Anda di halaman 1dari 28

Pengujian Kualitas Bahan Pakan I

Pokok Bahasan : Pengujian Kualitas Bahan


IV Pakan I

STANDAR : Mahasiswa semester 3 program


KOMPETENSI studi peternakan mengetahui
Pokok Bahasa IV tujuan dan mampu melakukan
Cara-cara Pengujian Kualitas
Bahan Pakan
Tujuan Uji kualitas Bahan Pakan/ Ransum
1. Mengetahui kandungan dan komposisi nutrien,
antinutrien dalam bahan pakan yang diuji
2. Memudahkan standarisasi harga bahan pakan
3. Memudahkan dalam formulasi pakan guna
pemenuhan kebutuhan nutrien bagi ternak
4. Menentukan nilai nutrien bahan pakan/ ransum
pada ternak Monogastrik/ ruminansia.
Pentingnya Uji kualitas Bahan Pakan
Menentukan kualitas bahan pakan/ ransum
Menentukan harga bahan pakan/ ransum
Menentukan jumlah/ batasan pemberiannya pada
ternak agar tidak mengganggu produksi
Menentukan boleh tidaknya diberikan pada ternak
UJI KUALITAS BAHAN PAKAN
Pengujian kualitas bahan pakan/ ransum dapat
dilakukan secara fisik (organoleptis, mikroskopik),
kimia dan biologis
Uji kualitas sebaiknya dilakukan secara periodik,
disetiap kedatangan bahan pakan/ransum maupun
saat terjadi perubahan supplier.
Kualitas ransum sangat berpengaruh terhadap
performan ternak
Ciri-ciri Bahan Pakan yang Baik
Kering (KA = 12-14%)
Bebas kutu atau insekta
Utuh, tidak pecah atau rusak
Bau dan rasa sesuai dengan aslinya
Penampilan luar tidak berjamur, tidak
menggumpal
Bebas bahan pemalsu/subalan, kontaminan
Tidak toksik
TEKNIK UJI BAHAN PAKAN :

1. UJI ORGANOLEPTIS

2. UJI MIKROSKOPIS

3. UJI KIMIA

4. UJI BIOLOGIS
1. UJI FISIK/ ORGANOLEPTIS
melihat penampilan/ wujud pakan yang bisa diukur

dengan panca indra, seperti berat jenis, ukuran partikel


(partikel size), biji pecah, biji jamur, benda asing, kutu,
bau, warna dan rasa

Pengukuran Berat jenis (BJ) adalah mengukur berat

sampel dibagi dengan volume sampel, satuannya g/l.


Langkah pengujiannya dengan mengambil sampel,
selanjutnya dimasukkan dalam tabung ukur 1 l lalu
ditimbang untuk mengetahui beratnya.
Uji kontaminan

Kontaminan adalah bahan yang tidak diharapkan ada dalam bahan


baku atau ransum.
Adanya bahan kontaminan ini akan mengakibatkan adanya nilai
nutrisi semu, seperti halnya penambahan urea pada tepung ikan
atau kontaminasi tepung bulu pada meat bone meal (MBM) atau
poultry meat meal (PMM). Penambahan urea maupun tepung bulu
akan meningkatkan nilai protein kasar, namun urea tidak dapat
dimanfaatkan oleh tubuh ayam, bahkan beracun sedangkan protein
kasar dari tepung bulu meskipun kadarnya tinggi namun
kecernaannya rendah.
penambahan bahan kontaminan juga bisa meningkatkan berat
(massa), biasanya dengan menambahkan kerikil. Salah satu cara
mendeteksinya bisa dilakukan uji BJ.
Kontaminan lain : janggel, sekam, pasir, dll, dideteksi dengan
pemisahan ukuran sampel
Uji Fisik/organoleptis
WARNA
BAU
 Setiap bahan pakan maupun
 Setiap bahan baku penyusun
ransum mempunyai warna
ransum maupun ransum jadi spesifik. Warna dipengaruhi
kandungan nutrien bahan
mempunyai bau dan warna baku. Misalnya jagung warna
yang spesifik. Misalnya kuning keputihan kandungan
karotenoidnya lebih rendah
jagung mempunyai aroma dibanding dengan jagung
kuning orange. Berbeda dengan
khas jagung. Bungkil kedelai bungkil kacang kedelai, warna
yang bagus mempunyai ciri- yang terlalu cerah keputihan
mengindikasikan kandungan
ciri fisik bau segar khas tripsin inhibitor tinggi (suatu
zat yang menghambat
pencernaan protein).
UJI FISIK/ ORGANOLEPTIS
RASA
Sama halnya dengan bau dan warna, uji rasa bisa

digunakan untuk mendeteksi kualitas. Jika rasa


tepung ikan sama seperti asinnya masakan, maka
diprediksikan kadar garamnya sekitar 2–3%.
2. Uji mikroskopis
Pengujian dengan mengamati ukuran dan bentuk partikel

bahan menggunakan mikroskop. Dalam uji mikroskopis


metode TCE (Tetrachorethilene), mikroskop yang
digunakan adalah mikroskop sterio dengan kemampuan
perbesaran 8-50 kali dan mikroskop compound dengan
perbesaran 4-400 kali. Dengan menggunakan alat
tersebut ciri-ciri fisik bahan baku bisa diketahui lebih
detail, sehingga jika ada kontaminasi bisa terdeteksi.
3. UJI KIMIA
Melihat/ mengukur suatu zat di dalam sampel pakan yang

bisa diketahui dengan adanya reaksi kimia.


Kandungan nutrien pakan diketahui melalui analisis

proksimat melalui Weende system


Kandungan serat pakan dari Van Soest.

Kandungan mineral (makro dan mikro).

 Pengukuran gros energi.


3. UJI KIMIA
Fraksi/komponen dari makro nutrien, misal :
asam amino penyusun protein (20 asam amino)
asam lemak berkarbon 2 – 24
monosakarida (glukosa, fruktosa, manosa dll)
polisakarida (amilum, amilopektin, selulosa,
hemiselulosa)
Kandungan antinutrien (tanin, asam fitat, oksalat dll)
dan senyawa toksik (asam sianida, nitrit, afla toksin,
dll)
3. CATATAN UJI KIMIA
Dalam mengukur kadar air, tidak semua bahan pakan dapat
ditentukan dengan mengeringkan dalam oven pada suhu 105⁰
C : Untuk bahan pakan yang banyak mengandung senyawa
mudah menguap (volatile) , misal silase hijauan, digunakan
metode Toluene.
Hasil analisis nutrien (secara proksimat dan serat Van Soest)
dapat diperoleh kandungan karbohidrat nonserat 
KHnSerat = KH - NDF
Hasil analisis bahan pakan atau ransum biasanya ditulis dalam
bahan kering (dry matter base), tetapi pada Tabel Kompoisisi
bahan pakan Hari Hartadi (1992) ditulis berdasar as feed dan
juga dry matter base
4. UJI BIOLOGIS
Menguji kualitas bahan pakan/ransum langsung

menggunakan ternak
Mengetahui utilitas nutrien dengan mengukur

kecernaan nutrien dari bahan pakan maupun


energinya.
Mengetahui pengaruhnya pada pertumbuhan dan

produksi ternak
Dapat menilai efisiensi dan konversi pakan
Faktor yang memengaruhi kualitas bahan
pakan
Lihat Tabel Komposisi Bahan Pakan di Indonesia
Bahan Pakan Nomor BK ABU EE SK BETN PK
BMTI
Rumput BD,
bagian arial, -
umur 28 hari 2-13-216 17 8.0 5,2 34,5 42,0 10,3
Umur 56 hari 2-13-213 19 6,5 2,2 35,1 49,2 7,0
Umur 70 hari 2-13-836 21 7,0 1,9 37,9 47,9 4,7
Dewasa segar 2-11-331 24 6,3 0,8 37,9 52,1 2,9
Dewasa hay 1-12-319 86 6,4 1,0 38,1 51,3 3,1
Rumput BB
bagian arial, -
umur 28 hari 2-09-974 14 3,0 0,6 5,9 88,5 2,0
Umur 56 hari 2-09- 25 11,5 2,8 32,5 44,8 8,3
Dewasa segar 990 32 10,9 1,3 32,2 49,1 6,6
2-12-318
Rumput BM,
bagian arial, -
umur 28 hari 2-10-248 20 11,6 2,0 30,7 43,2 12,6
Umur 56 hari 2-11-341 21 13,3 2,9 29,5 43,8 10,5
Umur 70 hari 2-03-523 21 7,0 1,9 37,9 47,9 4,7
Dewasa segar 2-11-331 24 6,3 0,8 37,9 52,1 2,9
Dewasa hay 1-12-319 86 6,4 1,0 38,1 51,3 3,1
No Nama Bahan No BP BK ABU EE SK BETN PK
Urut Pakan secara
interna
sional 100
BK

0127 COCOS 4-08-190 86 1,8 56,2 5,2 15,2 7,6


NUCIFERA,
0128 daging buah 100 2,09 65,35 6,05 17,67 8,84
kelapa, lemak
penuh,
0129 COCOS 5-01-572 86 5,5 8,8 10,4 42,7 18,6
NUCIFERA
0130 daging buah 100 6,39 10,23 12,03 49,72 21,63
kelapa,
ekstraksi
mekanis
Tabel Kandungan KH dalam Jaringan Tanaman

