Autisme diartikan oleh Leo Kanner dalam penelitiannya pada tahun 1943 adalah suatu gangguan metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan kelainan pada seseorang sehingga secara tak langsung individu
tersebut dapat dikatakan “ hidup dalam dunianya sendiri “ (Dr. Melly Budhiman, 2002).
Etiologi
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002) diantaranya yaitu :
1. Faktor Genetik
Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun
Manifestasi klinis
2. tahap perkembangan : Pada tahap ini penderita autis memperlihatkan keterbelakangan dan gangguan dalam hal psikologis dan intelektual. Selain itu, kemampuan untuk berkomunikasi dan berprilaku
juga mengalami penyimpangan. Tanda dan gejala penyimpangan dalam berbagai bidang :
1. bidang kolmunikasi
3. Bidang sensoris
5. Bidang peril;aku
6. Bidang emosi
Patofisiologi
Autisme adalah beberapa kelainan yang disebabkan oleh mutasi berkumpul di beberapa jalur molekuler umum, atau adalah (seperti cacat intelektual) set
besar gangguan dengan berbagai mekanisme. autism tampaknya timbul akibat dari perkembangan faktor-faktor yang mempengaruhi banyak atau semua
fungsi sistem otak, dan mengganggu perkembangan otak waktu lebih dari produk akhir.
Hipotesis untuk seluler dan molekuler dasar patologis berlebih awal meliputi :
Klasifikasi
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, Kurniasih (2002) membagi autisme menjadi dua yaitu :
1. Autisme sejak bayi (Autisme Infantil)
2. Autisme regresif
Faisal Yatim (dalam buku karangan purwati 2007) mengelompokkan autisme menjadi :
3. Autisme persepsi
4. Autisme reaksi
Faktor Resiko
Penyebab autis adalah multifaktorial sehingga banyak faktor yang mempengaruhi.Sehingga banyak teori penyebab yang telah diajukan oleh banyak ahli.
Adapun beberapa resiko tersebut dapat diikelompokkan dalam beberapa periode, seperti periode kehamilan, persalinan dan periode usia bayi.
1. periode kehamilan
2. periolde melahirkan
3. periolde usia bayi
Penatalaksanaan 1. Terapi perilaku
Terapi yang dilakukan untuk anak dengan autism : 2. Terapi perkembangan
1. Applied Behavioral Analysis (ABA) 3. Terapi visual
2. Terapi Wicara 4. Terapi biomedik
3. Terapi Okupasi
Tatalaksana autis dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
4. Terapi Fisik
5. Terapi Sosial Edukasi kepada keluarga memerankan peran yang
penting dalam membantu perkembangan anak,
6. Trapi bermain
karena orang tua adalah orang terdekat mereka yang
dapat membantu untuk belajar berkomunikasi,
berperilaku terhadap lingkungan dan orang sekitar,
intinya keluarga adalah jendela bagi penderita untuk
masuk ke dunia luar, walaupun diakui hal ini
bukanlah hal yang mudah.
Penggunaan obat-obatan pada penderita autisme
harus dibawah pengawasan dokter. Penggunaan
obat-obatan ini diberikan jika dicurigai terdapat
kerusakan di otak yang mengganggu pusat emosi
dari penderita, yang seringkali menimbulkan
gangguan emosi mendadak, agresifitas, hiperaktif
dan stereotipik. Beberapa obat yang diberikan
adalah Haloperidol (antipsikotik), fenfluramin,
naltrexone (antiopiat), clompramin (mengurangi
kejang dan perilaku agresif).
ASUHAN KEPERAWATAN
AUTISME
Pengkajian. Keterbatasan kongnitif.
5. Pemeriksaan fisik
1. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada Tidak ada kontak mata pada anak.
keluarga. Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh).
2. Riwayat keluarga yang terkena autisme. Terdapat ekolalia.
Tidak ada ekspresi non verbal.
3. Riwayat kesehatan ketika anak dalam
Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke
kandungan. objek lain.
1. Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna
2. Cedera otak. benda tersebut.
4. Status perkembangan anak Peka terhadap bau.
Anak kurang merespon orang lain.
Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali
bagian tubuh.
Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya pada orang
lain.
Hambatan komunikasi verbal dan non verbal berhubungandengan ransangan sensori tidak
adekuat, gangguan keterampilanreseptif dan ketidakmampuan mengungkapkan perasaan.
Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan anak.
INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 1 : Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan Pelihara hubungan saling percaya untuk memahami komunikasi anak.
ketidakmampuan untuk percaya pada orang lain.
