Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

NEUROLOGI (STROKE)
By Kelompok 2

next ->
next ->
NAMA KELOMPOK

ANJELA SAGOMPAL NATALIA SESA


ARNIATI RAZAK ANGEL KAMBAN SIMBA
DINA FATIN NABILA SITI NURZUHRO
MUTHIAH MARUAPEY ENJEL CHRISTI
OLIVIA TUPAMAHU PRYSCA I RUMBIAK
RATI INDAH SARI ORGENES OFIAS
STELA WERINUSSA MESKE B THESIA
PENGANTAR

Stroke merupakan penyakit kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh


berhentinya suplai darah ke bagian otak. Stroke disebabkan oleh
thrombosis, embolisme serebral, iskemia, dan hemorogi serebral.

Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan dimana stroke bukan hanya
menyerang usia tua tapi juga menyerang usia muda yang masih produktif.
Mengingat kecacatan yang ditimbulkan stroke permanen, maka sangatlah
penting bagi kita untuk mengetahui informasi mengenai penyakit stroke
DEFINISI

Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak


yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer &
Bare, 2008).

Menurut Price & Wilson (2010) pengertian dari stroke adalah setiap
gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian stroke


adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau
penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau
perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang
timbulnya secara mendadak.
KLASIFIKASI

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan


STROKE
subarachnoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
HEMORAGIK
pada daerah otak tertentu

Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu


STROKE NON perdarahan yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau
HEMORAGIK keempat anggota gerak atau hemiparesis, nyeri kepala, mual,
muntah, pandangan kabur dan disfagia (kesulitan menelan).
PATOFISIOLOGI

Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika aliran
darah ke setiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus, maka mulai terjadi
kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada
gejala seperti kehilangan kesadaran. Selanjutnya kekurangan oksigen dalam waktu yang
lebih lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron. Area nekrotik
kemudian disebut infark. Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia atau
hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena embolus
dapat diakibat dari bekuan darah, udara plaque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi
stroke adalah hemoragik maka faktor pencetus adalah hipertensi, abnormalitas vaskuler,
aneurisma, serabut dapat terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemoragik.
Pada stroke trombosis metabolik maka otak mengalami iskemia dan infark sulit ditentukan.
Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama sehingga dapat terjadi
edema serebral dan peningkatan tekanan intrakarnial (TIK) dan kematian pada area yang
luas
ETIOLOGI

TROMBOSIS SEREBRI HEMORAGI EMBOLI SEREBRI

Faktor risiko menurut Mansjoer (2000) yaitu:


 Hipertensi
 Penyakit kardiovaskular
 DM
 Merokok
 Peningkatan kolesterol
 Obesitas
MANIFESTASI KLINIS

Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan


Kehilangan Motorik kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik, misalnya :
 Hemiplagia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
 Hemiparesis ( kelemahan pada salah satu sisi tubuh )
 Menurunnya tonus otot abnormal.

Fungsi otak yang di pengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan


komunikasi, misanya :
Kehilangan Komunikasi  Disatria
 Disfasia

 Homonimus hemianopsia
 Amorforsintesis
Gangguan Persepsi  Gangguan hubungan visual spasi
 Kehilangan sensori antara lain tidak mampu merasakan posisi
gerakan bagian tubuh (kehilangan proprioseptik) sulit
mengintrepistasikan stimulasi visual, taktil auditoris
Pemeriksaan Diagnostik

Anglografi serebral
Elektroencefalography
Membantu menentukan penyebab stroke
Mengidentifikasi masalah berdasarkan pasa
secara spesifik seperti perdarahan, obtrusksi,
gelombang otak atau mungkin memperluhatkan
arteri, oklusi / ruptur.
darah lesi yang spesifik.

Ct-Scan
Ultrasonography Doppler Memperlihatkan adanya edema, hematoma,
Mengidentifikasi penyakit arterioveba (masalah iskemia dan adanya infark.
sistem arteri karotis /aliran darah /muncul
plaque /arterosklerosis.