Nutrien R. Tropis R. Biji-bijian Alfalfa Sayuran


Subtropis
Gula 5 10 - 5 – 15 20
Fruktosan 0 1 – 25 0 0 -
Pati 1–5 0 80 1–7 Rendah
Pektin 1–2 1–2 - 5 – 10 10 – 20
Selulosa 30 – 40 20 – 40 2–5 20 – 35 20
Hemiselulosa 30 - 40 15 - 25 7 - 15 8 - 10 Rendah
Variation Protein Content and Nutritional Value of
Protein
Protein source CP Lys Met Feed convertion
(feed/gain)
Fish meal A 62,1 1,59
Fish meal B 63,1 1,98
Fish meal A + B (50-50) 1,78
Soybean meal A 46,0 3,84 1,84
Soybean meal B 46,2 3,46 1,89
Soybean meal C 46,8 3,15 1,91
Soybean meal D 48,7 3,99 1,82
Faktor yang memengaruhi Kandungan
Nutrien Pakan

 Varitas hijauan/tanaman

 Asal bahan pakan (nabati, hewani)


 Proses byproduct

 Perubahan suhu, penyimpanan

 Penambahan bahan lain.


SNI TENTANG JAGUNG BAHAN PAKAN
(Standar Nasional Indonesia : 01-4483-1998

No Syarat Mutu %,
1 Butir pecah, max 5
2 Warna lain, max 5
3 Benda asing, max 2
4 Kepadatan, min (kg/cm3) 700
SNI TENTANG JAGUNG BAHAN PAKAN

No Syarat Mutu %,
1 Kadar air, max 14
2 PK, min 7,5
3 SK, max 3
4 Abu, max 2
5 Lipid, min 3
6 Mikotoksin :
Aflatoksin, ppb 50
Okratoksin, ppb 5
Hasil-hasil penelitian tentang bahan pakan dan
tema-tema penelitian yang memungkinkan untuk
dilaksanakan

1. Eksplorasi bahan pakan dan pemanfaatan industry


byproduct
2. Adanya antinutrien  cara2 eliminasi
3. Pemanfaatan senyawa sekunder
Composition, preservation and digestibility by sheep
of wet by-products from the food industry
Animal Feed Science and Technology 207 (2015) 1–9
Chemical composition of the fresh wet by-products (g/kg DM).

By- DM Ash CP EE NDF CELL LIG SOL. ETHA


product1 PHEN NOL
OLIC

Aspergill 171 5,9 116 47,4 724 475 60 3,9 68,5


us residue
Grape 421 86.7 122 113 613 130 375 69.3 155.2
pulp
Avogado 186 45 147 182 652 298 269 20,2 2,25
pulp
2. Adanya antinutrien  cara2 eliminasi
Kandungan Saponin Pada Daun, Tangkai Daun
Dan Biji Tanaman Turi (Sesbania Grandiflora
Phytate in feed ingredients and potentials for improving the
utilization of phosphorus in ruminant nutrition
Animal Feed Science and Technology 209 (2015) 1–15

Feed Total P (g Phytate P Proportion (g Phytate p


kg−1) (g kg−1) per g of total P)

Corn 2.7 (2.3–3.2) 1.9 (1.7–2.2) 0.71 (0.57–0.85)


Oats 3.4 (2.9–3.7) 2.1 (1.7–2.5) 0.60 (0.56–0.67)
Rye 3.5 (3.4–3.6) 2.2 (2.0–2.4) 0.62 (0.59–0.67)
Wheat 3.5 (2.9–4.2) 2.3 (1.8–2.9) 0.68 (0.55–0.79)
Barley 3.6 (3.1–4.2) 2.1 (1.9–2.6) 0.59 (0.54–0.63)
Sorghum 2.6 (2.0–3.1) 1.8 (1.5–2.1) 0.69 (0.65–0.75)
Phytate in feed ingredients and potentials for improving the
utilization of phosphorus in ruminant nutrition
Animal Feed Science and Technology 209 (2015) 1–15

Feed Total P (g Phytate P Proportion (g Phytate


kg−1) (g kg−1) per g of total P)

Soybean meal 6.7 (5.7–8.4) 3.8 (3.5–4.0) 0.57 (0.47–0.65)


Rapeseed meal 11.5 (10.5–13.4) 6.9 (4.0–8.4) 0.60 (0.36–0.72)
Cottonseed meal 11.0 (6.4–13.5) 7.0 (4.9–9.2) 0.66 (0.51–0.77)
Wheat bran 10.5 (8.8–11.6) 8.0 (5.7–9.7) 0.77 (0.50–0.96)
Rye bran 7.7 (5.8–9.6) 6.1 (4.9–7.3) 0.81 (0.76–0.85)

Anda mungkin juga menyukai