ATAS TANAH & BANGUNAN (BPHTB) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) : - Adalah Pajak yg dikenakan atas perolehan Hak atas tanah dan atau Bangunan. - Adalah perbuatan atau Peristiwa Hukum yang mengakibatkan diperolehnya Hak atas Tanah dan atau Bangunan oleh orang pribadi atau Badan. - Adalah Hak atas Tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatas nya, sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, UU No. 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun , dan ketentuan peraturan Perundang- undangan yg berlaku lainnya. Prinsip yg dianut dlm UU BPHTB adalah : 1. Pemenuhan kewajiban BPHTB adalah berdasarkan sistem Self Assessment, yaitu Wajib Pajak menghitung dan membayar sendiri utang Pajaknya. 2. Besarnya tarif ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari Nilai Perolehan Obyek Pajak Kena Pajak (NPOPKP). 3. Agar pelaksanaan Undang2 BPHTB dapat berlaku secara efektif, maka baik kepada Wajib Pajak maupun kepada Pejabat2 Umum yg melanggar ketentuan/tdk melaksanakan kewajibannya, dikena- kan Sanksi menurut peraturan perundang2an yang berlaku. 4. Hasil penerimaan BPHTB merupakan penerimaan Negara yg sebagian besar diserahkan kepada Pemerintah Daerah, untuk meningkatkan pendapatan daerah guna membiayai pembangunan daerah dan dalam rangka memantapkan Otonomi Daerah. 5. Semua pungutan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan di luar ketentuan ini tidak diperkenan kan. Dasar Hukum : 1. UU No. 21 tahun 1997 sebagaimana telah diubah dg UU No. 20 tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. 2. PP No. 111 tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB karena Waris dan Hibah. 3. PP No. 112 tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB karena pemberian Hak Pengelolaan. 4. PP No. 113 tahun 2000 tentang Penentuan Besarnya NPOPTKP BPHTB. Obyek Pajak : Obyek BPHTB adalah perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan yg meliputi : 5. Pemindahan Hak karena : a. Jual-Beli b. Tukar Menukar c. Hibah d. Hibah Wasiat e. Waris f. Pemasukan dlm Perseroan/Badan Hukum lainnya g. Pemisahan Hak yg mengakibatkan peralihan h. Penunjukan pembeli dalam Lelang i. Pelaksanaan Putusan Hakim yg mempunyai kekuatan Hukum yang Tetap. j. Penggabungan Usaha k. Pemekaran Usaha l. Peleburan Usaha m. Hadiah 2. Pemberian Hak Baru karena : a. Kelanjutan pelepasan Hak b. Diluar Pelepasan Hak Tidak termasuk Obyek Pajak : Obyek Pajak yg tdk dikenakan BPHTB adalah Obyek Pajak yg diperoleh : 1. Perwakilan Diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik. 2. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum. 3. Badan atau Perwakilan Organisasi Internasional yang ditetapkan dg Keputusan Menteri dengan syarat tidak menjalankan usaha. 4. Orang pribadi atau Badan karena konversi hak atau karena perbuatan Hukum lain dengan tdk adanya perubahan nama. 5. Orang pribadi atau badan karena wakaf. 6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan Ibadah. Subyek Pajak : Orang pribadi atau Badan yg memperoleh Hak atas Tanah dan atau Bangunan. Subyek Pajak yg dikenakan kewajiban membayar Pajak menjadi Wajib Pajak BPHTB menurut UU BPHTB. Dasar Pengenaan Pajak, Nilai Perolehan Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOP TKP) dan Tarif Pajak : Dasar Pengenaan Pajak : Yg menjadi dasar pengenaan Pajak adalah Nilai Perolehan Obyek Pajak (NPOP). NPOP ditentukan sebesar : 7. Harga Transaksi, dalam hal Jual Beli 2. Nilai Pasar Obyek Pajak. 3. Harga transaksi yg tercantum dalam Risalah Lelang, dalam hal penunjukkan pembeli dalam Lelang. 4. Nilai Jual Obyek Pajak Bumi dan Bangunan (NJOP PBB), apabila besarnya NPOP (sebagaimana dimaksud dalam butir 1 dan 2 )tdk diketahui atau NPOP lebih rendah daripada NPOP PBB. Nilai Perolehan Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP ) : Besarnya NPOP TKP ditetapkan secara regional paling banyak Rp. 60.000.000,-- (enampuluh juta rupiah), kecuali perolehan karena Waris/Hibah wasiat yg diterima orang pribadi yg masih dlm hub.keluarga, . . Ditetapkan secara regional paling banyak Rp.300.000.000,-- (Tigaratus juta rupiah). Tarip Pajak : Besarnya tarif pajak ditetapkan sebesar 5% (lima persen) Cara menghitung BPHTB : BPHTB = Nilai Perolehan Obyek Pajak Kena Pajak x Tarif = (NPOP – NPOP TKP) x 5% Contoh : Berapa BPHTB yg terutang Jika : A membeli tanah dan bangunan dengan Nilai Perolehan Obyek Pajak Rp. 70.000.000,--, sedangkan Nilai Perolehan Obyek Pajak Tidak Kena Pajak yg berlaku di Kabupaten/Kota tersebut adalah Rp. 60.000.000,-- Saat Terutangnya Pajak : 1. Sejak tanggal dibuat dan ditanda tangani nya akta a.l : a. Jual Beli b. Tukar Menukar c. Hibah d. Hadiah dll. 2. Sejak tanggal penunjukkan pemenang Lelang 3. Sejak tanggal putusan Pengadilan yg mempunyai kekuatan Hukum yg tetap ( u/putusan Hakim) 4. Sejak tanggal ybs mendaftarkan peralihan hak nya ke kantor Pertanahan (u/.Hibah Wasiat dan Waris). 5. Sejak tanggal ditanda tanganinya dan diterbitkannya Surat Keputusan Pemberian Hak untuk : a. Pemberian hak baru atas tanah sbg kelanjutan dari pelepasan hak. b. Pemberian hak baru di luar pelepasan hak. Tempat Pajak Terutang : Tempat Pajak Terutang yaitu diwilayah : 1. Kabupaten 2. Kota, atau 3. Propinsi. Tempat Pembayaran : Pajak yg terutang dibayar ke Kas Negara melalui : 4. Bank Badan Usaha Milik Negara/Bank BUMD 5. Kantor Pos dan Giro 6. Tempat pembay.lain yg ditunjuk oleh Menteri Keu. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar (SKBKB) : 1. Pengertian : SKBKB adalah Surat Ketetapan yg menentukan besarnya jumlah Pajak yg terutang, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yg masih harus dibayar. 2. Penerbitan SKBKB : SKBKB diterbitkan apabila berdasarkan hasil pemeriksaan/keterangan lain ternyata jumlah Pajak yg terutang kurang bayar. SKBKB dapat diterbitkan o/.Ditjen Pajak dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya Pajak. 3. Sanksi SKBKB : Jumlah kekurangan Pajak yg terutang dlm SKBKB ditambah dg sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan (maksimal 24 bulan) dihitung mulai saat terutangnya Pajak sampai dg diterbitkan nya SKBKB. Contoh : A memperoleh tanah dan bangunan pd tgl.28 Febr. 2005 dengan Nilai Perolehan Obyek Pajak Rp.240.000.000,--, Nilai Perolehan Obyek Pajak Tidak Kena Pajak Rp.60.000.000,--. Pada tanggal 30 Desember 2005 ditemukan data bahwa NPOP Rp.310.000.000,-- Berapa BPHTB yang harus dibayar ? Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT) : 1. Pengertian : SKBKBT adalah Surat Ketetapan yg menentukan tambahan atas jumlah Pajak yg telah ditetapkan. 2. Penerbitan SKBKBT : SKBKBT diterbitkan apabila ditemukan data baru dan atau data yg semula belum terungkap yg menyebabkan penambahan jumlah Pajak yg Terutang setelah diterbit kan nya SKBKB. SKBKBT dapat diterbitkan oleh Ditjen Pajak dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya Pajak. 3. Sanksi SKBKBT : Jumlah kekurangan Pajak yg terutang dalam SKBKBT ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaik an sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan Pajak tsb. Contoh : (berdasarkan pada contoh sebelumnya). Pada tahun 2006, dari hasil pemeriksaan diperoleh data baru bahwa NPOP ternyata Rp. 360.000.000,-- Berapa SKBKBT yg harus dibayar ? Surat Tagihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar Tambahan (STB) : 1. Pengertian : STB adalah Surat untuk melakukan tagihan Pajak dan atau Sanksi Administrasi berupa bunga dan atau denda. 2. Penerbitan STB : STB diterbitkan apabila : a. Pajak yg terutang tidak atau kurang dibayar b. Dari hasil pemeriksaan Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (SSB) terdapat kekurangan pembayaran Pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung. c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. 3. Sanksi STB : Jumlah Pajak yg terutang yg tidak atau kurang dibayar dalam STB (sesuai 2a & 2 b) ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) se bulan untuk jangka waktu selama 24 bulan, sejak saat terutangnya Pajak. 4. Kekuatan Hukum STB : STB mempunyai kekuatan Hukum yg sama dg Surat Ketetapan Pajak sehingga penagihannya dpt dilanjutkan dengan Surat Paksa. ----------------