Pemeriksaan foto thorak Sinar x tengkorak

MRI Pemeriksaan Laboratorium


PENATALAKSANAAN

PENATALAKSAAN UMUM: PENATALAKSAAN MEDIS:


1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral 1) Trombolitik (steptokinase)
dekubitus bila disertai muntah. boleh di muali mobilisasi 2) Anti platelet / anti
bertahap bila hemodinamik stabil. trombolitik (asetosol,
2) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat ticlopidin, cilostazol,
bila perlu berikan oksigen 1-2 liter / menit bila ada hasil dipiridamol)
gas darah. 3) Antikoagulan (heparin)
3) Kandung kemuh yang penuh di kososngkan dengan 4) Antagonis serotonim
kateter. (Noftidrofuryl).
4) Kontrol tekanan darah, dipertahankan normal. 5) Antaginis calsium
5) Suhu tubuh harus di pertahankan. (nomodipin, piracetam)
6) Nutrisi seorang hanya boleh di berikan setelah tes fungsi
menelelan baik, bila terdapat gangguang menelan
/pasien yang kesadaranya menurun, dianjurkan pipi NGT.
7) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada
kontraindikasi.
KOMPLIKASI

Berhubungan dengan imobilisasi. Berhubungan dengan kerusakan otak.


Infeksi pernafasan. Epilepsi.
Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang Sakit kepala.
tertekan. Kranoitomi
Konstipati.
Tromboflebitis

Berhubungan dengan mobilisasi.


Nyeri pada daerah punggung.
Disiokasi sendi.
PENCEGAHAN

MENGURANGI BERHENTI BERHENTI


MENGURANGI MINUM KOPI
KEGEMUKAN MEROKOK
KEGEMUKAN

BATASI MENGUBAH
RAJIN
KONSUMSI POLA GAYA
BEROLAHRAGA
GARAM/LEMAK HIDUP

TINGKATKAN MENGHINDARI OBAT-


MENGKONSUMSI OBATAN YANG DAPAT
KALIUM MENINGKATKAN TD
PENGKAJIAN
1. PENGKAJIAN PRIMER
Airway
Keadaan jalan nafas
Benda asing di jalan nafas : Terdapat sumbatan pangkal lidah.
Bunyi nafas : Snoring (suara seperti ngorok).
Masalah/diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan
pangkal lidah.
Intervensi / Implementasi
 Buka jalan nafas, gunakan teknik head tilt + chin lift atau jaw trust.
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
 Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan.
 Pasang oro faringeal tube.
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.
PENGKAJIAN
Breathing
a) Fungsi pernafasan :
• Frekuensi Pernafasan : nafas cepat (Tachypnea) lebih dari 20 x/menit
• Bunyi nafas : suara tambahan nafas (ronki, wheezing)
• Retraksi Otot bantu nafas : gerakan otot nafas tambahan, retraksi sela iga.

b) Masalah/diagnosa Keperawatan
Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan.

c) Intervensi / Implementasi
• Pertahankan jalan nafas yang paten
• Berikan terapi oksigen
• Monitor aliran oksigen
• Pertahankan posisi pasien
• Observasi adanya tanda – tanda hipoventilasi.
Circulation PENGKAJIAN
a) Keadaan sirkulasi
1. Perdarahan (internal/eksternal) : Pembuluh
darah pecah
2. Nadi : > 100 x/menit c) Intervensi / Implementasi
3. Akral perifer • Monitoring tanda awal syok
Raba telapak tangan • Monitor warna kulit, suhu kulit,
-Normal : hangat, kering, Merah. denyut jantung, pernafasan dan
-Syok : dingin, basah, pucat nadi.
Tekan – lepas ujung kuku/telapak tangan • Tempatkan pasien pada posisi
-Merah kembali < 2 detik : normal supine, kaki lebih tinggi dari
-Merah kembali > 2 detik : syok badan
• Lihat dan pelihara kepatenan
b) Masalah/diagnosa Keperawatan jalan nafas
Risiko syok berhubungan dengan ketidakcukupan aliran
darah kejaringan tubuh.
PENGKAJIAN
Disability
a) Pemeriksaan Neurologis:
GCS : E 1 V 2 M 2 : coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada
respon pupil terhadap cahaya).

b) Masalah/diagnosa Keperawatan
c) Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral.

