Anda di halaman 1dari 17

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5 PADA LANSIA
1. M.PATONI
2. HETTY OKTARINA
3. INDAH PUTRI SRI RAHAYU
4. RINA FITRI
5. VERA SISLIZA
6. SEFTY EMILIYAH
7. ANDRI JAYADI
8. MASTOBING
PENGERTIAN
Komunikasi
Komunikasi dengan lansia
terapeutik adalah harus memperhatikan
hubungan kerja faktor fisik, psikologi,
sama yang ditandai (lingkungan dalam situasi
dengan tukar individu harus
menukar perilaku, mengaplikasikan
perasaan, fikiran ketrampilan komunikasi
dan pengalaman yang tepat. disamping itu
dalam membina juga memerlukan
hubungan intim pemikiran penuh serta
terapeutik (Stuart memperhatikan waktu
dan Sundeen). yang tepat
MANFAAT KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Untuk mendorong dan menganjurkan


kerja sama antara perawat dan pasien
melalui hubungan perawat dan pasien.

Mengidentifikasi, mengungkap
perasaan dan mengkaji masalah dan
evaluasi tindakan yang dilakukan oleh
perawat
PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA DALAM
KONTEKS KOMUNIKASI

Mencari Meningkatkan
informasi kemampuan
Pendekata kesehatan, Pendekata berinteraksi
n Fisik bersifat riil, dan n Sosial dan antar klien
mudah di –perawat dapat
observasi saling bertukar
pikiran
Perawat harus
Bersifat abstrak, dapat
membutuhkan memberikan
waktu yang lama kepuasan batin
Pendekatan Pendekatan
Psikologis
dan perawat kliennya yang
berperan sebagai Spiritual
berkaitan
penampung dengan
masalah hubungan
dengan Tuhan
TEKNIK KOMUNIKASI PADA
LANSIA 4
4. Supportif adalah sikap
1. Asertif adalah sikap
perawat yang dapat
dapat menerima,
mendorong klien
memahami lawan
sehingga klien dapat
bicara
termotivasi
2. Responsif adalah reaksi
5. Klarifikasi yaitu
perawat terhadap
dengan mengajukan
perubahan perilaku
pertanyaan ulang pada
klien
klien
3. Fokus adalah upaya
6. Sabar dan ikhlas agar
perawat untuk tetap
komunikasi yang
konsisten dengan apa
terapeutik dapat selalu
yang sedang
terjaga
dibicarakan
HAMBATAN BERKOMUNIKASI
Agresif. di tandai: DENGAN LANSIA
Non asertif. Ditandai:
 Berusaha mengontrol  Menarik diri bila di ajak
dan mendominasi orang berbicara.
lain (lawan bicara).  Merasa tidak sebaik orang
 Meremehkan orang lain (rendah diri).
 Merasa tidak berdaya.
lain.
Tidak berani mengungkap
 Mempertahankan keyakinaan.
haknya dengan  Membiarkan orang lain
menyerang orang lain. membuat keputusan untuk
 Menonjolkan diri dirinya.
 Tampil diam (pasif).
sendiri
 Mengikuti kehendak orang
 Mempermalukan lain.
orang lain di depan  Mengorbankan kepentingan
umum, baik dalam dirinya untuk menjaga
perkataan maupun hubungan baik dengan orang
tindakan. lain.
TEKNIK PERAWATAN LANSIA PADA
REAKSI PENOLAKAN

1. Kenali segera reaksi penolakan klien.


Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu
tertentu. Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak
membahayakan klien, orang lain serta lingkunganya.

2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri.


Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan
klien terhadap perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk
memandirikan klien.

3. Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat.


Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas
kesehatan memperoleh sumber informasi atau data klien dan
mengefektifkan rencana / tindakan dapat terealisasi dengan baik dan
tepat.
 
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT
BERINTERAKSI

1. Menunjukkan rasa hormat,


seperti 8. Hindari kata-kata medis yang
2. Hindari menggunakan istilah tidak dimengerti pasien.
yang merendahkan pasien. 9. Menyederhanakan atau
3. Pertahankan kontak mata menuliskan instruksi.
dengan pasien. 10. Mengenal dahulu kultur dan
4. Pertahankan langkah yang latar belakang budaya pasien.
tidak tergesa-gesa dan 11. Mengurangi kebisingan saat
mendengarkan adalah kunci berinteraksi, beri kenyamanan,
komunikasi efektif. dan beri penerangan yang cukup
5. Beri kesempatan pasien untuk saat berinteraksi.
menyampaikan perasaannya. 12. Gunakan sentuhan lembut
6. Berbicara dengan pelan, jelas, dengan sentuhan ringan di tangan.
tidak harus berteriak, Lengan, atau bahu.
menggunakan bahasa dan 13. Jangan mengabaikan pasien
kalimat yang sederhana. saat berinteraksi.
7. Menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti pasien
TAHAP PROSES KOMUNIKASI
1. Fact Finding
Mencari dan 4. Communication
Dalam melakukan komunikasi
megumpulkan fakta dan pada lansia sebaiknya
data sebelum seseorang menggunakan bahasa sehari-hari
melakukan kegiatan dan mudah dipahami serta
komunikasi. dimengerti.

5. Evaluation
2. Planning Penilaian dan analisis kembali
Berdasarkan fakta dan diperlukan untuk melihat
data itu dibuatkan bagaimana hasil komunikasi
rencana tentang apa tersebut dan kemudian menjadi
yang akan dikemukakan bahan perencanaan untuk
melakukan komunikasi
dan bagaimana selanjutnya.
mengemukakannya.
THANKS FOR YOUR
ATTENTION

WASSALAMUALIKUM
WAROHMATULLAHIWABAROKATU
CONTOH SOAL
• Ny. R, 60 tahun, janda, baru saja dimasukkan ke
panti werda oleh keluarganya. Ketika baru • PENGKAJIAN
datang, perawat seringkali melihat Ny. R
menangis. Bila ditanya oleh perawat, Ny. R hanya • Nama Panggilan : Ny. R
diam dan tidak mau bicara dan menjauh. Tidak
jarang Ny. R berdiam diri di kamar. Pertanyaan: • TTL : Bengkulu, 14
• Bagaimana melakukan pengkajian pada Ny. R?
• Data apa saja yang dibutuhkan untuk
Januari
mengidentifikasi masalah pada Ny. R? 1950/60 tahun
• Bagaimana melakukan komunikasi yang tepat
dengan Ny. R? • Jenis Kelamin :
• Apa saja yang dibutuhkan perawat untuk bisa
berkomunikasi dengan Ny. R? Perempuan
• Pengkajian pada Ny. R
• Pengkajian dilakukan dengan metode anamnesa
• Agama : Islam
terhadap klien, keluarga serta lingkungan sekitar
klien. Anamnesa ini dilakukan dengan
• Pendidikan : SPG
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik
terhadap klien kelompok usia lanjut secara fisik,
• Alamat : Bengkulu
psikologis dan spiritual.
• Riwayat Psikososial Data Identifikasi Masalah pada Ny. R
• Klien dulunya tinggal bersama anak dan Data Subjektif
menantunya. Klien dititipkan di panti wreda
karena kesibukan anaknya agar klien lebih
• Mengungkapkan enggan untuk memulai
terurus dan banyak teman. Sejak saat klien hubungan/pembicaraan.
masuk panti wreda, klien merasa terbuang dan • Mengungkapkan perasaan malu untuk
cenderung menarik diri dari lingkungan sosial di berhubungan dengan orang lain
panti tersebut. Seringkali klien menangis, diam
• Mengungkapkan kekhawatiran terhadap
tak berbicara walaupun diajak berkomunikasi.
penolakan orang lain
• Riwayat Spiritual
• Meski terlihat apatis, klien tetap beribadah Data Objektif
seperti biasanya. • Kurang spontan ketika diajak bicara
• Kebutuhan Komunikasi dan Mental • Apatis
• Berbicara hanya seperlunya, terlihat diam, acuh • Ekspresi wajah kosong
tak acuh dan menangis saat diajak berbicara
serta banyak menunduk. Keadaan emosi terlihat
• Menurun/tidak adanya komunikasi verbal,
murung dan sedih. Klien jarang berkomunikasi cenderung diam, sering menangis
dengan perawat maupun lansia lain yang juga • Bicara dengan suara pelan dan tidak ada
tinggal di panti wreda. kontak mata saat berbicara
• Kompetensi yang dibutuhkan perawat untuk berkomunikasi
Teknik dengan Ny. R antara lain:
• Menguasai bahan/pesan yang akan disampaikan
Komunikasi • Menguasai bahasa klien
yang Tepat pada • Memiliki keyakinan
• Bersuara lembut
Ny. R • Percaya diri
• Teknik Asertif • Ramah (penunjukkan penerimaan)
• Sopan dan santun
• Responsif • Jujur dan bijaksana
• Disamping itu perlu diciptakan lingkungan yang mendukung
• Supportif komunikasi, misalnya suasana terbuka, akrab, santai,
bertatakrama dengan posisi menghormat dan harus memahami
• Sabar dan Ikhlas keadaan lansia, menyediakan waktu ekstra bagi lansia untuk
menjawab pertanyaan, mendengar aktif, menjaga kontak mata,
menetapkan kontak mata, menetapkan topik dalam satu waktu,
serta mengawali percakapan dengan topik sederhana.
Komunikasi Terapeutik Lansia dengan Gangguan
Pendengaran
1. Berdiri dekat menghadap
klien.
2. Bertanya diarahkan pada 8. Jika klien belum memahami,
telinga yang lebih baik. ulangi dengan menggunakan kata
3. Berikan perhatian dan – kata yeng berbeda
tunjukkan wajah. 9. Membatasi kegaduhan
4. Tegurlah nama sebelum lingkungan.
pembicaraan dimulai. 10. Gunakan tekanan suara yang
5. Gunakan pembicaraan yang sesuai.
keras, jelas, pelan, dan 11. Hindari pertanyaan tertutup,
diarahkan langsung pada gunakan kalimat pendek saat
klien. bertanya.
6. Hindari pergerakan bibir yang 12. Gunakan bahasa tubuh yang
berlebihan. sesuai dengan isi komunikasi.
7. Hindari memalingkan kepala,
tidak berbalik atau berjalan
saat bicara
Komunikasi Terapeutik Lansia dengan Gangguan
1. Perkenalkan diri, PENGLIHATAN
dekati klien dari 5. Katakan pada klien apa
depan. yang dapat mebantunya
2. Jelaskan kondisi seperti lampu,
membacakan.
tempat dan orang 6. Biarkan klien memegang
yang ada. tangan saudara sebagai
3. Bicaralah pada saat petunjuk dan jelaskan apa
Anda mau yang sedang saudara
meninggalkan kerjakan.
tempat. 7. Jelaskan jalan – jalan apa
bisa dilalui oleh klien.
4. Pada saat saudara 8. Sanjunglah kemampuan
berbicara pastikan beradaptasi dan
klien tahu tempat kemandirian klien.
saudara
KOMUNIKASI KOMUNIKASI
TERAPEUTIK LANSIA TERAPEUTIK LANSIA
YANG MENGALAMI YANG MENGALAMI
DEPRESI KECEMASAN

