• Reproduksi merupakan proses pembentukan individu baru
dari individu yang sudah ada dan merupakan ciri khas dari semua makhluk hidup. Reproduksi bertujuan untuk mempertahankan kelestarian suatu spesies dari kepunahan. Dalam upaya melestarikan kelangsungan hidupnya, setiap organisme harus mampu memperbanyak diri sehingga setiap generasi mampu menghasilkan generasi sebelumnya yang mati karena pemangsa, parasit atau karena telah berumur tua. Proses reproduksi berbeda dengan proses yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sehari-hari seperti: Pengertian oogenesis Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Tidak seperti spermatogenesis yang dapat menghasilkan jutaan sperma dalam waktu yang bersamaan, oogenesis hanya mampu menghasilkan satu ovum matang sekali waktu. Oogenesis dimulai dengan pembentukkan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia. Terjadi dalam organ reproduksi betina yaitu ovarium. Mekanisme oogenesis sangat berbeda dengan spermatogenesis, walaupun memiliki persamaan dalam proses meiosis. Diantara kelahiran dan masa pubertas, sel-sel telur dalam hal ini oosit membesar dan folikel disekitarnya tumbuh. Selanjutnya oosit primer mereplikasi DNA dan memasuki profase meiosis I dan tidak berkembang lebih lanjut jika tidak diaktifkan oleh hormon FSH (Follicle stimulating hormone). • Seperti halnya pada spermatogenesis, oogenesis pun memiliki tahap, diantaranya: 1. Proliferasi (perbanyakan) Tahap perbanyakan belangsung secara berulang-ulang. Gametogonium membelah menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8 dan seterusnya. Sel benih primordial berdiferensiasi menjadi oogonium, lalu mengalami proliferasi untuk membentuk oosit primer, siap memasuki periode tumbuh. Pada mamalia masa proliferasi terjadi dalam kandungan induk. 2. Pertumbuhan Pada pertumbuhan, oogonium akan tumbuh membesar menjadi oogonium I. Pertumbuhan sangat memegang peranan penting, karena sebagian besar dari substansi telur digunakan dalam perkembangan selanjutnya. Diferensiasi juga terdapat pada periode tumbuh. 3. Pematangan Pada proses ini terdapat 2 kali pembelahan meiosis. Setelah terjadi fase pertumbuhan, oogonium I mengalami tahap pematangan, yang berlangsung secara meiosis. Akhir meiosis I terbentuk oogonium II dan akhir meiosis II terbentuk ootid. • Fertilisasi Fertilisasi adalah penembusan ovum oleh spermatozoa dan mengakibatkan penyatuan nucleus sperma dan nucleus ovum untuk menghasilkan zigot. Ada 3 faktor spermatozoa dapat mencapai sekitar ovum:
Sperma berenang-renang melakukan pergerakan seperti
melambai yang disebabkan flagelnya Akrosom sperma menghasilkan enzim yang disebutkan dengan akrosin yang menstimulus (merangsang) migrasi dan motilitas sperma dalam sistem reproduksi betina Sperma ditranspor (dipindahkan) oleh kontraksi otot uterus • Meskipun demikian sperma mengalami pematangan di epididimis ia masih belum dapat membuahi ovum. Ia harus berdiam diri beberapa jam didalam sistem reproduksi betina. Perubahan fungsional yang dialami sperma didalam sistem reproduksi betina ini adalah memungkingkan sperma tersebut membuahi ovum dikenal dengan istilah kapasitasi. • E. Pembentukan Morulla Setelah fertilisasi pembelahan sel yang berulang-ulang pada zigot terjadi yang dikenal dengan Cleavage (tahap pembelahan), selama proses ini berlangsung sel yang membelah melindungi oleh zona pellusida, meskipun pembelahan menyebabkan penambahan jumlah sel namun tidak terjadi penambahan ukuran dari organisme yang sedang berkembang. Sel-sel yang dihasilkan semakin lama semakin kecil, sel-sel tersebut disebut dengan Blastomer. Perkembangan blastosit karena jumlah sel didalam morulla bertambah atau meningkat ia bergerak dari tempat fertilisasi awal turun melalui tuba fallopi yang bersillia kearah uterus dan masuk ke rongga uterus. Pada saat ini kumpulan sel pada (morulla) berubah menjadi berbentuk • F. Implantasi Implantasi adalah tertanamnya blastosit pada endomentrium lebih kurang 7 atau 8 hari setelah proses fertilisasi. Blastosit berada bebas didalam uterus 2-4 hari sebelum benar-benar menempel atau tertanam pada dinding uterus selama masa ini terapan nutris disediakan oleh sekresi endometrium yang biasa disebut uterine milk. Cairan nutrisi tersebut selain menyediakan atau menjadi asupan nutrisi bagian blastosit yang sedang menggali tersebut, kira-kira seminggu setelah Implantasi dan akhirnya blastosit terkubur didalam endometrium biasanya pada dinding posterior dari fundus atau badan rahim di uterus. • G. Perkembangan Embrio Dua bulan setelah fertilisasi, blastosis terkubur didalam endometrium dan lempeng embrio mulai tumbuh menjadi embrio, umumnya disebut dengan periode embrionik. Selama periode ini organisme yang sedang berkembang disebut embrio. Kemudian setelah 2 bulan dikenal dengan periode fetus akhir dari pada embrionik terjadi organ-organ dan berkembangnya membrane embrionik serta berfungsinya plasenta. Dalam 8 hari setelah fertilsasi lapisan sel bagian atas dari inner cell massa akan membentuk amnion yaitu membrane pelindung yang tebal, cairan amnion berfungsi melindungi embrio dari gesekan dan membantu mengatur suhu tubuh embrio. • Proses terjadinya oogenesis Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam • kandungan, yaitu pada saat bayi berumur 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut adalam keadaan istirahat (dorman). Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosir primer. Saat mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya. • Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupakan oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer). Selanjutnya, oosit sekunder melanjutkan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadinya ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi dan luruh bersama dinding rahim, dimana kejadian ini disebut dengan menstruasi. Namun jika ada sperma yang masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel yang kecil disebut badan polar kedua (polosit sekunder). • 2.3 Hormon yang berperan dalam oogenesis Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya aksis hipothalamus-hipofisis-ovarium. Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone). FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormon progesteron dan meransang ovulasi. Pada masa pubertas, progesteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk estrogen, memacu perkembangan folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi susu. Mekanisme umpan balik positif dan negatif aksis hipothalamus hipofisis ovarium.Tingginya kadar FSH dan LH akan menghambat sekresi hormon GnRH oleh hipothalamus. • Tingginya kadar FSH dan LH akan menghambat sekresi hormon GnRH oleh hipothalamus. Sedangkan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dapat menstimulasi (positif feedback, pada fase folikuler) maupun menghambat (inhibitory/negatif feedback, pada saat fase luteal) sekresi FSH dan LH di hipofisis atau GnRH di hipothalamus.
• Berikut ini rincian hormon yang berperan dalam oogenesis:
1. Hormon FSH (follicle stimulating hormone) Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel 2. Hormon LH (leutinizing hormone) Berfungsi merangsang terjadinya ovulasi 3. Hormon Esterogen Berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder 4. Hormon Progesteron Berfungsi untuk menebalkan dinding endometrium. • • 3.1 Kesimpulan Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I. hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer. • Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum. Berikut ini rincian hormon yang berperan dalam oogenesis: 5. Hormon FSH (follicle stimulating hormone) Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel 6. Hormon LH (leutinizing hormone) Berfungsi merangsang terjadinya ovulasi 7. Hormon Esterogen Berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder 8. Hormon Progesteron Berfungsi untuk menebalkan dinding endometrium