Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK 8

Apriza Yulia Citra


Indah Nurfadhilla
Said Ahmad Farid Rahman
Penanganan Kegawatdaruratan
Kasus Trauma Musculoskeletal
Patofisiologis, Farmakologi,
dan Diet Terapi
PATOFISIOLOGI

Fraktur terjadi ketika interupsi dari kontinuitas


tulang, biasanya disertai cidera jaringan sekitar
ligament, otot, tendon, pembuluh
darah,dan persyarafan. Tulang yang sudah rusak 
mengakibatkan periosteum pembuluh darah
pada korteks dan sumsum tulang, 
FARMAKOLOGI
Suntikan anestesi Teknik relaksasi
atau antiradang

Obat pereda nyeri ROM

NSAID Chiropractic
DIET
TERAPI

-Pada kasus fraktur/patah tulang, tumor


sistem muskuloskeletal (maligna,
benigna),lupus erimatorus sistemik,
osteomalasia,osteitis deformans (paget),
osteomilitis,osteoartistis.
Diet untuk penyakit diatas adalah :
1. Tinggi Kalori Tinggi Protein
2. Tinggi Kalsium.
Upaya - Upaya Pencegahan primer,
sekunder, dan Tersier pada masalah
Kegawatdaruratan.
PENCEGAHAN PRIMER

Pencegahan primer adalah intervensi biologi,


sosial, atau psikologis yang bertujuan
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan atau
menurunkan insiden penyakit di masyarakat
dengan mengubah faktor-faktor penyebab
sebelum membahayakan seperti penyuluhan
kesehatan, pengubahan lingkungan, dukungan
system social.
PENCEGAHAN SEKUNDER

Tujuan dari pencegahan skunder kegawat


daruratan yaitu Pendeteksian dini Multi
Trauma serta penanganan segera
sehingga komplikasi dapat dicegah.
PENCEGAHAN TERSIER

Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan


angka kesembuhan, angka survival (bertahan
hidup), dan kualitas hidup dalam mengatasi
penyakit. Aktivitas pencegahan tersier mencoba
untuk mengurangi beratnya gangguan dan
disabilitas yang berkaitan.
Persiapan Pelaksanan dan Paska
Pemeriksaan Diagnostik dan
Laboratorium pada
kegawatdaruratnnya.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK

• PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pemeriksaan ini sebagai penunjang pada


diagnosis fraktur, pemeriksaan yang penting adalah
menggunakan sinar rontgen (x-ray).
• CT SCAN

CT scan biasanya dilakukan pada beberapa


kondisi fraktur yang mana pemeriksaan radiografi
tidak mencapai kebutuhan diagnosis.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

Untuk mengetahui lebih jauh kelainan yang terjadi seperti


berikut :
• Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan
menunjukan kegiatan osteoblastik dalam membentuk
tulang.
• Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang
• Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehydrogenase
(LDH-5), aspartat amino transferase (AST), aldolase
meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
PEMERIKSAAN
LAINNYA

• Pemeriksaan mikroorganisme kultur


dan tes sensitivitas
• Biopsy tulang dan otot
• Elektromiografi
• Indium imaging
• MRI
Simulasi pendidikan kegawatan
daruratan trauma musculoskletal
DISLOKASI
SPRAIN
• Sangat nyeri tetapi tidak mengancam jiwa
Sprain : cedera ligamen yang
• Bila terjadi pada sendi besar merupakan kasus darurat, bahaya
diakibatkan oleh peregangan jepitan neurovaskuler dapat menyebabkan seseorang harus
berlebihan. Tanda dan gejala : diamputasi
a. Tidak berfungsinya bagian tubuh • Penting untuk menilai PMS

b. Pembengkakan, nyeri • Imobilisasi yang baik adalah dengan pading (bantalan) dan
fiksasi ekstremitas pada posisi yang nyaman
c. Keterbatasan gerak dalam 2-3 jam
Tanda dan gejala Dislokasi :
d. Rongent  untuk mengetahui
a. Asimetris dari sendi
kemungkinan fraktur
b. Nyeri
Tindakan : c. Bengkak
• Istirahatkan bagian yang cedera d. Kehilangan fungsi
• Kompres es Tindakan :

• Tinggikan bagian yang cedera • Reposisi secara tertutup atau terbuka dengan kontrol anesthesi
• Imobilisasi dengan bantalan lunak
• Bebat dengan verban elastis.
• Terapi analgetik
• Kolaborasi dalam pemberian analgetik
LUKA TERBUKA

• Buka pakaian hingga seluruh luka terlihat.


LUKA TERTANCAP
• Kontrol perdarahan dengan penekanan
Aman kan benda tertancap untuk
langsung dan peninggian.
cegah pergerakkan
• Cegah kontaminasi, jaga luka sebersih
Buka pakaian jika tertancap di
mungkin.
bawah pakaian
• Jangan pernah coba mencabut benda tertancap
Control perndarahan menggunakan
• Balut luka dengan kasa steril dan balut
balutan kain
• Periksa nadi distal setelah pembalutan.
Jangan cabut benda yang
tertancap
FRAKTUR
• Palpasi (Feel) :
• Nyeri dan kemerahan.
– Suhu kulit panas atau dingin, denyutan arteri teraba/tdk, adakah
• Pembengkakan. spasme otot.
• Deformitas. – Nyeri tekan atau nyeri kiriman (refered pain)
• Keterbatasan gerak sendi. • Kekuatan otot (Power) :

• Bone expose. – Grade 0,1,2,3,4,5 (Lumpuh s/d normal)


