Anda di halaman 1dari 97

Overview

Sistem Saraf Otonom


Affan Rayhan Ismail (G0018005)
Apa itu Sistem Saraf Otonom?
Sistem Saraf Otonom adalah bagian dari sistem saraf eferen (yang
menimbulkan efek) yang aktivitasnya otonom/tidak disadari.

Secara garis besar sistem saraf dibagi menjadi 2:


Sistem Saraf Pusat (otak dan medulla spinalis) dan Sistem Saraf
Tepi (nervus yang menjalar dari SSP)

Input sensasi akan dibawa oleh neuron aferen, diproses di SSP,


kemudian output dibawa oleh neuron eferen, berupa:

• Sistem Saraf Otonom (aktivitasnya tidak berada di bawah


kontrol kesadaran langsung / involunter 🡪 simpatis dan
parasimpatis)

• Sistem Saraf Somatik (berkaitan dengan fungsi yang dikontrol


kesadaran 🡪 gerakan otot yang disadari)
Klasifikasi Sistem Saraf Otonom
Perbedaan Sistem Saraf
Simpatis dan Parasimpatis
berdasarkan penyusunnya

PARASIMPATIS Pre: Kolinergik | Post: Kolinergik


jal
SIMPATIS Pre: Kolinergik | Post: Adrenergik

SOMATIK Kolinergik
Kontraksi
otot skelet

Aktivitas
parasimpatis

Aktivitas
simpatis
Transmisi Neurotransmitter

Sintesis Pelepasan Eliminasi

Penyimpanan Ikatan dengan


(Vesikel sinaps) Reseptor
Transmisi
Kolinergik
Pembentukan Asetilkolin (ACh)
Kontraksi
otot skelet

Aktivitas
parasimpatis

Aktivitas
simpatis
Botulism
Keracunan yang ditimbulkan akibat makanan
yang mengandung neurotoksin yang
diproduksi oleh Clostridium botulinum 

Racun tersebut akan memotong protein


SNARE sehingga Ach tidak bisa dikeluarkan
dari vesikelpenumpukan Ach  Ach yang
dikeluarkan sedikit
• Ventilatory (respiratory) problems
• Eye muscle paresis/paralysis (extraocular, eyelid)
• Dry mucous membranes in mouth/throat
• Dilated, fixed pupils
• Ataxia
• Hipotensi
• Nystagmus
• Decreased to absent deep tendon reflexes

GEJALA:
• Diplopia – double vision
• Dysarthria – difficulty in speech articulation
• Dysphonia – difficulty in voice production
• Dysphagia – difficulty in swallowing
Transmisi
Adrenergik
Pembentukan Katekolamin (pada
gambar: NE)
Sintesis
Katekolamin
Sebagian besar produk akhir dari neuron pasca
ganglion simpatis, adalah NorEpinefrin (NE).

Di medula adrenal dan bagian tertentu otak,


NE diubah menjadi Epinefrin.

Di neuron Dopaminergik,
sintesis berakhir di Dopamin.
Cara Kerja Sistem Saraf Otonom
Cara kerja sistem saraf otonom secara garis besar: Setelah neurotransmitter dilepaskan,
neurotransmitter akan berlekatan dengan reseptornya kemudian menghasilkan suatu efek.
• ACh ke reseptor Kolinergik: muskarinik, nikotinik
• NE dan E ke reseptor Adrenergik: alfa, beta
• Dopamin ke reseptor Dopaminergik
Reseptor untuk ACh (ada 2 jenis: muskarinik atau nikotinik)
Reseptor Muskarinik Lokasi

M1 Neuron SSP

M2 Otot jantung (miokardium)


Otot polos
Neuron SSP

M3 Kelenjar eksokrin
Pembuluh darah (otot polos dan sel endotel-nya)
Neuron SSP

M4 Neuron SSP

M5 Neuron SSP

Reseptor Nikotinik Lokasi


Nn (n = refers to neuron) di Neuron Post Ganglionik  untuk transmisi ACh

Nm (m = refers to muscle) di NMJ (Neuro Muscular Junction)  di otot lurik, untuk


gerakan sadar
Reseptor untuk NorEpinefrin & Epinefrin, serta Dopamin
Reseptor Lokasi Efek

alfa1 Otot Polos (contohnya: pembuluh darah) Vasokontriksi

alfa2 Otot Polos (contohnya: pembuluh darah) Vasokontriksi


beta1 Otot jantung Meningkatkan kontraktilitas otot jantung
Sel juxtaglomerulus ginjal Release enzim renin
Sel epitel badan siliaris Produksi aquous humor

beta2 Otot polos bronkus Bronkodilatasi

beta3 Liposit Lipolisis


Reseptor Lokasi
D1 Otot polos pembuluh darah ginjal, Otak

D2 Otak

D3 Otak

D4 Otak
= m. dilator pupil

= m. constrictor pupil
Efek Simpatis
dan Parasimpatis
Eazy way to remember 👻
Simpatis = fight or flight (lawan atau kabur) 🡪 anggap seperti dikejar hantu di malam hari.
• Deg-deg an = heart rate meningkat (kekuatan dan kecepatan kontraksi meningkat, terjadi
vasokontriksi, tekanan darah naik)
• Napas terengah-engah = bronkodilatasi agar udara banyak yang masuk
• Mata dibuat agar bisa lebih melihat dalam gelap = pupil midriasis (kontraksi m. dilator pupil)
• Gak kepikiran buat mencerna makanan = relaksasi usus, motilitas/peristaltik usus menurun, sekresi
sekret dan enzim menurun/menjadi kental
• Gak kepikiran buat pipis = relaksasi m. detrusor, kontraksi m. sphincter di VU
• Butuh energi banyak = peningkatan glukogenolisis dan lipolisis
• Berkeringat = peningkatan aktivitas kelenjar keringat
• Ejakulasi = HR meningkat saat berada pada awal orgasme, dimana ejakulasi adalah salah satu
tanda orgasme dari laki-laki
Eazy way to remember ️️
Parasimpatis = rest and digest (istirahat dan mencerna) 🡪 anggap seperti sedang santuy di
pantuy.
• Heart rate menurun, vasodilatasi, tekanan darah menurun
• Bronkokontriksi
• Miosis pupil (kontraksi m. constrictor pupil dan m. siliaris)
• Kontraksi usus, motilitas/peristaltik usus meningkat, sekresi sekret dan enzim meningkat/menjadi
encer
• Kontraksi m. detrusor, relaksasi m. sphincter di VU
• Penghambatan glukogenolisis dan lipolysis
• Penurunan aktivitas kelenjar keringat
• Ereksi
Efek Simpatis
Sumber

Katzung BG. (2010). Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 12. San Francisco:
McGraw-Hill.
Brunton LL. (2018). Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis of
Theraupetics 13th Ed. New York: The Mc Graw Hill.
Silverthorn DU. (2010). Human physiology: an Integrated Approach 5th ed. San
Francisco: Pearson/Benjamin Cummings
Lampiran
Obat SSO
Milania Dwi Arwinda
G0018126
Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom (SSO) terdiri atas Saraf Simpatis dan Parasimpatis. Secara
umum, kedua susunan saraf ini cenderung bekerja pada organ yang sama namun
menghasilkan efek yang berlawanan. Kedua system ini dibedakan berdasarkan
neurotransmitter yang dikeluarkan pada ujung saraf postganglion.

● Saraf Simpatis (Adrenergik) : Norepinefrin (NE)


● Saraf Parasimpatis (Kolinergik) : Asetilkolin (ACh)
Obat SSO

MIMETIK LITIK
Mimesis : Menyerupai Lisis : pemecahan / penghancuran
Obat SSO
● Parasimpatomimetik : menyerupai efek asetilkolin, agonis kolinergik
● Parasimpatolitik :  menghambat efek asetilkolin, antagonis kolinergik/ antikolinergik
● Simpatomimetik : menyerupai efek NE, agonis adrenergic
● Simpatolitik : menghambat efek NE, antagonis adrenergik/ antiadrenergik

Sehingga dapat disimpulkan, dari segi efek obat


Parasimpatomimetik ≈ Simpatolitik
Parasimpatolitik ≈ Simpatomimetik
Obat Saraf Otonom

Parasimpato
Parasimpatolitik Simpatomimetik Simpatolitik
mimetik

Alkaloid Antikolin Antagonis Tidak Adenoreseptor Adrenergik


Esterkolin Langsung blocker
tumbuhan esterase muskarinik Langsung inhibitor

Asetilkolin Pilokarpin Fisostigmin Atropin Epinefrin Amfetamin α blocker

Metamfetami
Metakolin Arekolin Prostigmin Skopolamin Norepinefrin β blocker
n

Karbakol Muskarin Piridostigmin Homatropin Isoproterenol Tiramin

Skopolamin
Betanekol Edrofonium metobromida Dobutamin Kokain

Metantilen
bromida

Pirenzepin
Sirkulasi Cairan Mata Normal
SIRKULASI:
Rangsang Simpatis -> Reseptor Beta 1 di Ciliary
epithelium -> sekresi cairan aqueous humor ->
cairan mengalir dari posterior chamber ke
anterior chamber -> di drainase oleh Trabecular
Meshwork-> cairan masuk ke canalis Schlemm-
> aqueous veins-> episcleral venous system
Open angle vs closed angle Glaucoma
Respon otot mata ketika diberi obat?

• Iris radial muscle = M. dilator pupillae


• Iris circular muscle = M. Sphincter pupillae atau M.
Constrictor pupillae
• Cilliary muscle=mengatur kecembungan lensa mata.
• Obat parasimpatomimetik (agonis kolinergik) : bekerja secara LANGSUNG
pada reseptor Muskarinik (M3)🡪 kontraksi Iris Circular Muscle/M. Sphincter
Pupil 🡪 MIOSIS (absolut)
• Obat parasimpatolitik (antagonis kolinergik) : bekerja dengan BLOKADE
reseptor Muskarinik (M3)🡪RELAKSASI Iris Circular Muscle/M. Sphincter
Pupil🡪 MIDRIASIS (relatif)
• Obat parasimpatomimetik 🡪 STIMULASI reseptor M3🡪 KONTRAKSI
Cilliary Muscle🡪lig. Suspensorium lentis kendor🡪 lensa lebih cembung
• Obat parasimpatolitik 🡪BLOKADE reseptor M3🡪RELAKSASI Cilliary
Muscle🡪lig. Suspensorium lentis tegang 🡪lensa lebih datar/flat
Reseptor M3 M.Cilliaris Lig.Suspensorium Lensa
Lentis

Parasimpatomimetik Stimulasi Kontraksi Kendor Cembung

Parasimpatolitik Blokade Relaksasi Tegang Datar

Reseptor M3 M. Iris Sirkularis / Efek


M. Sphincter Pupil

Parasimpatomimetik Stimulasi Kontraksi Miosis

Parasimpatolitik Blokade Relaksasi Midriasis


PARASIMPATOMIMETIK
PARASIMPATOMIMETIK
Ada dua jenis reseptor : • Mekanisme kerja obat :

1. reseptor muskarinik 1. Langsung

2. reseptor nikotinik 2. Tidak langsung


PARASIMPATOMIMETIK
Kerja Langsung
FARMAKODINAMIK
ESTERKOLIN
↑ produksi kelj. keringat Vasodilatasi pembuluh darah
↑ produksi kelj. air mata Kronotropik (-)

↑ produksi kelj. ludah Dromotropik (-)


Inotropik (-)
↑ produksi kelj. eksokrin pankreas

↑ produksi lendir
↑ motorik & sekresi usus
spasme otot polos bronkus

↓ kapasitas VU Kontraksi m. constrictor


↑ tekanan pengosongan VU pupil dan m. ciliaris →
miosis
↑ peristaltik VU
menyebabkan berkemih
Indikasi dan Kontra Indikasi ESTERKOLIN

Obat Indikasi KI ESO

Betanekol • Esofagitis • Asma • Berkeringat


refluks bronkhial • Salivasi
• Penyakit GI • Hipertiroid • Kram perut
• Retensi urin • Insufisiensi
• Ileus pasca koroner
operasi dan • Ulkus peptikum
neurogenik
FARMAKODINAMIK ALKALOID TUMBUHAN
1. PILOKARPIN
• Mekanisme kerja :

mengkontriksi pupil mata -> membuka kanalis schlemm untuk menambah aliran humor
aqueus (cairan).

