Anda di halaman 1dari 13

Aspek Perpajakan Pada

Perusahaan Konstruksi

1. Dwi Ratna Sari


2. Vanny Rachmattul Fitri
3. Frastian Ali
4. Wahyu Rahman Triyanto
5. Ayu Aprilia
USAHA jasa konstruksi merupakan objek pajak yang dikenakan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final.
Dalam kegiatan usaha jasa konstruksi, kontraktor atau
pengusaha jasa konstruksi menjadi subjek pajak.
Hal ini berlaku baik bagi yang sudah maupun yang belum
memiliki sertifikasi dan kualifikasi sebagai profesional dalam
bidang konstruksi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
Nomor 11 Tahun 2006.
Payung hukum yang mengatur tentang pajak atas usaha jasa
konstruksi tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
51 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 40
tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Usaha Jasa Konstruksi (selanjutnya disebut PP 51/2008 stdd PP
40/2009).
Sebelum membahas lebih dalam tentang bagaimana perpajakan yang terjadi dalam usaha
jasa konstruksi, akan dijelaskan terlebih dahulu beberapa pengertian yang berkaitan dengan
jasa konstruksi, sebagai berikut:

Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi,


layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan
konstruksi.
Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan
dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil,
mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu
mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain.
Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu
menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi
bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi
terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan,
pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement and construction) serta model
penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).
Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu
melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai
selesai dan diserahterimakan. Termasuk di dalam kelompok jasa ini adalah jasa penilai.
Nilai Kontrak Jasa Konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam suatu kontrak jasa
Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, usaha
jasa konstruksi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
jasa perencanaan konstruksi, jasa pelaksanaan
konstruksi dan jasa pengawasan konstruksi.

Dalam Pasal 3 PP 51/2008 stdd PP 40/2009, besar tarif


pajak untuk usaha jasa konstruksi dibedakan menjadi
dua bagian yaitu usaha jasa konstruksi yang memiliki
klasifikasi usaha dan yang tidak memiliki klasifikasi
usaha.
Dalam PP no.51 thn 2008 ini, dijelaskan pada Pasal 3 bahwa
tarif Pajak Penghasilan (PPh) untuk Usaha Jasa Konstruksi,
yaitu:
 Sebesar 2% untuk pelaksanaan konstruksi bagi penyedia jasa
yang memiliki kualifikasi usaha kecil.
 Sebesar 3% untuk pelaksanaan konstruksi bagi penyedia jasa
yang memiliki kualifikasi menengah dan besar.
 Sebesar 4% untuk pelaksanaan konstruksi bagi penyedia jasa
yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
 Sebesar 3% untuk pelaksanaan konstruksi bagi penyedia jasa
selain penyedia jasa sebagaimana yang dimaksud dalam huruf
a dan b (misalnya jika penyedia jasa konstruksi tidak memiliki
kualifikasi usaha atau izin usahanya atas konstruksi usaha
kecil, maka dikenakan tarif menjadi 3%).
 Sebesar 4% untuk perencanaan atau pengawasan konstruksi
bagi penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha.
 Sebesar 6% untuk perencanaan atau pengawasan konstruksi
bagi penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
•Memiliki Klasifikasi Usaha

Bentuk Usaha Klasifikasi Usaha Tarif


2% dari penerimaan
Kecil pembayaran tidak
termasuk PPN
Pelaksanaan Konstruksi
3% dari penerimaan
Menengah dan Besar pembayaran tidak
termasuk PPN
Perencanaan dan Kecil, Menengah dan 4% dari penerimaan
Pengawasan Besar pembayaran tidak
termasuk PPN

•Tidak Memiliki Klasifikasi Usaha

Bentuk Usaha Tarif

Pelaksanaan Konstruksi 4% dari penerimaan pembayaran tidak


termasuk PPN

Perencanaan dan Pengawasan 6% dari penerimaan pembayaran tidak


termasuk PPN
Khusus untuk jasa pelaksanaan konstruksi, kualifikasi usaha itu bahkan dibagi ke dalam tiga kelompok
yakni: kecil, menengah dan besar. Menurut Peraturan LPJK Nomor 11 Tahun 2006 pengelompokkan
tersebut didasarkan pada apa yang disebut grade yaitu tingkat kemampuan atau kompetensi dari si
kontraktor, seperti tampak pada tabel berikut:
Kualifikasi Kelompok Grade Kompetensi Peruntukan

Kecil K1 1 Rp0 - Rp100 Juta Pengusaha perorangan


dan badan usaha

Kecil K2 2 Rp100 Juta – Rp300 Pengusaha perorangan


Juta dan badan usaha

Rp300 Juta – Rp600 Pengusaha perorangan


Kecil K3 3 Juta dan badan usaha

Rp600 Juta – Rp1 Pengusaha perorangan


Kecil k4 4 Miliar dan badan usaha

Menengah M 5 Rp1 Miliar – Rp10 Badan usaha


Miliar

Besar B2 6 Rp1 Miliar – Rp25 Badan usaha


Miliar

Besar B1 7 Rp1 Miliar – tidak Badan usaha


dibatasi (termasuk asing)
Contoh Perhitungan PPh Jasa Konstruksi
Bapak Yoni akan membangun sebuah bangunan di kawasan Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan. Bapak Yoni menggunakan perusahaan jasa konstruksi
PT.JAYA TENDER yang masih dikualifikasikan sebagai perusahaan kecil dan
Konsultan perencana  adalah Ahmad  sebagai perencana konstruksi.
Pada tanggal 31 Okt 2012 dilakukan pembayaran atas kontrak perencanaan
oleh Ahmad sebagai konsultan perencana sebesar Rp40.000.000
Pada tanggal 31 Nov 2012 Perusahaan konstruksi tersebut pun memberi
Bapak Yoni sebuah dokumen yang berisikan rincian biaya, rincian biaya ini
yang dikenal sebagai nilai kontrak. Nilai kontrak sebesar 3.000.000.000
rupiah tersebut disetujui kedua belah pihak di atas dengan tanda tangan
diatas materai dan akan dibayar setelah pengerjaan selesai. 

Maka perhitungannya sebagai berikut:

A.) PPN
Perencanaan Konstruksi oleh Ahmad
Rp. 40.000.000 X 10% = Rp4.000.000,00
Pelaksanaan Konstruksi
Rp. 3.000.000.000 X 10% = Rp300.000.000
B.) PPH

 Perencanaan Konstruksi
40.000.000 X 4% = 1.600.000

 Pelaksanaan Konstruksi
Nilai Kontrak X Tarif PPh Jasa Konstruksi (Perusahaan
Kecil)
3.000.000 X 2% = 60.000.000
• Maka, penyedia jasa menyetor sebesar 60 juta rupiah ke kantor
pajak sebagai Pajak Penghasilan Jasa Konstruksi.
• Setelah itu, Bapak Yoni akan mendapat bukti potong PPh final
jasa konstruksi dari penyedia jasa yang didapat dari kantor
pajak. Bukti potong inilah yang akan dilaporkan sebagai SPT
Pajak Bapak Bapak Yoni. 
Jadi yang diterima konsultan perencanan

Kontrak – PPh
= Rp40.000.000 - Rp1.600.000
= Rp. 38.400.000

Jadi yang diterima Pelaksanaan Konstruksi

Kontrak – PPh
= Rp3.000.000.000 – Rp60.000.000
= Rp. 2.940.000.000
Contoh kasus perhitungan pph
PT. ADHI & PT. WIKA
Sesuai dengan UU Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 2
tentang Pajak Penghasilan bahwa untuk penghasilan dari usaha jasa
konstruksi dikenakan tarif final. Tarif final pajak penghasilan jasa
konstruksi pada PT. ADHI dan PT. WIKA sebagai pelaksana jasa
konstruksi adalah masing-masing sebesar 3% sesuai dengan PP Nomor
51 Tahun 2008 Pasal 3 ayat 1 (c) menjelaskan bahwa Tarif Pajak
Penghasilan untuk usaha Jasa Konstruksi adalah 3% (tiga persen)
untuk pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh penyedia Jasa
selain penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil dan/atau
tidak memiliki kualifikasi usaha. Sesuai PP Nomor 40 Tahun 2009
tentang Perubahan atas PP Nomor 51 tahun 2008 sebagai pengganti
PP Nomor 140 Tahun 2000, PT. ADHI dan PT. WIKA sebagai pelaksana
konstruksi sesuai Pasal 10B PP Nomor 40 Tahun 2009 dikenakan tarif
3% final.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa perhitungan pajak
penghasilan tarif final PT. Adhi Karya (Persero) Tbk berdasarkan UU
Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 2 dan PP Nomor 51 Tahun 2008 jo.
PP Nomor 40 Tahun 2009 adalah sebesar Rp 155.906.685.929 (tahun
2009), Rp 127.011.705.139 (tahun 2010), dan Rp 130.232.212.898
(tahun 2011). Dasar Pengenaan Pajak perusahaan konstruksi
diperoleh dari nilai kontrak pendapatan perusahaan, sehingga
diasumsikan nilai kontrak pendapatan adalah sebesar Rp
5.196.889.530.967 (tahun 2009), Rp 4.233.723.504.633 (tahun 2010),
dan Rp 4.341.073.763.267 (tahun 2011).
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa perhitungan pajak
penghasilan tarif final PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk berdasarkan UU
Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 2 dan PP Nomor 51 Tahun 2008 jo.
PP Nomor 40 Tahun 2009 adalah sebesar Rp 123.866.051.010 (tahun
2009), Rp 132.424.893.000 (tahun 2010), dan Rp 186.630.581.010
(tahun 2011). Dasar Pengenaan Pajak perusahaan konstruksi
diperoleh dari nilai kontrak pendapatan perusahaan, sehingga
diasumsikan nilai kontrak pendapatan adalah sebesar Rp
4.128.868.367.000 (tahun 2009), Rp 4.414.163.100.000 (tahun 2010),
dan Rp 6.221.019.367.000 (tahun 2011).

Anda mungkin juga menyukai