Anda di halaman 1dari 16

BEA METERAI

Disajikan Oleh

DR.ARIFUDDIN, SE., M.Si, Ak, CA

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
Latar Belakang

 Undang-undang Bea Meterai (BM), yaitu ULJ


Nomor 13 Tahun 1985, sebenarnya merupakan
kelanjutan dari Aturan Bea Meterai tahun 1921.
 BM dikenakan terhadap dokumen-dokumen
tertentu yang dipakai oleh masyarakat dalam lalu-
lintas hukum. BM termasuk ke dalam jenis pajak
objektif.
Istilah-Istilah

 Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti


dan maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang
dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan;
 Benda meterai adalah meterai tempel dan kertas meterai yang
dikeluarkan Oleh Pemerintah Republik Indonesia;
 Tandatangan adalah tandatangan sebagaimana lazimnya dipergunakan
termasuk pula parap, teraan atau cap tanda tangan atau cap parap,
teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan.
 Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang
dilakukan oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang
Bea Meterai-nya belum dilunasi sebagaimana mestinya;
 Pejabat Pos adalah Pejabat Perusahaan Umum Pos dan Giro yang
diserahi tugas melayani permintaan pemeteraian kemudian.
Subjek Bea Meterai

BM terutang oleh pihak-pihak yang:

 Menerima atau memegang dokumen;


 Mendapat manfaat dari dokumen.

Kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan


menentukan lain.
Saat Terutang dan Daluwarsa BM

Saat Terutang
 Saat terutang BM ditentukan dalam hal;
 dokumen yang dibuat oleh satu pihak, adalah pada saat dokumen itu
diserahkan;
 dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak, adalah pada saat dokumen
itu dibuat;
 dokumen yang dibuat di luar negeri adalah pada saat digunakan di Indonesia.

Daluwarsa BM
 Kewajiban pemenuhan BM dan denda administrasi yang terhitung menurut UU
BM daluwarsa setelah lampau waktu 5 (lima) tahun, terhitung sejak tanggal
dokumen dibuat.
Objek dan Tarif BM

Objek BM Tarif
Surat Perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan Rp.6000
sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang berifat
perdata.
Akta-akta Notaris termasuk salinannya Rp.6000
Akta-akta yang dibuat PPAT termasuk rangkap-rangkapnya Rp.6000
Surat-surat yang memuat jumlah uang: Berdasarkan batasan nominal:
a. yang menyebutkan penerimaan uang a. s.d. Rp250.000 tidak dikenakan
b. yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di bank BM
c. yang berisikan pemberitahuan saldo rekening di bank b. > Rp250.000 s.d. RP 1.000.000
d. yang berisikan pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagaiannya telah dikenakan BM RP 3.000
dilunasi atau dihitungkan c. > Rp1.000.000 dikenakan BM
6.000
Cek dan Bilyet giro Rp3000 tanpa batasan nilai nominal
Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep Berdasarkan batasan nominalnya
Efek dan sekumpulan dengan nama dan dalam bentuk apapun Berdasarkan batasan nominalnya:
a. s.d. Rp1.000.000 dikenakan BM
Rp 3.000
b. > Rp1.000.000 dikenakan BM RP
6.000
Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan: Rp6.000
a. surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan
b. surat-surat yang semula tidak dikenakan BM berdasarkan tujuannya, jika digunakan
untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, selain dari maksud semula.
Dokumen yang Tidak Dikenakan BM

1. Dokumen yang berupa:


 Surat penyimpanan barang ; konosemen; surat angkutan penumpang dan barang; keterangan
pemindahan yang dituliskan di atas dokumen surat penyimpanan barang, konosemen dan surat
angkutan penumpang dan barang; bukti untuk pengiriman dan barang; surat pengiriman barang
untuk dijual atas tanggungan pengirim; surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat
di atas.
2. Segala bentuk ijazah
3. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayaran lainnya yang ada kaitannya
dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu;
4. Tanda bukti penerimaan uang Negara dari Kas Negara, Kas Pemerintah Daerah, dan bank;
5. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu dari
Kas Negara, Kas Pemerintah Daerah, dan bank;
6. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi;
7. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh bank,
koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut;
8. Surat gadai yang diberikan oleh Perusahaan Jawatan Pegadaian;
Sanksi Administrasi