• Pergerakan (Move) :
• Perubahan posisi.
– ROM (Range of Joint Movement)
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
– Pergerakan sendi : abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi
• Status lokalis : pemeriksaan dilakukan
secara sistematis : Inspeksi (Look), Penanganan cedera muskuloskeletal yang baik dan benar akan
Palpasi (Feel), Kekuatan otot (Power), mengurangi nyeri, kecacatan, dan menghindari komplikasi
Pergerakan (Move). • Antisipasi syok perdarahan pada fraktur femur dan pelvis

• Inspeksi (look) : • Reduksi dilakukan dengan segera dengan cara traksi (menarik)
dan gentle
– Raut muka pasien, cara
• Bila ada tahanan pada saat reduksi jangan dipaksa, lakukan
berjalan/duduk/tidur.
pembidaian pada posisi yang nyaman menurut pasien
– Lihat kulit, jar lunak, tulang dan sendi.
Hasil penelitian asuhan
keperawatan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elly Apriliya Tri Utamidan Mellia Silvy Irdianty, S.Kep., Ns. Di
IGD RSUD Dr.Moewardi Surakarta pada tahun 2019 di dapatkan hasil asuhan keperawatan dengan diagnose
medis 1/3 distal humerus sinistra dengan fragmen fraktur angulasi ke lateral, disertai soft tissues lost
sweeling dan emfisema subkutis.Yaitu :

•Pengkajian yang didapatkan nyata pada kasus tersebut adalah pasien mengeluhkan nyeri lengan kiri karena
terjadi patah tulang pada lengankirinya.
•Diagnosa Keperawatan yang muncul pada kasus tersebut ialah nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis dibuktikan dengan pasien terlihat meringis kesakitan, bersikap protektif dan sulit tidur
•Intervensi yang dilakukan adalah berfokus pada pemeberian teknik non farmakologi relaksasi nafas dalam
•Implementasi dilakukan selama 1x8 jam diruang ROI IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan melakukan
relaksasi nafas dalam selama 15 menit sebelum memberikan obatanalgesik.
•Evaluasi keperawatan pada pasien yang dilakukan selama 1x6 jam dengan menggunakan SOAP, masalah
nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis teratasi sebagian karena kriteria hasil dalam tujuan
belum tercapai. Pasien dipindahkan ke bangsal untuk perawatan lebih lanjut.
Trend dan issue trauma
muskuloskletal
POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN
MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA
MANUAL HANDLING BAGIAN ROLLING MILL

Hasil penelitian ini yaitu sebanyak 73,34% (11 orang) postur kerja
pekerja dengan kategori sangat tinggi, 73,34% (11 orang) pekerja
mengalami keluhan MSDs dengan kategori sedang. Nilai koefi sien
korelasi spearman sebesar 0,770 yang artinya ada hubungan yang
sangat kuat antara postur kerja dengan keluhan MSDs. Postur kerja
yang tidak ergonomi atau tidak alamiah dapat menyebabkan kejadian
keluhan MSDs. Semakin buruk postur kerja, maka keluhan
musculoskeletal semakin besar. Pihak perusahaan melakukan redesign
layout, salah satunya dengan menghindarkan lantai bertingkat.
Melakukan pengawasan rutin pada kegiatan yang berisiko terjadinya
cidera, dan mengadakan secara rutin kegiatan olah raga satu kali dalam
seminggu.
Evidence Based
Practice
Postur Kerja dan Keluhan Musculoskeletal Disorder Pada Perawat di
Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek

•Pembahasan
Musculoskeletal disorder pada dasarnya adalah sebuah keluhan rasa nyeri
pada bagian tubuh yang mencakup otot, sendi, ligamen, rangka, dan saraf. Postur
kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan
keluhan Musculoskeletal Disorder. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan postur kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorder pada perawat di
instalasi rawat inap RSUD Abdul Moeloek.Penelitian ini melibatkan 144 responden
dengan metode proportional random sampling yang mengisi kuesioner nordic body
maps untuk menilai keluhan Musculoskeletal Disorder dan dilakukan penilaian
postur kerja menggunakan metode Rapid Upper Limb Assesment (RULA).
Simpulan, postur kerja yang paling banyak dimiliki oleh responden yaitu postur
kerja dengan resiko rendah.Sebagian besar responden memiliki keluhan
Musculoskeletal Disorder sedang.Terdapat hubungan yang bermakna antara
postur kerja dengan keluhan MusculoskeletalDisorder.
Postur Kerja dan Keluhan Musculoskeletal Disorder Pada Perawat di
Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek

•Metode intervensi
Penelitian ini menggunakan metode observasional-analitik
dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan
mengumpulkan data Musculoskeletal Disorder dengan kuesioner
Nordic Body Maps dan mengumpulkan data postur kerja dengan
observasi serta sekaligus pada waktu yang sudah ditentukan
mencari hubungan antara postur kerja dengan keluhan
Musculoskeletal Disorder pada perawat instalasi rawat inap di
RSUD Abdul Moeloek
Postur Kerja dan Keluhan Musculoskeletal Disorder Pada Perawat di
Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek

•Hasil
Terdapat hubungan yang bermakna postur kerja dengan
keluhan Musculosceletal Disorder pada perawat instalasi Rawat
Inap RSUD Abdul Moeloek. Kebanyakan dari responden bekerja
terlalu membungkuk saat mendorong kursi roda atau tempat
tidur pasien, sehingga bagian tubuh seperti leher, bahu, siku
tangan, dan punggung berkontribusi pada posisi tersebut, dan
melakukan pemasangan infus atau melakukan tindakan injeksi
dari sisi pasien yang berlawanan dengan daerah injeksi, saat
berdiri bertopang pada satu kaki, dan sudut bagian tubuh yang
terlalufleksi.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai