AIDS tidak dapat dipisahkan dari aspek hukum dan hak Asasi manusia (HAM). Permasalahan pokok yang menyangkut hukum berkaitan dengan maraknya kasus HIV/ AIDS adalah bagaimana menyeimbangkan antara perlindungan kepentingan masyarakat dan kepentingan individu pengidap HIV dan penderita AIDS (Indar, 2010). Aspek hukum dan HAM merupakan dua komponen yang sangat penting dan ikut berpengaruh terhadap berhasil tidaknya program penanggulangan yang dilaksanakan. Telah diketahui bahwa salah satu sifat utama dari fenomena HIV & AIDS terletak pada keunikan dalam penularan dan pencegahannya. Berbeda dengan beberapa penyakit menular lainnya yang penularannya dibantu serta dipengaruhi oleh alam sekitar, pada HIV & AIDS justeru penularan dan pencegahannya berhubungan dengan dan atau tergantung pada perilaku manusia. Terdapat dua hak asasi fundamental yang berkaitan dengan epidemi HIV/ AIDS yaitu : hak terhadap kesehatan dan hak untuk bebas dari diskriminasi. Dibandingkan dengan hak terhadap kesehatan, jalan keluar dari masalah diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS ini jauh lebih kompleks dan sulit. Perlakuan yang diskriminatif dan pelanggaran HAM yang sering dialami Odha antara lain penolakan di rumah sakit, pengucilan, PHK, penolakan klaim asuransi, pemulangan pekerja seks ke daerah asalnya, pelacakan pekerja seks yang positif HIV, dan pemaksaan tes HIV tanpa prosedur standar operasi, serta skrining terhadap calon karyawan dan karyawati secara terselubung. KEBIJAKAN YANG MENGATUR (HIV/AIDS)
1. Deklarasi universal HAM PBB
2. UUD 1945 Pasal 28H ayat 2 : Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan 3. Pasal 2 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia larangan diskriminasi terhadap seseorang yang merupakan salah satu tindakan pelanggaran hak asasi manusia 4. Strategi Nasional Penanggulangan HIV AIDS 5. Keputusan Menakertrans No 68/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja. 6. UU No 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. 7. Perda tentang penanggulangan HIV/AIDS di tiap provinsi Jateng Perda Provinsi Jawa Tengah No 5 tahun 2009. HAK ATAS LAYANAN KESEHATAN Undang-Undang Kesehatan mewajibkan perawatan diberlakukan kepada seluruh masyarakat tanpa kecuali termasuk penderita HIV AIDS. Dalam Pasal 5 UU Kesehatan dinyatakan bahwa terdapat kesamaan hak tiap orang dalam mendapatkan akses atas sumber daya kesehatan, memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Tugas pemerintah dalam hal ini untuk menyediakan tenaga medis, paramedik dan tenaga kesehatan lainnya yang cukup dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi penderita HIV/AIDS dan menjamin ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. HAK ATAS INFORMASI
Pasal 7 UU Kesehatan secara tegas mengatakan bahwa setiap
orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan serta informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan atas dirinya pada pasal 8. Peningkatan pendidikan untuk menangani HIV dan AIDS termasuk metode pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS serta peningkatan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pencegahan dan penyebaran HIV dan AIDS, misalnya melalui penyuluhan dan sosialisasi merupakan upaya dalam memberikan informasi mengenai HIV/AIDS. HAK ATAS KERAHASIAAN Hak atas kerahasiaan dalam UU Kesehatan diatur dalam Pasal 57 dimana setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatannya. Selain itu UUPK No. 29/2004 juga mengatur mengenai rahasia medis dan rekam medis ini pada paragraph 3 dan 4 tentang rekam medis dan rahasia kedokteran. Rahasia Medis itu bersifat pribadi, hubungannya hanya antara dokter - pasien. Ini berarti seorang dokter tidak boleh mengungkapkan tentang rahasia penyakit pasien yang dipercayakannya kepada orang lain, tanpa seizin si pasien. Masalah HIV / AIDS banyak sangkut pautnya dengan Rahasia Medis sehingga kita harus berhati hati dalam menanganinya. HAK ATAS PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
Dalam pasal 56 UU Kesehatan diatur tentang persetujuan
tindakan medis atau informed consent. Masalah AIDS juga ada erat kaitannya dengan Informed Consent. Merupakan tugas dan kewajiban seorang dokter untuk memberikan informasi tentang penyakit-penyakit yang diderita pasien dan tindakan apa yang hendak dilakukan, disamping wajib merahasiakannya. Pada pihak lain kepentingan masyarakat juga harus dilindungi. Semua tes HIV harus mendapatkan informed consent dari pasien setelah pasien diberikan informasi yang cukup tentang tes, tujuan tes,implikasi hasil tes positif ataupun negatif yang berupa konseling prates. PASAL-PASAL YANG BERSENTUHAN DENGAN HAM 1. pasal 10 tentang Perlindungan terhadap ODHA dan Masyarakat Pemerintah Daerah melindungi hak asasi manusia yang terinfeksi HIV dan AIDS termasuk perlindungan dari kerahasiaan status HIV dan AIDS. Pemerintah Daerah mencegah dan menangani risiko guncangan dan kerentanan sosial ODHA, OHIDHA dan masyarakat melalui perlindungan sosial. Perlindungan sosial bagi ODHA dari stigma dan diskriminasi dilaksanakan melalui : bantuan sosial; advokasi sosial; bantuan hukum. 2. Pasal 11 juga menyebutkan “Pemerintah daerah memfasilitasi orang yang berperilaku resiko tinggi dan yang terinfeksi HIV dan AIDS untuk memperoleh hak-hak layanan kesehatan di Rumah Sakit atau Puskesmas setempat dan layanan kesehatan lainnya.”
3. pasal 12 juga mempunyai beberapa poin yang menyinggung
tentang hak asasi manusia, yaitu : Setiap orang yang karena pekerjaan dan atau jabatannya mengetahui dan memilikim informasi status HIV dan AIDS seseorang, wajib merahasiakannya. Penyedia layanan kesehatan wajib memberikan pelayanan kepada ODHA tanpa diskriminasi. Pasal 13, poin :
a. Setiap orang dilarang melakukan diskriminasi dalam
bentuk apapun kepada orang yang terduga atau disangka atau telah terinfeksi HIV dan AIDS.
b. Setiap orang atau badan/lembaga dilarang
mempublikasikan status HIV dan AIDS seseorang kecuali dengan persetujuan yang bersangkutan. Pasal 14, poin : a. Masyarakat bertanggungjawab untuk berperan serta dalam kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS serta perlindungan terhadap ODHA dan OHIDHA dengan cara : 1) berperilaku hidup sehat; 2) meningkatkan ketahanan keluarga; 3) mencegah terjadinya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA, OHIDHA, dan keluarganya; 4) aktif dalam kegiatan promosi, pencegahan, perawatan, dukungan, pengobatan, dan pendampingan terhadap ODHA. b. Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat berperan serta dalam kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS serta perlindungan terhadap ODHA dan OHIDHA dengan cara aktif dalam kegiatan sosialisasi penanggulangan HIV dan AIDS. HAM DAN ORANG YANG BERESIKO HIV/AIDS Para pekerja seks, lesbian, gay, biseksual, dan transgender serta pengguna narkotik secara umum 10 sampai 20 kali lebih mudah terinfeksi HIV sementara hanya 8% dari mereka yang mendapatkan akses ke layanan HIV. Pengingkaran hak asasi manusia memiliki dampak negatif pada kesehatan mereka. Hak untuk menjalani hidup sehat dan sejahtera bersifat global tetapi tidak semua orang dapat mengaksesnya. Penggunaan narkotik, kerja seks, dan orientasi seksual dibanyak negara distigma dan bahkan dikriminalisasi. Akibatnya, pencegahan HIV, pengobatan, perawatan,dan dukungan layanan kurang dapat diakses oleh populasi kunci.Hal ini menyebabkan mereka terdampak HIV dan AIDS secara tak sebanding. INOVASI Akhirnya, terobosan paling anyar diperkenalkan pada pertengahan 2013, dinamakan Strategic use of ARV (SUFA). Merupakan kebijakan baru, yaitu setiap orang yang rentan atau berisiko, ditawarkan untuk melakukan tes. Dan bila hasilnya positif, akan langsung ditawari pemberian obat Antiretroviral (ARV). Selain itu, dalam memberikan perlindungan terhadap orang rentan lainnya, Departemen Kesehatan juga mengeluarkan kebijakan baru yaitu Mobile VCT. Mobile VCT ini adalah kegiatan atau layanan pemeriksaan HIV AIDS pada kelompok resiko yakni, untuk pekerja seks, pelanggan pekerja seks dan sopir-sopir, dengan mendatangi langsung lokasi atau tempat- tempat seperti kafe-kafe yang ada di kawasan tersebut.