Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah memiliki beberapa point aturan yang berkaitan erat dengan implementasi Keuangan
Berkelanjutan di Indonesia. beberapa point aturan tersebut terdiri atas pasal-pasal berikut ini:
Bab II Asas dan Tujuan Pasal 2 mengatur bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berasaskan
berwawasan lingkungan. Yang dimaksud dengan "asas berwawasan lingkungan" adalah asas
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan dengan tetap memperhatikan
pengembangan usaha dengan cara memberikan insentif bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Bab VII Pembiayaan dan Penjaminan Pasal 22 menjelaskan bahwa dalam rangka meningkatkan
sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil, Pemerintah melakukan upaya:
Pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank;
A. Latar Belakang
UMKM adalah usaha produktif yang dimiliki perorangan maupun badan usaha yang telah
Seperti diatur dalam peraturan perundang-undangan No. 20 tahun 2008, sesuai pengertian
UMKM tersebut maka kriteria UMKM dibedakan secara masing-masing meliputi usaha mikro,
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah,
klasifikasi UMKM bisa dibedakan dari jumlah aset dan total omzet penjualan. Sedangkan
menurut Badan Pusat Statistik, klasifikasi tersebut termasuk juga jumlah karyawan.
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
Berdasarkan Pasal 2 UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, setiap orang pribadi,
orang pribadi yang memiliki warisan belum terbagi, badan dan bentuk usaha tetap merupakan
Pada saat Anda mendaftarkan perusahaan atau badan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat
usaha Anda berdomisili, maka akan mendapatkan SKT atau Surat Keterangan Terdaftar.
Di SKT tersebut disebutkan pajak-pajak apa saja yang harus Anda bayarkan.
Tergantung pada jenis transaksi yang Anda lakukan dan jumlah omzet usaha Anda dalam
setahun.
Sekurangnya Anda perlu membayar pajak-pajak berikut:
1. PPh Pasal 4 Ayat 2 atau PPh Final (jika ada sewa gedung/kantor, omzet penjualan, dll)
PPh Pasal 4 ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2) atau disebut juga PPh final
adalah pajak yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas
beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat
final. Tarif PPh Pasal 4 Ayat 2 ini berbeda-beda untuk setiap jenis penghasilannya.
Misalnya untuk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), wiraswasta atau bisnis online
dengan omzet usaha kurang dari Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak, maka tarif pajaknya
adalah 0,5% dari total omzet (peredaran bruto) penjualan dalam 1 bulan. PPh Pasal 4 Ayat
2/PPh Final adalah pajak penghasilan atas jenis penghasilan-penghasilan tertentu yang
bersifat final dan tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan terutang.
Istilah final di sini berarti bahwa pemotongan pajaknya hanya sekali dalam sebuah masa
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 atau PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
oleh orang pribadi subyek pajak dalam negeri. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 ini
Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23) adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan
atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong
PPh Pasal 21. Umumnya penghasilan jenis ini terjadi saat adanya transaksi antara pihak
yang menerima penghasilan (penjual atau pemberi jasa) dan pemberi penghasilan. Pihak
pemberi penghasilan (pembeli atau penerima jasa) akan memotong dan melaporkan PPh
pasal 23 tersebut kepada kantor pajak. Objek PPh Pasal 23 telah ditambahkan oleh
pemerintah hingga menjadi 62 jenis jasa lainnya seperti yang tercantum dalam PMK No.
141/PMK.03/2015.
C. Kesimpulan
• Untuk mengetahui pajak UKM apa saja yang harus dibayarkan, pengusaha harus melihat
• Salah satu pajak yang perlu dibayarkan UKM adalah PPh Final 0,5%.
Jika seorang karyawan dikenakan PPh Pasal 21, maka pajak yang dikenakan kepada pengusaha
atau perusahaan adalah PPh Final. Apa itu PPh Final? Istilah ini merupakan nama lain dari PPh
Pasal 4 ayat 2. Ada berbagai macam objek PPh Final, seperti untuk sewa bangunan, jasa
konstruksi, pajak atas obligasi, pajak atas peredaran bruto (omzet) usaha.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013, PPh Final untuk pajak
UKM adalah pajak atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang
memiliki peredaran bruto atau omzet di bawah Rp 4,8 miliar dalam setahun.
Sebagai seorang wajib pajak PPh Final, pada tanggal 15 setiap bulannya, Anda harus membayar
kewajiban perpajakan Anda tersebut ke kas negara. Setelah membayarnya, Anda akan
mendapatkan bukti bayar pajak atau NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara).