Anda di halaman 1dari 59

CEDERA KEPALA

Oleh : Nur Fitriani Hamra


Muhammad Fahryzal
Pembimbing : dr. Agung S. Hidayat
Latar Belakang
• Cedera kepala merupakan salah satu penyebab
kematian dan kecacatan utama pada kelompok
usia produktif, dan sebagian besar karena
kecelakaan lalu lintas.
• Di Indonesia kajadian cedera kepala setiap
tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus.

10%
10% cedera
meninggal 80% cedera
kepala
sebelum di kepala ringan
sedang berat
RS
Definisi
• Cedera kepala adalah trauma mekanik
pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang
kemudian dapat berakibat pada gangguan
fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif,
psikososial, yang dapat bersifat
temporer ataupun permanent.
Anatomi
LAPISAN PELINDUNG OTAK
• DARI SUPERFICIAL KE PROFUNDA
1. KUTIS
2. SUB CUTIS
3. GALLEA APONEUROTICA
4. JARINGAN IKAT LONGGAR
5. CRANIUM
- LAMINA EXTERNA
- DIPLOE
- LAMINA INTERNA
1. DURAMATER
2. ARACHNOIDEAMATER
3. PIAMATER
FISIOLOGI
•Tekanan intracranial
Normal : 10 mmHg
> 20 mmHg : abnormal
> 40 mmHg : peningkatan hebat
tekanan meningkat  fungsi otak turun
 prognosis jelek
Doktrin Monro Kellie
V darah + V otak + V LCS = Konstan
FISIOLOGI
Tekanan perfusi otak
CPP = MAP – ICP
Normal 90-10 = 80 mmhg
Respons Cushing 100-20 = 80 mmhg
Hipotensi 50-20 = 30 mmhg
CPP < 70 mmHg → Hasil jelek
Mempertahankan perfusi cerebral merupakan
prioritas utama pada cedera kepala
Autoregulasi
•Aliran darah otak (CBF) dipertahankan dengan
MAP 50-160 mmHg
•Cedera Kepala sedang atau berat mengganggu
autoregulasi
•Otak rentan terhadap hipotensi
•Aliran darah otak (Cerebral Blood Flow)
•Normal = 50 ml/100 g/menit
•< 25 ml/100 g/menit  Aktifitas EEG turun
•< 5 ml/100 g/menit  kematian sel
Fissura longitudinalis
cerebri
Lobus frontalis

Lobus
parietalis

Lobus
temporalis

Lobus
occipitalis
Lobus limbic
Sulcus
centralis
Patofisiologi Cedera Kepala

Cedera Cedera
Primer Sekunder

benturan langsung benda keras atau proses patologis yang timbul sebagai
proses akselarasi deselarasi gerakan tahap lanjutan dari kerusakan otak
kepala primer

berupa perdarahan, edema otak,


kerusakan neuron berkelanjutan,
Lesi coup dan lesi contrecoup iskemia, peningkatan tekanan
intrakranial dan perubahan neurokimiawi
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA

Mekanisme Cedera

Beratnya Cedera

Morfologi Cedera

Lesi Intrakrania
Mekanisme Cedera

Tumpul Tembus
• kecelakaan •peluru atau
mobil atau tusukan
motor, jatuh
atau terkena
pukulan benda
tumpul
Beratnya Cidera
• Ringan : GCS 13-15
• Sedang : GCS 9-12
• Berat : GCS ≤ 8
III. MORFOLOGI
1. Cedera jaringan lunak (scalp) :Vulnus
2. Fraktur tulang :
a. Calvarium: fraktur linier/stelata
fraktur depressed
fraktur terbuka/tertutup
fraktur diastasis
b. Basis : tanpa/dengan kebocoran
LCS
tanpa/dengan paresis N.VII
3. Lesi Intrakranial :
a. fokal : epidural
subdural
intraserebral
b. Difus : Mild concussion
Classic concussion
Diffuse aksonal injury
FRAKTUR TULANG KRANIUM
I. Fraktur Calvarium
tipe :Liniar, stelata, depressed, diatasis
lokasi : Frontal, temporal, parietal,
oksipital, kanan/kiri
terbuka/tertutup
Fraktur Stelata
FRAKTUR TULANG KRANIUM
II. Fraktur Basis Kranii
1. Fossa anterior : brill hematom,
rhinorrhoea
2. Fossa Media : otorrhoea
3. Fossa Posterior : battle’s sign
Curiga bila : Hemotympanum,
periorbital ecchymosis, retroaurukuler
ecchymosis, paresis N.VII, ganggua
pendengaran, pneumocephalus
Lesi Intrakranial