Gunakan kalimat sederhana dan lambang/maping sebagai media.
Tujuan : Klien mau memulai interaksi dengan pengasuhnya.
Anjurkan kepada orang tua/pengasuh untuk melakukan tugas secara
Intervensi : konsisten.
Batasi jumlah pengasuh pada anak. Pantau pemenuhan kebutuhan komunikasi anak sampai anak
menguasai.
Tunjukan rasa kehangatan/keramahan dan penerimaan pada anak.
Kurangi kecemasan anak saat belajar komunikasi.
Tingkatkan pemeliharaan dan hubungan kepercayaan.
Validasi tingkat pemahaman anak tentang pelajaran yang telah
Motivasi anak untuk berhubungan dengan orang lain. diberikan.
Pertahankan kontak mata anak selama berhubungan dengan orang lain. Pertahankan kontak mata dalam menyampaikan ungkapan non verbal.
Berikan sentuhan, senyuman, dan pelukan untuk menguatkan Berikan reward pada keberhasilan anak.
sosialisasi.
Bicara secara jelas dan dengan kalimat sederhana.
DX 2 : Hambatan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan
dengan rangsangan sensori tidak adekuat, gangguan keterampilan Hindari kebisingan saat berkomunikasi.
reseptif dan ketidakmampuan mengungkapkan perasaan.
Tujuan : Klien dapat berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan
kepada orang lain.
Intervensi :
LANJUT...
DX 3 : Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan anak.
Tujuan : Kecemasan berkurang/tidak berlanjut.
Intervensi :
Tanamkan pada orang tua bahwa autis bukan aib/penyakit.
Anjurkan orang tua untuk membawa anak ke tempat terapi yang berkualitas baik serta melakukan
secara konsisten.
Berikan motivasi kepada orang tua agar dapat menerima kondisi anaknya yang spesial.
Anjurkan orang tua untuk mengikuti perkumpulan orang tua dengan anak autis, seperti kegiatan
Autis Awareness Festifal.
Berikan informasi mengenai penanganan anak autis.
Beritahukan kepada orang tua tentang pentingnya menjalankan terapi secara konsisten dan kontinue.
ADHD
DEFINISI ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak
kecil. Anak ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran
dengan tenang, belajar berbagai keterampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar,
2009).
Epidemiologi
Rasio anak laki-laki berbanding perempuan adalah antara 4:1 dalam jenis dan tipe hiperaktif impulsif dan untuk kurang
perhatian rasio anak laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Gejala-gejala ini kurang jelas daripada tipe hiperaktif impulsif
yang lebih demonstratif.
Etiologi
Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui. Namun papar Hardiono ada bukti bahwa faktor biologis dan
genetis berperan dalam ADHD.
Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini meliputi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
fungsi otak.
1. Faktor genetik
2. Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
3. Faktor Neurotransmitter
4. Faktor pesikososial
5. Faktolr perilaku
6. Faktor lingkungan
Macam tipe ADHD
1. Tipe ADHD Gabungan
2. Tipe ADHD kurang memerhatikan dan Tipe ADHD hiperaktif impulsive
3. Tipe ADHD hiperaktif impulsive
Psikopatologi
ADHD terdiri dari tiga masalah pokok yaitu kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau
penghambatan impuls, kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley, menambahkan masalah-
masalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan instruksi, adanya vairiabilitas berlebih dalam
berespons situasi, khusunya pekerjaan sekolah
Komplikasi
Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.
Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan mengerjakan aritmatika (sering kali
akibat abnormalitas konsentrasi).
Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali perilaku agresif dan kata-kata yang diungkapkan).
IQ rendah / kesulitan belajar (anak tidak duduk tenang dan belajar).
Resiko kecelakaan (karena impulsivitas).
Percaya diri rendah dan penolakan teman-teman sebaya (perilakunya membuat anak-anak lainnya marah).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges, 2007 pemeriksaan Selain itu dilakukan skrining DDTK pada
diagnostic yang dilakukan pada anak dengan anak pra sekolah
ADHD antara lain :
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak
Pemeriksaan Tiroid prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila
ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau
Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan)
ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader
Tes psikologis sesuai indikasi kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola
TPA, dan guru TK. Keluhan tersebut dapat
Pemeriksaan diagnostic individual berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah
bergantung pada adanya gejala fisik ini :
(misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan
atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP). a. Anak tidak bisa duduk tenang.
ANY QUESTION ?