Anda di halaman 1dari 5

-PILIHAN USAHA BIDANG KONSTRUKSIJenis usaha konstruksi terdiri atas usaha perencanaan konstruksi, usaha pelaksanaan konstruksi dan

usaha pengawasan konstruksi.


Perlakuan PPN pada jasa konstruksi tidak berbeda antara perusahaan jasa konstruksi yang satu dengan
yang lain. Hanya saja untuk perlakuan PPh-nya dapat berbeda.
Pertimbangan pemilihan kegiatan usaha bidang konstruksi meliputi hal-hal sebagai berikut:

Pertimbangan pengenaan PPh


Pertimbangan pengenaan PPN

Pertimbangan Pengenaan PPh Jasa Konstruksi


Besarnya PPh terutang pada jasa konstruksi sama dengan usaha lain dengan memperhitungkan
penghasilan kena pajak dalam setahun, tidak termasuk yang sudah dikenakan PPh final atau yang bukan objek
pajak. Namun demikian penghasilan jasa konstruksi yang didapat dari pengguna jasa akan dipotong PPh pasal
4(2), yang sifatnya bisa bersifat final dan tidak final, dan besarnya juga dapat berbeda.
Besarnya PPh yang harus dipotong oleh pengguna jasa konstruksi akan dikaitkan dengan kondisi
perusahaan konstruksi tersebut, yaitu sebagai berikut:
No
Bidang
1
Mempunyai Sertifikasi Jasa Konstruksi

Sifat PPh
final 4%

Jasa Pengawasan/Perencana Konstruksi

final

2%

Jasa pelaksana konstruksi: kecil, menengah,


besar

final

3%

Jasa pengawasan/perencana konstruksi

final

6%

Jasa pelaksanaan konstruksi

final

4%

Dari
Jumlah imbalan seluruhnya termasuk
pemberian jasa & pengadaan
material/barang tidak termasuk PPN
Jumlah imbalan seluruhnya termasuk
pemberian jasa & pengadaan
material/barang tidak termasuk PPN
Jumlah imbalan seluruhnya termasuk
pemberian jasa & pengadaan
material/barang tidak termasuk PPN
Jumlah imbalan seluruhnya termasuk
pemberian jasa & pengadaan
material/barang tidak termasuk PPN

Pilihan untuk dapat dipotong PPh sebesar 2%, 3%, atau 4% tergantung usaha pengusaha untuk mendapat
sertifikasi jasa konstruksi tersebut.
Pertimbangan Pengenaan PPN Jasa Konstruksi
Kegiatan jasa konstruksi merupakan jasa kena pajak yang dikenakan PPN dengan tariff umum sebesar
10% dengan dasar pengenaan PPN adalah semua pengeluaran dalam rangka pengerjaan konstruksi.

-PILIHAN USAHA BIDANG REAL ESTATEAktivitas usaha dalam bidang real estate dapat berupa menjual bentuk bangunan jadi, setengah jadi,
kapling tanah, membangun sendiri di wilayah real estate maupun pengelolaan real estate.

Pilihan kegiatan usaha dalam bidang real estate harus memperhatikan perlakuan seperti berikut:

Perlakuan PPh pada perusahaan real estate


Perlakuan PPN pada perusahaan real estate
Perlakuan PPN.BM pada real estate

Pertimbangan Perlakuan PPh pada Real Estate


Pengenaan PPh atas penghasilan pengusaha real estate dihitung atas semua penghasilan dari penjualan
bangunan, kapling tanah, maupun jasa pengembangan atau membangun sendiri pada kawasan real estate.
Adapun pengenaan PPh final atas pengalihan tanah dan atau bangunan itu adalah sebagai berikut:
No

Penjual

Kriteria

WP orang pribadi

WP orang pribadi

WP orang pribadi

Yayasan,
organisasi sejenis
WP badan yg
usaha pokoknya
pengalihan hak
tanah&bangunan
WP badan yg
usaha pokoknya
pengalihan hak
tanah&bangunan

Penghasilan>PT
KP
Penghasilan<PT
KP
Penghasilan>PT
KP
-

Harga Tanah &


Bangunan

PPh

Sifat

5%

Final

<Rp 60jt

Tidak terutang

Final

>Rp 60jt

5%

Final

5%

Final

Yang dijual
Rumah
Sederhana,
rumah sangat
sederhana, rusun sederhana

5%

Final

1%

Final

Pertimbangan Perlakuan PPN Real Estate


Pada dasarnya atas semua perumahan yang diserahkan oleh perusahaan real estate dikenakan PPN.
Namun demikian ada beberapa tipe rumah yang tidak dikenakan PPN, yaitu:
Rumah sederhana
Rusun sederhana
Pondok boro
Asrama mahasiswa dan pelajar
Rumah sederhana sehat
Rumah inti tumbuh

Pertimbangan Membangun Sendiri pada Real Estate


PPN membangun sendiri = 4% X jumlah biaya yang dikeluarkan dan atau yang dibayarkan untuk
membangun sendiri, tidak termasuk harga perolehan tanah.

Pertimbangan Membangun Rumah Susun pada Real Estate


Pengerjaan rusun akan terutang PPN, kecual atas rusun sederhana milik, dengan ketentuan:

Luas untuk setiap hunian lebih dari 21 m2 dan tidak melebihi 36 m2.
Harga jual tidak melebihi Rp 144.000.000
Diperuntukkan bagi orang pribadi yang berpenghasilan <Rp 4.500.000,- per bulan dan punya NPWP
Pembangunan mengacu pada peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Pertimbangan Perlakuan PPN.BM Real Eatate


Rumah mewah dikenakan PPN.BM sebesar 20%. Yang termasuk rumah mewah yaitu:

Hunian seperti apartemen, kondominium, town house dan sejenisnya dengan luas bangunan 150 m2 atau
lebih dengan harga jual Rp 4.000.000,- atau lebih tidak termasuk nilai tanahnya.
Rumah termasuk Rukan atau Ruko, luas bangunan 400 m2 atau lebih atau dengan harga jual Rp
3.000.000,- atau lebih per M2 tidak termasuk nilai tanahnya.

-PILIHAN USAHA BIDANG PERDAGANGANWajib pajak yang bergerak pada kegiatan usaha perdagangan dapat dibedakan menjadi pedagang besar,
pedagang eceran (retail), dan pedagang besar.

Pertimbangan Pengenaan PPN pada Perdagangan


Pertimbangan wajib pajak perdagangan atas pengenaan PPN perlu memperhatikan ketentuan yang
berkaitan dengan:

Kewajiban sebagai PKP


Pembayaran PPN perdagangan

Petimbangan Sebagai PKP pada Perdagangan


Wajib pajak yang bergerak dalam perdagangan yang sudah mempunyai peredaran usaha diatas Rp
600.000.000 dalam setahun harus mendaftarkan diri untuk dikukuhan sebagai PKP. Tetapi pada usaha
perdagangan terdapat pengecualian perlu tidaknya wajib pajak tersebut dikukuhkan sebagi PKP, seperti pada:

Pedagang emas perhiasan


Pedagang kendaraan bekas

Pertimbangan Pembayaran PPN dalam Perdagangan


Pembayaran PPN pada kegiatan usaha perdagangan dapat dibedakan menjadi:
No.
1
2
3
4
5
6

Status Pengusaha
Pedagang besar
Pedagang eceran
Toko emas
Eksportir
Pedagang eceran besar
Pengusaha kecil

Pembayaran PPN
Mekanisme PK-PM
Mekanisme PK-PM atau nilai nain
2% dari seluruh penyerahan barang dagangan. PM tidak dapat dikreditkan
Mekanisme PK-PM
PPN ekspor 0%, PM dapat dikreditkan
Mekanisme PK-PM atau nilai nain

Pertimbangan Pengenaan PPh pada Perdagangan


Dalam pembayaran angsuran bulanan PPh atau PPh 25 bulanan pada perdagangan diperlakukan khusus
terutama pada wajib pajak orang tertentu. Yang dimaksud WP orang tertentu adalah wajib pajak yang
mempunyai tempat usaha lebih dari satu atau mempunyai usaha yang memiliki alamat yang berbeda
dengan domisili pengusaha itu. Besarnya angsuran PPh pasal 25 yang harus dibayar oleh WPOP tertentu itu
adalah 0,75% dari jumlah peredaran bruto berdasarkan pembukuan dari masing-masing outlet.

-PILIHAN USAHA BIDANG JASABerbagai perlakuan khusus pada kegiatan usaha bidang jasa antara lain:

Jasa yang tidak terutang PPN


Jasa yang terutang PPN
Perbedaan tariff pemotongan jasa

Jasa yang Dibebaskan Pengenaan PPN


Beberapa kegiatan usaha yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah sebagi berikut:

Jasa dibidang pelayanan kesehatan medic


Jasa dibidang pelayanan sosial
Jasa dibidang pengiriman surat dengan perangko
Jasa dibidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi
Jasa dibidang keagamaan
Jasa dibidang pendidikan
Jasa dibidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan
Jasa dibidang penyiaran yang bukan bersifat iklan
Jasa dibidang angkutan umum di darat dan air
Jasa dibidang tenaga kerja
Jasa dibidang perhotelan
Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan

Jasa yang Dikenakan PPN

Selain jasa yang dibebaskan dari pengenaan PPN tersebut maka dikenakan PPN
Pertimbangan Pengenaan PPh atas Jasa
Besarnya PPh terutang atas kegiatan jasa pada setiap transaksi, dihitung dengan tarif sebagai berikut:
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jenis Penghasilan
Dividen
Bunga
Royalty
Hadiah
Sewa selain sewa tanah dan bangunan
Jasa teknik
Jasa manajemen
Jasa konstruksi
Jasa konsultan
Jasa lain selain telah dippotong PPh ps. 21

Tarif PPh
15%
15%
15%
15%
2%
2%
2%
2%
2%
2%

Dari
Semua dari jumlah bruto tidak
termasuk PPN

-PILIHAN USAHA BIDANG SEWAKegiatan usaha dalam persewaan sesuai dengan ketentuan perpajakan dibedakan menjadi tiga, yaitu:

Persewaan tanah dan bangunan


Persewaan kendaraan
Persewaan aktiva lainnya

Pertimbangan Pengenaan PPh pada Sewa


Pada setiap transaksi sewa tanah dan atau bangunan akan terutang PPh yang pengenaannya dilakukan
sebagai berikut:

Dipotong PPh pasal 23 oleh penyewa, apabila penyewa bukan bertindak atau ditunjuk sebagai pemotong
pajak
PPh pasal 23 dibayar sendiri apabila penyewa bukan sebagai pemotong pajak

Besarnya PPh terutang yang harus dibayar sendiri atau harus dipotong atas sewa adalah 15% dari
penghasilan neto.

Pertimbangan Pengenaan PPN pada Sewa


Sewa pada dasarnya merupakan imbalan jasa yang dikenakan PPN, yang besarnya sam dengan jasa kena
pajak lainnya, yaitu 10% dari DPP. Yang termasuk DPP pada sewa adalah seluruh pembayaran sewa termasuk
berbagai biaya yang berkaitan dengan transaksi sewa.

Anda mungkin juga menyukai