Ketentuan mengenai pengenaan sanksi administrasi berupa


denda, diatur sebagai berikut:
 Dokumen yang BM-nya tidak atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya dikenakan denda sebesar 200% (dua
ratus persen) dari BM yang tidak atau kurang dibayar.
 Dalam hal pemeteraian atas dokumen yang dibuat di luar
negeri yang akan digunakan di Indonesia baru dilakukan
setelah dokumen digunakan, pemegang dokumen wajib
membayar denda sebesar 200% (dua ratus persen) dari BM
yang terutang.
BM atas Dokumen yang Dibuat Di Luar Negeri

 Dokumen yang dibuat di luar negeri tidak


dikenakan BM sepanjang tidak digunakan di
Indonesia.
 Jiladokumen tersebut hendak digunakan di
Indonesia harus dibubuhi meterai terlebih dahulu
yang besarnya sesuai dengan tarif yang sudah
ditentukan
Tata Cara Pelunasan Bea Meterai

Tata cara pelunasan BM secara umum dapat dibedakan


menjadi tiga macam, yaitu:

1. dengan menggunakan benda meterai;


2. dengan menggunakan cara lain;
3. dengan pemeteraian kemudian.
1. Dengan menggunakan benda meterai

Macam dan Pengurusan Benda Meterai


 Sesuai dengan pengertiannya, Benda Meterai dari
Meterai Tempel dan Kertas Meterai. Mengikuti
ketentuan tarif pengenaan BM, Meterai Tempel
yang berlaku saat ini mempunyai dua jenis tarif
yaitu Rp3.000,- (tiga ribu rupiah) dan Rp6.000,-
(enam ribu rupiah). Sedangkan Kertas Meterai
atau Kertas Segel hanya mengenal satu macam
tarif yaitu Rp6.000,- (enam ribu rupiah).
2. Dengan menggunakan cara lain

Berdasarkan KMK Nomor 133b/KMK.04/2000


pelunasan BM dengan cara lain dilakukan dengan
membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas pada
dokumen dengan menggunakan:
 Mesin Teraan Meterai;
 Teknologi Percetakan;
 Sistem Komputerisasi; dan
 Alat lain dengan teknlogi tertentu
3. Dengan Pemeteraian Kemudian
Berdasarkan PMK Nomor 476/KMK.03/2002 jo. KEP - 02/PJ/2003
pemeteraian kemudian dilakukan atas:
 Dokumen yang semula tidak terutang BM, namun akan
digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan.
Besarnya BM yang harus dilunasi adalah sebesar BM yang
terutang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada saat
pemeteraian kemudian dilakukan.
 Dokumen yang BM-nya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana
mestinya. Besarnya BM yang harus dilunasi adalah sebesar BM
yang terutang ditambah dengan denda sebesar 200% dari BM
yang tidak atau kurang dilunasi.
 Dokumen yang dibuat di luar negeri dan akan digunakan di
Indonesia.
Ketentuan Khusus

Dalam Pasal 11 UU BM diatur ketentuan khusus mengenai sejumlah larangan


bagi Pejabat Pemerintah, hakim, panitera, jurusita, notaris, dan pejabat
umum lainnya, masing-masing dalam tugas atau jabatannya. Mereka tidak
dibenarkan untuk:
 menerima mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang Bea
Meterainya tidak atau kurang dibayar;
 melekatkan dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dibayar
sesuai dengan tarif pada dokumen lain yang berkaitan;
 membuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dari dokumen yang
Bea Meterainya tidak atau kurang dibayar;
 memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang Bea Meteraínya
tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarif Bea Meterainya.
Ketentuan Pidana

Ancaman sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 13 UU BM dikembalikan kepada


ketentuan pidana sesuai dengan ketentuan di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) berikut ini.
 Barang siapa meniru atau memalsukan meterai tempel, kertas meterai atau meniru dan
memalsukan tanda tangan yang perlu untuk mensahkan meterai.
 Barang siapa dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau
memasukkan ke Negara Indonesia meterai palsu, yang dipalsukan atau dibuat dengan
melawan hak.
 Barang siapa dengan sengaja menggunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan,
menyediakan untuk dijual atau dimasukkan ke negara Indonesia meterai yang mereknya,
capnya, tanda tangannya, tanda sahnya, atau tanda waktunya mempergunakan, telah
dihilangkan seolah-olah meterai itu belum dipakai dan atau menyuruh orang lain
menggunakan dengan melawan hak.
 Barang siapa menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkalas yang diketahuinya
dipergunakan untuk melakukan salah satu kejahatan untuk meniru dan memalsukan
benda meterai.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai