Anda di halaman 1dari 19

PENGISIAN

APLIKASI LAPORAN
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
PUSKESMAS
BAGIAN PERTAMA

Sosialisasi Aplikasi Laporan IKP Puskesmas Regional 1


Jakarta, 20-21 September 2021
FORM LAPORAN IKP PUSKESMAS

Bagian Pertama Bagian Kedua

1. Data Pasien Hasil Investigasi dan


2. Rincian Kejadian Analisis

Riwayat Insiden
SIMPAN
Keselamatan Pasien
STUDI KASUS

1
Pada tanggal 1 Agustus 2017 pukul 11.00, seorang ibu
hamil bernama Ny. M, usia 25 tahun mendatangi loket pendaftaran
untuk memeriksakan kehamilan pertamanya di Poliklinik KIA
Puskesmas A. Suami Ny. M, yaitu Tn. A yang adalah seorang karyawan
swasta, turut mendampingi istrinya. Ny. M tidak memiliki kartu BPJS,
biaya pemeriksaan kehamilannya dibayar oleh perusahaan tempat
suaminya bekerja.

Setelah dilakukan pemeriksaan, bidan memberikan penyuluhan dan


resep kepada pasien. Selanjutnya, pasien mengambil obat di ruang
farmasi pada pukul 11.25. Petugas farmasi memberikan obat sesuai
resep, namun Vitamin B12 yang diberikan sudah kedaluwarsa.
Pada tanggal 12 Agustus 2017 pukul 10.55, pasien
menghubungi bidan dan memberikan informasi bahwa
obat yang diberikan sudah kedaluwarsa. Pasien sudah sempat minum 2
tablet Vitamin B12 yang sudah kedaluwarsa. Setelah mendapat
informasi tersebut, bidan segera menghubungi petugas farmasi untuk
koordinasi penarikan obat. Kejadian pemberian obat kedaluwarsa
seperti ini sudah pernah terjadi 2 kali selama tahun 2017, namun
belum ada tindakan untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama.

Petugas farmasi mendatangi rumah pasien untuk mengganti obat


Vitamin B12 yang kedaluwarsa dengan obat yang baru. Kemudian
petugas farmasi melakukan konseling edukasi kepada pasien tentang
efektivitas vitamin tersebut dan meminta maaf kepada pasien dan
keluarga.
Untuk mengurangi kekuatiran pasien dan keluarga, Kepala Puskesmas membawa
pasien ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan oleh seorang dokter ahli
kebidanan dan kandungan, dr. M, Sp.OG pada tanggal 13 Agustus 2017 pukul
11.00. Hasil pemeriksaan dr. M, SpOG menunjukkan bahwa kandungan Ny. M
dalam keadaan sehat.
PENGISIAN
FORM
LAPORAN IKP

PADA
APLIKASI
abcd

LAPORAN IKP
Form Laporan IKP Bagian Pertama
DAMPAK
TINGKAT DESKRIPSI DAMPAK
DAMPAK
1 Minimal Tidak ada cedera

2 Minor • Cedera ringan, misalnya luka lecet


• Dapat diatasi dengan P3K

3 Moderate • Cedera sedang, misalnya : luka robek


• Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau
intelektual (reversibel). Tidak berhubungan dengan penyakit
• Setiap kasus yg memperpanjang perawatan

4 Major • Cedera luas/berat, misalnya : cacat, lumpuh


• Kehilangan fungsi motorik/sensorik/psikologis atau
intelektual (irreversibel), tidak berhubungan dengan penyakit

5 Extreme Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit


PROBABILITAS

TINGKAT DESKRIPSI DAMPAK


PROBABILITAS
1 Rare Sangat jarang terjadi (1 kali dalam > 5 tahun)

2 Unlikely Jarang terjadi (1 kali dalam >2 - < 5 tahun)

3 Possible Mungkin terjadi (1 kali dalam < 2 tahun)

4 Probable Sering terjadi (beberapa kali dalam 1 tahun)

5 Frequent Sangat sering terjadi (tiap minggu / bulan)


MATRIKS GRADING RISIKO
DAMPAK Minimal Minor Moderate Major Extreme
1 2 3 4 5

PROBABILITAS
Sangat sering terjadi Sedang Sedang Tinggi Sangat Sangat
5 Tinggi Tinggi

Sering terjadi Sedang Sedang Tinggi Sangat Sangat


4 Tinggi Tinggi

Mungkin terjadi Rendah Sedang Tinggi Sangat Sangat


3 Tinggi Tinggi

Jarang terjadi Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat


2 Tinggi

Sangat jarang terjadi Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat


1 Tinggi
KOMPREHENSIF

RCA
SEDERHANA
STUDI KASUS

2
Pada tanggal 19 September 2018 pukul 07.30, An. B yang
berusia 5 tahun diantar orang tuanya untuk daftar ulang di loket
pendaftaran Puskesmas S untuk menjalani sirkumsisi. Pasien
mengalami fimosis ringan sejak bayi. Pasien adalah peserta BPJS.
Menurut rencana awal, dr. C yang akan melakukan sirkumsisi pada An.
B. Namun, mendadak dr. C harus menghadiri rapat di Dinas Kesehatan
yang berlangsung hingga sore hari. Dr. C mendelegasikan kepada dr. A
yang baru bertugas 1 bulan di Puskesmas S untuk melakukan sirkumsisi
terhadap An. B.

Setelah melakukan prosedur asepsis dan antisepsis, lalu dipasang doek


steril dan dilakukan prosedur anestesi lokal dengan lidocain 2% pada
pangkal penis dan anestesi infiltrasi pada sekeliling pangkal penis.
Dr. A mulai melakukan diseksi dengan menggunakan klem
bengkok untuk memisahkan preputium dari glans penis lalu
membebaskan preputium. Pada pukul 08.43, dr. A mulai tindakan
dengan memasang klem di atas ujung glans penis lalu menggunting
preputium dengan teknik guillotine, namun sesudah klem dibuka dan
hendak menjahitkan mukosa dengan kulit, didapatkan perdarahan yang
cukup banyak. Dr. A dan perawat W berusaha menghentikan perdarahan
dengan melakukan tekanan dan saat mencoba mencari sumber
perdarahan, didapatkan ternyata bukan hanya preputium saja yang
terpotong, namun juga glans penis.

Dr. A menghubungi RS R untuk merujuk pasien ke dokter ahli bedah di RS


tersebut. Kejadian semacam ini, baru sekali ini terjadi di Puskesmas S.
Pasien tiba di RS R pada pukul 10.00 dan
segera diperiksa oleh dokter ahli bedah,
dilakukan evaluasi penis, didapatkan glans
penis yang terpotong. Diputuskan untuk
dilakukan rekonstruksi di kamar operasi.
Amputee dipreservasi sesuai aturan.
Dokter ahli bedah melakukan eksplorasi
puntung penis dan diputuskan bahwa tidak
dapat dilakukan reanimasi terhadap
amputee, sehingga yang dilakukan adalah
rekonstruksi puntung penis. Pada pukul 15.00
operasi selesai dilakukan. Orang tua pasien
meminta pertanggungjawaban dr. A yang
telah menyebabkan terpotongnya glans penis
anaknya.
TERIMA KASIH

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 4- Jakarta Selatan

www.yankes.kemkes.go.id www.facebook.com/ditjen.yankes @ditjenyankes @ditjenyankes

Anda mungkin juga menyukai