Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL PAJAK USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

Oleh: Lawrance Philipus


Mata kuliah: Hukum,Bisnis dan Anti Korupsi
Dosen pengampu: Moody Manalu S.E, M.B.A

Artikel Hukum Bisnis

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah memiliki beberapa point aturan yang berkaitan erat dengan implementasi Keuangan

Berkelanjutan di Indonesia. beberapa point aturan tersebut terdiri atas pasal-pasal berikut ini:

Bab II Asas dan Tujuan Pasal 2 mengatur bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berasaskan

berwawasan lingkungan. Yang dimaksud dengan "asas berwawasan lingkungan" adalah asas

pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan dengan tetap memperhatikan

dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

Bab VI Pasal 20 mengatur bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi

pengembangan usaha dengan cara memberikan insentif bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

mengembangkan teknologi dan kelestarian lingkungan hidup.

Bab VII Pembiayaan dan Penjaminan Pasal 22 menjelaskan bahwa dalam rangka meningkatkan

sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil, Pemerintah melakukan upaya:

Pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank;

Pengembangan lembaga modal ventura; Pelembagaan terhadap transaksi anjak piutang;

A. Latar Belakang

UMKM adalah usaha produktif yang dimiliki perorangan maupun badan usaha yang telah

memenuhi kriteria sebagai usaha mikro.

Seperti diatur dalam peraturan perundang-undangan No. 20 tahun 2008, sesuai pengertian

UMKM tersebut maka kriteria UMKM dibedakan secara masing-masing meliputi usaha mikro,

usaha kecil, dan usaha menengah


B. Pembahasan

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah,

klasifikasi UMKM bisa dibedakan dari jumlah aset dan total omzet penjualan. Sedangkan

menurut Badan Pusat Statistik, klasifikasi tersebut termasuk juga jumlah karyawan.

1. Kriteria Usaha Kecil

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus

juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Menengah

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh

milyar rupiah).

Berdasarkan Pasal 2 UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, setiap orang pribadi,

orang pribadi yang memiliki warisan belum terbagi, badan dan bentuk usaha tetap merupakan

objek pajak penghasilan.

Pada saat Anda mendaftarkan perusahaan atau badan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat

usaha Anda berdomisili, maka akan mendapatkan SKT atau Surat Keterangan Terdaftar.

Di SKT tersebut disebutkan pajak-pajak apa saja yang harus Anda bayarkan.

Tergantung pada jenis transaksi yang Anda lakukan dan jumlah omzet usaha Anda dalam

setahun.
Sekurangnya Anda perlu membayar pajak-pajak berikut:

1. PPh Pasal 4 Ayat 2 atau PPh Final (jika ada sewa gedung/kantor, omzet penjualan, dll)

PPh Pasal 4 ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2) atau disebut juga PPh final

adalah pajak yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas

beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat

final. Tarif PPh Pasal 4 Ayat 2 ini berbeda-beda untuk setiap jenis penghasilannya.

Misalnya untuk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), wiraswasta atau bisnis online

dengan omzet usaha kurang dari Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak, maka tarif pajaknya

adalah 0,5% dari total omzet (peredaran bruto) penjualan dalam 1 bulan. PPh Pasal 4 Ayat

2/PPh Final adalah pajak penghasilan atas jenis penghasilan-penghasilan tertentu yang

bersifat final dan tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan terutang.

Istilah final di sini berarti bahwa pemotongan pajaknya hanya sekali dalam sebuah masa

pajak dengan pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak yang

tepat waktu dan pertimbangan lainnya.

2. PPh Pasal 21 (jika memiliki pegawai)

Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 atau PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa

gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk

apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan

oleh orang pribadi subyek pajak dalam negeri. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 ini

diambil berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015.

3. PPh Pasal 23 (jika ada transaksi pembelian jasa)

Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23) adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan

atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong

PPh Pasal 21. Umumnya penghasilan jenis ini terjadi saat adanya transaksi antara pihak

yang menerima penghasilan (penjual atau pemberi jasa) dan pemberi penghasilan. Pihak

pemberi penghasilan (pembeli atau penerima jasa) akan memotong dan melaporkan PPh

pasal 23 tersebut kepada kantor pajak. Objek PPh Pasal 23 telah ditambahkan oleh

pemerintah hingga menjadi 62 jenis jasa lainnya seperti yang tercantum dalam PMK No.

141/PMK.03/2015.
C. Kesimpulan

• Untuk mengetahui pajak UKM apa saja yang harus dibayarkan, pengusaha harus melihat

pada SKT (Surat Keterangan Terdaftar) pada saat mendaftarkan NPWP.

• Salah satu pajak yang perlu dibayarkan UKM adalah PPh Final 0,5%.

PPh Final 0,5% untuk UKM

Jika seorang karyawan dikenakan PPh Pasal 21, maka pajak yang dikenakan kepada pengusaha

atau perusahaan adalah PPh Final. Apa itu PPh Final? Istilah ini merupakan nama lain dari PPh

Pasal 4 ayat 2. Ada berbagai macam objek PPh Final, seperti untuk sewa bangunan, jasa

konstruksi, pajak atas obligasi, pajak atas peredaran bruto (omzet) usaha.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013, PPh Final untuk pajak

UKM adalah pajak atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang

memiliki peredaran bruto atau omzet di bawah Rp 4,8 miliar dalam setahun.

Sebagai seorang wajib pajak PPh Final, pada tanggal 15 setiap bulannya, Anda harus membayar

kewajiban perpajakan Anda tersebut ke kas negara. Setelah membayarnya, Anda akan

mendapatkan bukti bayar pajak atau NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara).

Anda mungkin juga menyukai