Lesi Fokal Lesi Difus


• Perdarahan • Komosio
Epidural • Kontusio
• Perdarahan Multipel
subdural • Hipoksik/iskemia
• Perdarahan
Intraserebral
Epidural Hematom
• Perdarahan yang terbentuk di ruang
potensial antara tabula interna dan
duramater
• Berbentuk bikonveks atau cembung
• Terletak di temporal atau temporoparietal
dan biasanya di sebabkan oleh a.
Meningea media
EPIDURAL HEMATOM
•Berhubungan dengan fraktur tengkorak
•Classic : terputusnya arteria meningia
media
•Gambaran CT : bikonfek/lenticular
•Lucid interval / talk and die
•Dapat fatal
•Evakuasi cepat prognosis baik
Subdural Hematom
• Perdarahan di antara duramater dan
arakhnoid ditemukan sekitar 30%
penderita dengan cedera kepala berat
• Akibat robeknya vena bridging antara
korteks serebral dan sinus draining.
Subdural Hematom
•Robekan vena / laserasi otak
•Menutupi seluruh permukaan otak
•Morbiditas / mortalitas karena trauma otak
yang mendasari
•Operasi evakuasi yang cepat (< 5 jam)
terutama bila midline shift > 5mm / tebal
hematom > 3 mm
Kontusio dan Perdarahan Intraserebral

• Sebagian besar terjadi di lobus frontal dan


temporal
• Hematoma intraserebri adalah perdarahan
yang terjadi dalam jaringan (parenkim)
otak
Kontusio dan Perdarahan Intraserebral

•Cedera coup/contrecoup
•Lokasi : sering lobus frontal / temporal
•CT : salt and pepper
•Kadang terjadi perubahan CT:delayed ICH
•Operasi bila volume > 25 cc
•Sebagian besar tidak perlu operasi
Cedera difus
• Kelanjutan kerusakan otak akibat cedera
akselerasi dan deselerasi, dan ini
merupakan bentuk yang sering terjadi
pada cedera kepala. Komosio cerebri
ringan adalah keadaan cedera dimana
kesadaran tetap tidak terganggu namun
terjadi disfungsi neurologis yang bersifat
sementara dalam berbagai derajat
• Contusio cerebri klasik adalah cedera
yang mengakibatkan menurunnya atau
hilanggnya kesadaran. Keadaan ini selalu
disertai dengan amnesia pasca trauma
dan lamanya amnesia ini merupakan
ukuran beratnya cidera.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto polos kepala
• Indikasi foto polos kepala Tidak semua penderita dengan
cidera kepala diindikasikan untuk pemeriksaan kepala karena
masalah biaya dan kegunaan yang sekarang makin
ditinggalkan. Jadi indikasi meliputi jejas lebih dari 5 cm,Luka
tembus (tembak/tajam), Adanya corpus alineum, Deformitas
kepala (dari inspeksi dan palpasi), Nyeri kepala yang
menetap, Gejala fokal neurologis,Gangguan kesadaran.
Sebagai indikasi foto polos kepala meliputi jangan
mendiagnosa foto kepala normal jika foto tersebut tidak
memenuhi syarat, Pada kecurigaan adanya fraktur depresi
maka dilakukan foto polos posisi AP/lateraldan oblique. 
CT-Scan (dengan atau tanpa kontras)
• Indikasi CT Scan adalah :
• Nyeri kepala menetap atau muntah ± muntah yang tidak menghilang
setelah pemberian obat±obatan analgesia/anti muntah.
• Adanya kejang ± kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna terdapat lesi
intrakranial dibandingkan dengan kejang general.
• Penurunan GCS lebih 1 point dimana faktor ± faktor ekstracranial telah
disingkirkan (karena penurunan GCS dapat terjadi karena misal terjadi shock,
febris, dll).
• Adanya lateralisasi.
• Adanya fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai, misal
fraktur depresi temporal kanan tapi terdapat hemiparese/plegi kanan.
• Luka tembus akibat benda tajam dan peluru.
• Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang membaik dari GCS.
• Bradikardia (Denyut nadi kurang 60 X / menit).mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan :
Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilakukan pada 24 - 72 jam
setelah injuri.
Penatalaksanaan
1. Survey Primer
A = Airway (jalan nafas)
B = Breathing (pernafasan)
C = Circulation (sirkulasi)
D = Disability
E = Exposure
PENGELOLAAN CKR
•Definisi : pasien sadar (GCS 14-15)
•Anamnesis
1. Nama, umur, seks, pekerjaan
2. Mekanisme cedera
3. Waktu cedera
4. Gangguan kesadaran segera pasca trauma
5. Tingkat kesadaran
6. Amnesia : Retrograde/antegrade
7. Nyeri kepala : ringan-sedang-berat
8. Kejang
Pemeriksaan :
Status generalisata
Status neurologi
Foto leher / lainnya atas indikasi
CT Scan bila perlu
Penderita dirawat untuk observasi bila CT Scan
abnormal

Riwayat kehilangan kesadaran


Kesadaran menurun
Nyeri kepala hebat
Mabuk
Fraktur tengkorak
Rhinorrhea / otorrhea
Cedera hebat tempat lainAmnesia
Gangguan neurologis
Tidak ada teman dirumah
Tempat tinggal jauh
Penderita dipulangkan bila tak memenuhi
kriteria diatas
Pulang dengan pesan kembali bila timbul
kriteria diatas
PENGELOLAAN CKS

•Definisi : penderita somnolen tetapi masih


dapat mengikuti perintah sederhana (GCS
9-13)
•Sesuai dengan CKR
•Periksa lab
•CT Scan
•Rawat
PENGELOLAAN CKB
•Definisi : penderita tidak dapat mengiluti
perintah (GCS 3-8)
•Pengelolaan :
Stabilisasi ABC
Pemeriksaan neurologis : GCS, reflek
cahaya
Medikamentosa : manitol, hiperventilasi,
antikonvulsan
CT Scan
Unit Gawat Darurat

A : Airway :jalan nafas harus baik


k/p intubasi/krikotiroidotomi
B : Pernafasan dg ventilasi dan O2 cukup
C : Hindari / atasi kead. Shock
Cairan cukup
Rawat perdarahan
Penting

Observasi
Stabilitasi sirkulasi darah
OKSIGENISASI
Nutrisi
Mencegah/mengenali komplikasi
KELAINAN PENYERTA
D AN

KEHILANGAN DARAH

•Cedera sistemik pada CKB


Fraktur tulang panjang dan pelvis 32%
Fraktur maxilla / mandibula 22%
Cedera thorax 23%
Cedera abdomen 7%
Cedera Spinal 2%
•Kehilangan darah
Terbuka : laserasi scalp
Cedera maxillofacial
fraktur terbuka
cedera jaringan lunak lain
Tertutup : Intraperitoneal/retroperitoneal
- Hemothorax
- Hematom pelvis
- Perdarahan ekstrimitas karena fraktur
- Perdarahan subgaleal / extradural pada
bayi
- Ruptur Aorta
PENGELOLAAN MEDIKAMENTOSA

1. Cairan intravena : euvolemia & isotonik


2. Hyperventilasi (PaCO2 = 25-35 mmHg)
3. Diuretika :
Manitol 20% 0,5-1 g/Kg IV Bolus bila ada
tanda heniasi transtentorial
Furosemide 0,3-0,5 mg/Kg
4. Antikonvulsan
5. Sedasi
Tips Perawatan
•1. Tilting bed
•2. Kepala lebih tinggi dr jantung
leher ekstensi
•3. Oksigenisasi k/p intubasi
trakeostomi / crico
masker O2
•4. Tak sadar  Mayo/ oroph tube/Guedel
•5. Tanda shock -- cepat atasi  Konsul
 6. Kadang perlu induce koma / penenang
 7. Gaduh gelisah --- ikat
 8. Amati pupil------- bila anisokor
lapor dokter segera
 9. Bila otoragi ------ jangan disumbat
Indikasi Tindakan Operatif
• Volume masa hematom mencapai lebih dari 40 ml di daerah
supratentorial atau lebih dari 20 cc di daerah infratentorial
• Kondisi pasien yang semula sadar semakin memburuk secara
klinis
• Tanda fokal neurologis semakin berat
• Terjadi gejala sakit kepala, mual, dan muntah yang semakin
hebat
• Pendorongan garis tengah sampai lebih dari 3 mm
• Terjadi kenaikan tekanan intrakranial lebih dari 25 mmHg.
• Terjadi penambahan ukuran hematom pada pemeriksaan
ulang CT scan
• Terjadi gejala akan terjadi herniasi otak
• Terjadi kompresi / obliterasi sisterna basalis
PROGNOSIS
• Apabila penanganan pasien yang
mengalami cedera kepala sudah
mendapat terapi yang agresif, terutama
pada anak-anak biasanya memiliki daya
pemulihan yang baik. Penderita yang
berusia lanjut biasanya mempunyai
kemungkinan yang lebih rendah untuk
pemulihan dari cedera kepala
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai