.
(c). Tidak menyalahgunakan wewenang untuk
kepentingan pribadi maupun golongan.
(d). Menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan
dursila dan kelakuan yang dicela oleh masyarakat.
(e). Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang
merendahkan martabat hakim.
AD. 3. SIKAP HAKIM
(DILUAR KEDINASAN)
2 ). Sikap dalam rumah tangga;
(a). Menjaga keluarga dari perbuatan-perbuatan yang
tercela, baik menurut norma-norma hukum kesusilaan.
(b). Menjaga ketentraman dan keutuhan rumah tangga.
(c). Menyesuaikan kehidupan runah tangga dengan
keadaan dan pandangan masyarakat.
(d). Tidak dibenarkan hidup berlebih-lebihan dan
mencolok.
 
 
AD. 3. SIKAP HAKIM
(DILUAR KEDINASAN)

3). Sikap dalam Masyarakat.


(a). Selaku anggota masyarakat tidak boleh
mengisolasi diri dari pergaulan masyarakat.
(b). Dalam hidup bermasyarakat harus
mempunyai rasa gotong royong.
(c). Harus menjaga nama baik dan martabat
hakim.
SIFAT DAN SIKAP KEPEMIMPINAN HAKIM

Dan sikap-sikap lahiriah dari hakim jika diterapkan akan


menumbuhkan sifat kepemimpinan yang harus dimiliki oleh hakim,
yaitu :
 Ing Ngarso Sung Tulodo.
 Ing Madyo Bangun Karso.
 Tut Wuri Handayani.

Agar sifat-sifat dan sikap-sikap hakim sebagaimana dikemukakan


diatas dapat terwujud, diperlukan pembinaan jiwa korps hakim,
yang meliputi :
 Hakim harus memegang teguh rahasia jabatan korps;
 Dilarang memakai nama korps untuk kepentingan pribadi atau
golongannya;
 Hakim harus memupuk rasa setiakawan dan kekeluargaan
BENTUK PENGAWASAN PELANGGARAN
KODE ETIK HAKIM.

Dalam prakteknya, wujud pengawasan terhadap kekuasaan


kehakiman yang mandiri tersebut, ada 2 yaitu :
I. Lembaga Pengawasan Internal, yang terdiri dari :
 WASKAT (pengawasan melekat)
 WASNAL (Pengawasan fungsional)
 Majelis Kehormatan Hakim (MKH)
 
II. Lembaga Pengawasan Eksternal.
 Mengawasi perilaku hakim.
 Memberikan rekomendasi mengenai perekrutan promosi dan
mutasi hakim.
 Menyusun kode etik hakim.
LEMBAGA PENGAWAS PELANGGARAN
KODE ETIK HAKIM.

Pada prinsipnya ada 2 (dua) lembaga yang mengawasi kinerja


para hakim yang berada di lingkungan Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi maupun Mahkamah Agung, yaitu :
I. Majelis Kehormatan Hakim (INTERNAL)
II. Dewan Kehormatan Hakim (EKSTERNAL)
1). Menerima pengaduan laporan dari masyarakat tentang
kinerja peradilan atau laporan dari hakim menyangkut mutasi
dan promosi.
2). Pengawasan dilakukan terhadap tingkah laku dan perilaku
yang bercorak penyalahgunaan wewenang bukan kontrol yang
bersifat teknis yuridis yang berkaitan dengan perkara.
3). Adapun batasan fungsi kontrolnya :
a. Tidak boleh meng intervensi proses penyelesaian perkara
b. Tidak boleh mengurangi judicial immunity atau total personal
immunity right dari hakim.

Anda mungkin juga menyukai