• Indikasi :

Obat ini dipakai untuk mengobati glaucoma dengan menurunkan tekanan cairan (intraocular)
dalam bola mata.
Merangsang M. Constrictor Pupil & M. Ciliaris → miosis & akomodasi → iris menjauhi sudut
camera occuli anterior & anyaman trabekular di pangkal M. Ciliaris terbuka → aquaeous humor
mengalir melalui canalis schlemm → drainase
Indikasi ALKALOID TUMBUHAN

Obat Indikasi

Pilokarpin HCl/ tetes mata (miotikum),


Pilokarpin nitrat glaukoma, dan salivasi pada
sindrom sjogren
PARASIMPATOMIMETIK
Kerja Tidak Langsung
FARMAKODINAMIK ANTIKOLINESTERASE

• Mekanisme :
Menghambat kerja enzim asetilkolinesterase di ujung saraf kolinergik →
menghambat hidrolisis Ach

• Cara kerja :
- Reversibel : edrofonium, fisostigmin
- Irreversibel : senyawa organofosfat (gas perang , insektisida)
FARMAKODINAMIK ANTIKOLINESTERASE

Kronotropik (-)
Inotropic (-)
Dromotropik (-)
menurunnya curah jantung

meningkatkan daya kontaksi


otot, tremor, fibrilasi otot,
kejang-kejang
FARMAKODINAMIK ANTIKOLINESTERASE

FISOSTIGMIN

miosis membuka kanalis schelm


Daya akomodasi hilang
Hiperemis konjungtiva

tekanan intraokuler ↓ aliran aqueous humor mata > lancar


Myasthenia Gravis
Tensilon Test
● Edrofonium merupakan inhibitor AchE
short-acting yang dapat menangani
muscle weakness.
● tes edrofonium/tensilon dapat
dilakukan untuk menunjang diagnosis
MG pada dosis yang rendah (2 mg)
● Mekanismenya dapat dilakukan secara
IV kemudian ditunggu beberapa menit
dan dievaluasi / diamati berdasarkan
perbaikan dari ptosis, kelemahan otot,
dsb
EDROPHONIUM VS
PYRIDOSTIGMINE

EDROPHONIUM : DIAGNOSIS
PYRIDOSTIGMIN : GET RID THE
SYMPTOMS
INDIKASI ANTIKOLINESTERASE
Obat Indikasi
Edrofonium (short-acting) Diagnosis Myasthenia Gravis,
takiaritmia
Neostigmin (intermediate-acting) Myasthenia Gravis, ileus
postoperatif dan neurogenik, retensi
urin
Piridostigmin (intermediate-acting) Myasthenia Gravis

Fisostigmin dan DFP Glaukoma


Funduskopi
Donepezil, Rivastigmin, Galantamin Alzheimer’s Disease
FARMAKODINAMIK ANTIKOLINESTERASE

• Efek samping : mual, muntah, diare, kejang abdomen, bradikardia,


banyak berkeringat, salivasi dan sekresi bronchial.

• Hipotensi dapat terjadi pada dosis tinggi.


PARASIMPATOLITIK
FARMAKODINAMIK ANTAGONIS
MUSKARININK
ATROPIN
• Mekanisme kerja:
Blokade reversible efek asetilkolin pada reseptor muskarinik

• Efek utama:
1. Pengobatan prabedah untuk mengurangi sekresi salivasi

2. Obat antispasmodic untuk mengobati tukak peptic

3. Meningkatkan denyut jantung bila terjadi bradikardia


EFEK PADA SISTEM ORGAN
rangsang N.X bronkodilatasi
dosis 0.25-0.5 mg → bradikardia ↓ sekret hidung, mulut,
dosis > 2 mg → takikardia faring, bronkus

mengurangi tremor pada


parkinson

Antispasmodik : hambat peristaltik usus & lambung


M. Konstriktor pupil +
M. Siliaris : DIHAMBAT

Midriasis siklopegi

Fotofobia kemampuan
melihat dekat hilang
Ekstrak belladonna : obat tetes
mata
Hati hati Glaukoma !!
Parkinson Disease
Disebabkan oleh penurunan jumlah dopamine. Dopamin berfungsi
dalam menghantarkan impuls , sehingga gerakan yang dihasilkan
kurang terkoordinasi dengan baik

Gejala TRAP
T (Tremor) – Resting Tremor
R (Rigid) – Kaku
A (Akinesia/Bradikinesia) – Kemampuan gerak hilang / lambat
P (Posture) – Postural Instability ( Gangguan Kesimbangan Postural)

Obat : Triheksifenidil kombinasi dengan Levodopa


Obat-obat Parkinson
FARMAKOLOGI KLINIS ANTAGONIS
MUSKARINIK
OBAT INDIKASI

Atropin • Hambat motilitas usus & lambung


• Px Oftalmoskopi Retna
• Px Refraksi
• Infeksi mata bagian depan
Skopolamin Mabuk perjalanan

Disiklomin Irritable bowel syndrome, diare minor

Pirenzepin Tukak duodenum


EFEK SAMPING ANTAGONIS MUSKARINIK
• Agitation
• Blurred Vision
• Constipation and Confusion
• Dry Mouth
• Stasis of urine and Sweating
Keracunan Organofosfat
MUSKARINIK
• Hipersalivasi PADA SSP
• Ketegangan mental, anxiety
• Hipermotilitas saluran cerna • Tak dapat diam
• Hipersekresi kelenjar saluran nafas • Labilitas emosi
• Bronko-kontriksi • Konvulsi
• Berkeringat banyak

NIKOTINIK
Motor end plate : kekakuan otot
fasikulasi & kelumpuhan otot nafas

DISPNEU

SIANOSIS
ATROPIN : antidotum keracunan organofosfat

kerja enzim
Keracunan AchE hidrolisis penumpukan
insektisida terhambat Ach juga Ach di celah
organofosfat secara terhambat sinaps
irreversibel
SIMPATOMIMETIK
SIMPATOMIMETIK
• Mekanisme kerja pada sel-sel organ:
1. Langsung : epinefrin, norepinefrin, dopamin

2. Tidak langsung : tiramin, amfetamin, kokain, antidepresan trisiklik, monoamine oksidase


inhibitor

3. Campuran : efedrin
Farmakodinamik EPINEFRIN

• Efek utama : Stimulasi saraf adrenergic (obat inotropic)

vasokonstriksi local pada


pembuluh darah, kulit,
mukosa, ginjal

Rangsangan m. dilator pupil


→ midriasis
Indikasi SIMPATOMIMETIK
KARDIOVASKULER
Dopamin : Syok kardiogenik (↑ kontraktilitas jantung, dilatasi arteriol ginjal)
Epinefrin : henti jantung (efek vasokontriksi pada reseptor α)

SAL NAPAS
Pseudoefedrin : dekongestan nasal (venokontriksi mukosa hidung melalui reseptor α1)
Β2 agonis (salbutamol, terbutalin, dll) : asma bronkhial

RX ALERGI
Epinefrin : syok anafilaktik

MATA
Fenilefrin : midriatik efektif pada pemeriksaan retina
Apraklonidin dan brimonidin : menurunkan TIO, Glaukoma

MEMPERPANJANG ANASTESI LOKAL


Farmakodinamik EPINEFRIN

• Efek samping :

1. Dosis tinggi dapat mengakibatkan aritmia jantung, oleh karena itu perlu
dipantau dengan elektrokardiogram (EKG).

2. Vasokonstriksi ginjal, sehingga mengurangi perfusi ginjal dan keluaran urin.

3. Pemakaian dekongestan dengan epinefrin mempunyai efek aditif.

4. Penghambat beta dapat menyebabkan menurunnya kerja epinefrin.


SIMPATOLITIK
FARMAKODINAMIK SIMPATOLITIK

• Efek utama :
• menghambat efek neurotransmitter secara langsung dengan menempati reseptor
alfa atau beta
• tidak langsung dengan menghambat pelepasan neurotransmitter, NE atau E.
FARMAKODINAMIK SIMPATOLITIK
1. Adrenoseptor blocker / antagonis adrenoseptor
a. α-blocker
Reversibel : Fentolamin, prazosin
Irreversibel : fenoksibenzamin
b. β-blocker ex : propanolol, bisoprolol

2. Penghambat saraf adrenergik


- Menurunkan tekanan darah
- Obat antihipertensi kuat
- Bekerja di ujung saraf adrenergik dengan mengganggu pelepasan dan/atau penyimpanan NE
ex : reserpin, guanetidin, metirosin
α-blocker non-selektif
Derivat Contoh Obat Farmakokinetik Farmakodinamik Indikasi Efek Samping
Der. Fenoksibenzamin Absorbsi 20- Vasodilatasi Feokromositoma Hipotensi
Haloalkilamin (ireversibel) 30%, Waktu ↓ tekanan darah BPH ortostatik,
paruh <24 jam Refleks
Der. Imidazolin Fentolamin
takikardia,
aritmia, nyeri
lambung, mual,
α-blocker selektif
Derivat Contoh Obat Farmakokinetik Farmakodinamik Indikasi Efek Samping
Der. Kuinazolin Prazosin Diabsorbsi Vasodilatasi Hipertensi Fenomena
(α1-blocker Terazosin dengan baik ↓ tekanan darah Penyakit vaskular dosis pertama :
selektif) Doksazosin dalam pemberian perifer (Raynaud’s hipotensi
Alfulozin oral, waktu paruh disease) postural
Tamsulosin berbeda-beda BPH Ngantuk,
palpitasi,

α2-blocker Yohimbine Meningkatkan pelepasan NE, sehingga tekanan darah ↑


selektif
β-blocker
Jenis obat Contoh Obat Farmakokinetik Farmakodinamik Indikasi Efek Samping
β-blocker non Propanolol Absorbsi, Memblok reseptor Angina pektoris Gagal jantung
selektif Nadolol bioavalabilitas, β1 dan β2 Aritmia Bradiaritmia
Timolol eliminasi ↓ denyut jantung Hipertensi BronkospasmeG
Pindolol dipengaruhi jenis dan tekanan Infark miokard angguan
β-blocker (mudah darah Tirotoksikosis sirkulasi perifer
larut dalam Bronkonstriksi Glaukoma
lemak, larut
dalam air,
β1-blocker Atenolol diantara Memblok reseptor
selektif Asebutolol keduanya) β1 > β2
(kardioselektif) Bisoprolol ↓ denyut jantung
Esmolol dan tekanan
Metoprolol darah
Lebih aman pada
pasien asma
Feokromositoma
• Tumor kelenjar adrenal (anak ginjal)
• Melepaskan sejumlah besar NE ke sirkulasi 🡪
hipertensi yang episodic dan berat
• Tatalaksana utama : Tindakan bedah
• Fenoksibenzamin dapat diberikan pada :
– pasien yang tidak dapat dioperasi
– pasien yang dalam persiapan untuk
operasi
• Fenoksibenzamin 🡪 mengendalikan episode
hipertensi berat
Fenoksibenzamin
Syok Kardiogenik vs Henti Jantung
Syok Kardiogenik Henti Jantung

Sebab Curah jantung turun -> penurunan perfusi Biasanya hasil dari gangguan listrik di jantung
organ

Tanda – Hipotensi – Korban tidak sadar, tampak mati


klinis – Kongesti paru – Hilangnya gerakan bernafas atau megap-
– Gangguan perfusi organ vital dan megap
jaringan. – Hilangnya denyut nadi pada arteri besar

Obat TD < 70 mmHg = Norepinefrin Epinefrin (efek vasokontriksi pada reseptor α)


TD 70-110 mmHg, Tanda Syok (+) = Dopamin Amiodarone
(↑ kontraktilitas jantung, dilatasi arteriol ginjal)
TD 70-110 mmHg, Tanda Syok (-) =
Dobutamin
Diagnosis syok kardiogenik (IAPB-SHOCK II Trial)
• Tekanan darah sistolik <90 mmHg selama >30 min atau butuh vasopressors
untuk mencapai tekanan darah ≥90 mmHg
• Kongesti paru atau peningkatan LVFP (contohnya PCWP>18 mmHg)
• Penurunan indeks jantung(<1.8 L/min/m tanpa support, atau 2.0–2.2 L/min/m
dengan support)
• Tanda kegagalan perfusi organ minimal 1 dari kriteria berikut
– a) Perubahan status mental
– b) Ekstremitas dan kulit dingin, basah
– c) Oliguria dengan urine output <30 mL/jam
– d) Serum laktat >2.0 mmol/L
DAFTAR PUSTAKA
• Silverthorn, D. U., Johnson, B. R., Ober, W. C., Garrison, C. W., &
Silverthorn, A. C. (2013). Human physiology: an integrated approach.
Boston, Pearson Education.
• Katzung BG. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik ed XII. Jakarta: EGC.
PRAKTIKUM
SISTEM SYARAF OTONOM
ADISSA DINDA KHAIRUNNISA
G0018004
Tujuan Praktikum

Mengetahui efek obat pada sistem saraf


simpatis dan parasimpatis
Alat dan Bahan

Penggaris Pipet tetes Flashlight Cotton


bud/kapas

Pilocarpine Atropine sulfat


Gunting 2%
HCl 2%
Probandus
Cara Kerja
Cukur bulu mata Ukur Ø vertical dan horizontal
kelinci menggunakan pupil kelinci sebelum diberi
gunting perlakuan dengan dan tanpa
penyinaran

Ukur dan amati kanan


1. Ø horizontal pupil
2. Ø vertikal pupil
3 tetes Pilokarpin HCl 2%
3. Vasa darah
4. Refleks kornea
kiri
5. Refleks konsensual

3 tetes Atropin sulfat 2%


Tabel Pengamatan
Interpertasi Hasil
PILOKARPIN ATROPIN
Ø Horizontal pupil MIOSIS MIDRIASIS

Ø Vertikal pupil MIOSIS MIDRIASIS

Vasa darah telinga VASODILATASI VASOKONSTRIKSI

Refleks kornea
+ +
Refleks konsensual
- -
Bagaimana mekanisme terjadinya refleks kornea dan
refleks konsensual?
REFLEKS KORNEA
The corneal blink reflex is caused by a loop between the
trigeminal (V) sensory nerves and the facial motor (VII)
nerve innervation of the orbicularis oculi muscles.

Refleks kornea merupakan refleks yang diperantarai oleh


saraf kranial yg termasuk SSP
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534247/
Stimulus mengenai epitel kornea

Respon sesoris diterima oleh Nervus V


menuju batang otak (spinal trigeminal
nucleus)

Sinyal ditransmisikan ke Facial nucleus


dan bersinaps dengan Nervus Facialis
(VII)

Sinyal berjalan keluar dari tengkorak dan


mengaktivasi M. Orbicularis Oculi
melalui N. VII

M. Orbicularis Oculi berkontraksi


refleks berkedip
REFLEKS KONSENSUAL
1. Cahaya ditangkap oleh N. II pada mata (misalnya
kiri).

2. Melewati chiasma opticum, menuju colliculus


superior, lanjut ke pretectal area (kanan dan
kiri).
3. Sinyal dari pretectal area (masing2 sisi) ada
yg ke nucleus Edinger westpal kiri dan
kanan (tidak hanya ke 1 sisi)
4. Sinyal berlanjut ke jaras N.III (efektor) yang
juga ada saraf parasimpatis.
5. Pupil mata sebelah kiri (yg disinari) dan yg
kanan (tidak disinari) akan miosis
https://www.youtube.com/watch?v=RBJnclxslmQ
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537180/
Thank You! ☺

Anda mungkin juga menyukai