 Lakukan kontak  Dengarkan apa yang


sesering mungkin. dibicarakan klien.
 Beri perhatian terus –  Berikan penjelasan
menerus. secara ringkas dan jelas
 Libatkan klien dalam apa yang terjadi.
menolong dirinya sendiri.  Identifikasi bersama
 Gunakan pertanyaan klien sumber – sumber
terbuka. yang menyebabkan
 Libatkan staf dan ketegangan atau
anggota dalam keemasan.
memberikan perhatian.  Libatkan staf dan
anggota keluarga
LANSIA DENGAN AFASIA
 Menghadap ke pasien dan
membuat kontak mata.
KOMUNIKASI  Sabar dan meluangkan waktu.
TERAPEUTIK LANSIA  Harus jujur, temasuk ketika
YANG MENUNJUKKAN kita belum memahami
KEMARAHAN pertanyaannya, sikap tubuh,
gambar, dan objek atau media lain
 Klarifikasi penyebab marah yang dapat membantu untuk
yang terjadi. menjawab keinginannya.
 Dipersilahkan lansia
 Bantu dan dorong klien
menyampaikan apa yang ada
mengungkapkan marah dalam pikirannya.
dengan konstruktif.  Dorong lansia untuk menulis
 Gunakan pertanyaan dan mengekspresikannya dan
terbuka. berikan kesempatan untuk
 Luangkan waktu setiap hari membaca dengan keras.
bersama klien.  Gunakan gerakan isyarat
 Puji dan dukung setiap terhadap objek pembicaraan jika
usaha dari klien. mampu meningkatkan
pemahaman.
 Gunakan sentuhan untuk
memfokuskan pembicaraan,
meningkatkan rasa aman.

Anda mungkin juga menyukai