d) Intervensi/ implementasi
• Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin / tajam / tumpul
• Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah.
• Pertahankan keadaan tirah baring.
• Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikkan dan dalam posisi anatomis (netral).
• Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan (heparin).
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN SEKUNDER
a) Pengkajian sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe) termasuk re-evaluasi
pemeriksaan TTV.
b) Anamnesis
Setiap pemeriksaan yang lengkap memerlukan anamnesis mengenai riwayat perlukaan. Riwayat
“AMPLE” (alergi, medikasi, past illness, last meal, event/environment) perlu diingat.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan evaluasi kepala akan adanya luka, kontusio atau fraktuf. Pemeriksaan
maksilofasialis, vertebra sevikalis, thoraks, abdomen, perineum, muskuloskeletal dan pemeriksaan
neurologis juga harus dilakukan dalam secondary survey.
d. Re-evaluasi
Monitoring tanda vital dan haliaran urin penting dilakukan.
e. Tambahan pada secondary survev
Selama secondary survey, mungkin akan dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti
foto tambahan dari tulang belakang serta ekstremitas, CT-Scan kepala, dada, abdomen dan prosedur
diagnostik lain.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan


dengan sumbatan pangkal lidah

Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan


depresi pusat pernafasan

Risiko syok berhubungan dengan ketidak cukupan


aliran darah ke jaringan tubuh.

Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan


oedema serebral
INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan - Respiratory status : Ventilation 1. Airway Management
Setelah dilakukan tindakan asuhan 2. Buka jalan nafas, gunakan teknik head
jalan nafas berhubungan
keperawatan selama ... x... diharapkan
dengan sumbatan tilt + chin lift atau jaw trust.
bersihan jalan nafas kembali efektif.
pangkal lidah. 3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Kriteria Hasil :
1. Menunjukan jalan nafas yang paten
ventilasi.
(klien tidak merasa tercekik, irama 4. Identifikasi pasien perlunya
nafas, frekuensi pernafasan dalam pemasangan alat jalan nafas buatan.
rentang normal, tidak ada suara nafas 5. Pasang oro faringeal tube.
abnormal). 6. Auskultasi suara nafas, catat adanya
2. Mampu mengidentifikasikan dan suara tambahan.
mencegah factor yang dapat
menghabat jalan nafas.
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
2. Gangguan pola nafas Respiratory status : Airway patency Airway management
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik head tilt +
tidak efektif berhubungan
selama ... x... diharapkan pola nafas kembali chin lift atau jaw trust.
dengan depresi pusat efektif.
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
pernafasan. Kriteria Hasil :
ventilasi.
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan
3. Pertahankan jalan nafas yang paten.
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
4. Berikan terapi oksigen.
dan dyspneu (mampu mengeluarkan
5. Monitor aliran oksigen.
sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips). 6. Pertahankan posisi pasien.
2. Menunjukan jalan nafas yang paten (klien 7. Observasi adanya tanda – tanda hipoventilasi.
tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal).
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
3. Risiko syok berhubungan 1. Syok Prevention Syok Prevention
dengan ketidak cukupan Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Monitoring tanda awal syok.
aliran darah kejaringan keperawatan selama ... x... diharapkan
2. Monitor warna kulit, suhu kulit, denyut
tubuh. syok berkurang.
jantung, pernafasan dan nadi.
Kriteria Hasil :
2. Nadi dalam batas yang diharapkan. 3. Tempatkan pasien pada posisi supine,
3. Frekuensi nafas dalam batas yang kaki lebih tinggi dari badan.
dihapkan 4. Lihat dan pelihara kepatenan jalan
4. Irama jantung dalam batas yang nafas.
diharapkan
5. Ajarkan keluarga dan pasien tentang
tanda dan gejala datangnya syok.
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
4.
Gangguan perfusi Circulation status Peripheral sensation management

jaringan serebral Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Monitor adanya daerah tertentu yang
keperawatan selama ... x... diharapkan hanya peka terhadap panas/dingin /
berhubungan dengan
jaringan serebral kembali normal. tajam / tumpul.
oedema serebral.
Kriteria Hasil : 2. Pantau tanda-tanda vital terutama
1. Tekanan systole dan diastole tekanan darah.
dalam rentang yang diharapkan. 3. Pertahankan keadaan tirah baring.
2. Tidak ada tanda-tanda 4. Letakkan kepala dengan posisi agak
peningkatan tekaan intrakranial. ditinggikkan dan dalam posisi anatomis
3. Berkomunikasi dengan jelas dan (netral).
sesuai dengan kemampuan. 5. Berikan obat sesuai indikasi: contohnya
antikoagulan (heparin).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai