Anda di halaman 1dari 14

OBAT SSO

1. Neurotransmitter dan Reseptor yang terlibat pada SSO


Neurotransmitter
⟶ Senyawa kimia yang membawa pesan antar neuron.neurotransmitter yang
diekskresikan pada SSO :
A. Asetilkolin (Kolinergik)
⟶ diekskresikan oleh seluruh preganglion pada SSO, postganglion saraf
parasimpatis dan beberapa postganglion saraf simpatis (kelenjar keringat)
B. Epinefrin dan Norepinefrin (Adrenergik)
⟶ diekskresikan oleh postganglion saraf simpatis
o Simpatis
- Asetilkolin (preganglion)
- Nikotinik (postganglion)
o Parasimpatis
- Asetilkolin (preganglion dan postganglion)
Reseptor
A. Reseptor Kolinergik
Diaktifkan oleh asetilkolin
1. Muscarinic Receptor
M1 ⟶ SSP, ganglia (neuron postganglion simpatis), kelenjar ludah,
dan lambung
M2 ⟶ SSP, jantung, otot polos dan terminal saraf otonom
M3 ⟶ SSP, otot polos dan kelenjar jantung
M4 ⟶ SSP, dan sebagian otak depan
M5 ⟶ SSP, dan jaringan perifer
2. Nicotinic Receptor
Diaktifkan oleh asetilkolin
NM ⟶ Ganglia otonom, medulla adrenal, dan beberapa terminal
presinaptik kolinergik
NN ⟶ neuromuskuler rangka
B. Reseptor Adrenergik
 epinefrin merangsang reseptor α dan β
 norepinefrin lebih merangsang reseptor α
1. α1 ⟶ otot polos vascular, otot polos genitourinaria, hati, otot polos
usus, jantung
2. α2 ⟶ pankreas, trombosit, terminal saraf, otot polos vascular
3. β1 ⟶ sel juztaglomerular, jantung
4. β2 ⟶ otot polos (vascular, bronchial, gastrointestinal,
genitourinaria), otot rangka, hati
5. β3 ⟶ jaringan adiposa
C. Reseptor Dopamine.
1. D1 ⟶ otak, jaringan efektor, terutama otot polos pembuluh darah
ginjal
2. D2 ⟶ otak, jaringan efektor, presinapsis terminal saraf, terutama
otot polos
3. D3 ⟶ otak
4. D4 ⟶ otak, sistem kardiovaskular
5. D5 ⟶ otak, jaringan efektor, terutama otot polos pembuluh darah
ginjal
o Simpatis
- Preganglion kolinergik (nikotinik) pendek
- Postganglion adrenergic (norepinefrin) panjang
o Parasimpatis
- Preganglion kolinergik (nikotinik) panjang
- Postganglion kolinergic (muskarinik) pendek
2. Cholinoreceptor-activating drugs (stimulan parasimpatik), cholinoreceptor-
blocking drugs (blocker parasimpatik), dan cholinesterase-inhibiting drugs
A. Stimulan Parasimpatik (Cholinoreceptor-Activating Drugs)
⟶ Kolinomimetik
Meniru kerja saraf Parasimpatik (asetilkolin).
a. Direct ⟹ berikatan secara langsung dan mengaktifkan kolinoreseptor
⟶ Drugs
1. Esterkolin
⟶ Asetilkolin, Metakolin, Karbakol, Betanekol
2. Alkaloid
⟶ Muskarin, Nikotin, Labelin, Pilokarpin
b. Indirect ⟹ bekerja secara tidak langsung dengan menghambat
asetilkolinesterase (hidrolisis asetilkolin menjadi kolin dan asam asetat)
⟶ Obat alzheimer (Donepezil, Tacrine, Pyridostigmine, Galantamine, dan
Rivastigmine)
⟶ Cholinesterase-Inhibiting Drugs
Meningkatkan asetilkolin
- Alkohol sederhana ⟹ gugus amonium kuartener
⟶ Edrophonium,
- Carbamic acid esters ⟹ gugus amonium tersier (Karbamat)
⟶ Neostigmin, Physostigmin (eserine), Carbaryl,
- Turunan organik dari phophoric acid ⟹ organofosfat
⟶ Echothiophate, Sarin, Parathion dan Malathonin
(Insektisida)
B. Blocker Parasimpatik (Cholinoreceptor-Blocking Drugs)
Menghambat kerja Parasimpatik
a. Muscarinik Receptor Blockers
- M1 selective
⟶ Pirenzepine
- Nonselective
⟶ Atropine, Scopolamine
b. Nicotinic Receptor Blockers
- Ganglion blocking drugs
⟶ Hexamethonium, Trimethaphan
- Neuromuscular junction blocker
⟶ Tubocurarine Suksinilkolin
⟶ Atropin, Skopolamin
3. Adrenoreceptor agonist drugs (stimulan simpatik) , adrenoreceptor antagonist
drugs (blocker simpatik), dan sympathomimetic drugs
A. Stimulan Simpatik (Adrenoreceptor-Agonist Drugs) ⟶ Simpatomimetik
Meniru kerja saraf Simpatik (epinefrin atau norepinefrin), bekerja pada sel-sel
otot polos.
a. Direct ⟹ bekerja langsung pada resepttor
1. Selective ⟹ bekerja pada 1 reseptor spesifik
- α1
⟶ Fenilefrin
- α2 ⟹ kerjanya beda sendiri
⟶ Clonidine
- β1
⟶ Dobutamine
- β2
⟶ Albuterol, Salbutamol, Salmeterol, Formoterol, Terbutaline,
2. Non-selective ⟹ bekerja pada 1 atau lebih reseptor
- α1 α2
⟶ Oxymetazoline
- β1 β2
⟶ Isoproterenol
- α1 α2 β1 β2
⟶ Epinefrin
- α1 α2 β1
⟶ Norepinefrin
b. Indirect ⟹ bekerja dengan meningkatkan avabilitas norepinefrin atau
epinefrin untuk menstimulasi adrenergic receptors
1. Releasing Agent ⟹ mendorong pelepasan katekolamin
⟶ Amfetamin, Tyramine, Metamfetamin/Desoxin,
Methylphenidate/Ritalin, Modafinil/Provigil
2. Reuptake Inhibitor ⟹ menghambat neuronal reuptake
⟶ Kokain, Atomoxetine, Roboxetin, Sibutramine, Duloxatine,
Milnacipran
3. Monoamine Oksidase (MAO) Inhibitors ⟹ menghambat enzim
metabolisme norepinefrin, MAO menginaktivasi neurotransmitter
⟶ Selegiline
4. COMT Inhibitors ⟹ menghambat enzim metaboliesme
norepinefrin
⟶ Entacapone
c. Mixed-Acting ⟹ mengeluarkan norepinefrin dan juga bekerja langsung
pada reseptor
1. α1 α2 β1 β2
⟶ Efedrin, Pseudroefedrin,
d. Dopamine Agonist
1. D1
⟶ Fenoldopam,
2. D2
⟶ Bromocriptine
B. Blocker Simpatik (Adrenoreceptor-Antagonist Drugs)
Menghambat kerja saraf Simpatik
a. α Receptor Antagonists
1. Non-selective
⟶ Phenoxybenzamine, Phentolamine
2. α1-selective
⟶ Prazosin, Terazosin, Doxazosin, Alfuzosin, Tamsulosin, Indormin,
Urapidil, Bunazosin
3. α2-selective
⟶ Yohimbine
b. β Receptor Antagonists
1. Non-selective (first generation)
⟶ Nadolol, Penbutolol, Pindolol, Propanolol, Timolol, Sotalol,
Levobunolol, Metipranolol
2. β1-selective (seceond generation)
⟶ Acebutolol, Atenolol, Bisoprolol, Esmolol, Metoprolol
3. Non-selective (third generation)
⟶ Carteol, Carvedilol, Bucindolol, Labetalol
4. β1-selective (third generation)
⟶ Betaxolol, Celiprolol, Nebivolol

Blocking simpatis dan stimulating parasimpatis & blocking parasimpatis dan


stimulating simpatis ⟶ memberikan efek yang sama tetapi cara kerjanya
berbeda karena adanya perbedaan reseptor dan neurotrasmitter
GANGGUAN PADA MATA

1. Anatomi dan Fisiologi Mata


 Anatomi Mata

1. Kornea
Jaringan bening, vaskular, membentuk 1/6 bagian depan bola
mata dengan diamter mencapai 11 mm. Kornea mengandung banyak
serabut syaraf dan merupakan kelanjutan dari sklera.
Pertemuan kornea dengan sklera ⟶ limbus
Fungsi ⟶ menerima cahaya dan meneruskannya hingga berakhir di
retina
2. Sklera
Putih mata yang membentuk 5/6 dinding luar bola mata dengan
ketebalan 1 mm. Terdiri atas jaringan fibrosa (kuat dan tidak elastis).
Permukaan luar sklera ditutupi oleh jaringan vaskular longgar.
Fungsi ⟶ memberi bentuk pada bola mata, melindugi bola mata.
(jaringan fibrosa)
3. Konjungtiva
Membran mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak dan
melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai
limbus. Mengandung banyak pembuluh darah.
o Konjungtiva palpebra ⟶ melapisi kelopak
o Konjugtiva bulbi ⟶ menutupi bagian depan bola mata
4. Lensa
Bangunan lunak, bening, dan bikonveks yang dilapisi oleh
kapsul tipis yang homogen. Terletak di depan badan kaca dan di
belakang iris. Lensa dibungkus oleh suatu kapsul yang merupakan
membran bening yang menutup lensa dengan erat dan tebal pada
permukaan anterior.
Fungsi ⟶ memfokuskan cahaya supaya tepat jatih di bagian retina
5. Koroid
Membran berwarna cokelat yag melapisi permukaan dalam
sklera yang mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel pigmen
yang berwarna gelap.
Fungsi ⟶ memberi nutrisi ke retina dan badan kaca, dan mencegah
refleksi internal cahaya
6. Vitreous Humor
Gel yang mengisi ruang antara lensa mata dan retina di dalam
bola mata. Terdiri atas jaringan fbril kolagen yang diselingi dengan
berbagai molekul asam hialuronat.
7. Aqueous Humor
Cairan yang diproduksi secara terus menerus oleh kapiler
venosa dalam prosesus siliar.
Fungsi ⟶ menjaga interaokular, berperan dalam metabolisme, dan
menjaga trasnparasi optik
8. Retina
Lapisan transparan yang menutupi iris
Fungsi ⟶ memfokuskan cahaya
9. Iris dan pupil

 Fisiologi Mata
Fungsi utama mata adalah untuk memfokuskan cahaya ke fotoreseptor
mata yang terletak di bagian belakang retina. Fotoreseptor mengubah cahaya
menjadi sinyal yang akan ditransmisikan ke SSP. Fotoresptor terbagi atas 2
yaitu sel batang dan sel kerucut.
Fotoreseptor terdiri atas 3 bagian :
- Outer Segment
Berbentuk batang atau kerucut dan terdiri atas cakram membran
yang mengandung photopigment yang sensitif terhadap cahaya
- Inner Segment
Letaknya di tengah fotoreseptor dan bertanggung jawab atas
metabolisme dan fungsi sel
- Synaptic Segment
Menyimpan dan mengeluarkan neurotransmitter

Photopigment adalah protein berwarna yang terdapat di dalam sel


batang dan sel kerucut dimana photopigment akan mengalami perubahan
kimia apabila terkena cahaya. Penyerapan foton oleh photopigment
menginisiasi fotoresepsi.
Photopigment
- Opsin (protein integral plasma membran) yang mempengaruhi
panjang gelombang cahaya yang dapat ditangkap oleh retinal
- Retinal (derivat vitamin A) yang bertugas menyerap cahaya.

Colour Vision
Sel kerucut (RGB)
- Sel kerucut merah (74%)
- Sel kerucut hijau (15%)
- Sel kerucut biru (16%)
Buta warna ⟶ kekurangan salah satu tipe sel kerucut, sehingga tidak
bisa membedakan warna

Fotoreseptor

2. Proses Biokimia dalam Mata


Susunan Biokimia
- Kornea
⟶ glikolisis aerob
- Sklera
- Iris
- Badan silia
- Aqueous humor
- Vitreous humor
- Lensa
- Retina
⟶ glikolisis anaerob
Metabolime Okuler
o Glikolisis
Aerob ⟶ ATP
Anaerob ⟶ Asam laktat
o Aldosa Reductase Pathway
Berlangsung apabila kadar glukosa tinggi.
o HMP Shunt/Jalur Pentosa Fosfat
Alternatif oksidasi glukosa, dan penting dalam proses
pembentukan antioksidan mata
Jalur⟶ Glutation diproduksi oleh glukosa retina
o Jalur Polyol
Glukosa ⟶ aldose reduktase ⟶ sorbitol (radikal bebas) ⟶
sorbitol dehidrogenase ⟶ fruktosa
o TCA Cycle/Siklus Krebs
Jalur metabolisme karbohidrat, lipid, protein.
Atom C ⟶ CO2, H+ dibawa menuju rantai transpor elektron
menjadi H2O dan ATP
3. Farmakokinetika Obat yang diberikan secara Intraocular
Jenis administrasi obat okular :
a. Topical
Diteteskan langsung ke mata dan relatif aman utuk digunakan. Absorpsi
bergantung pada formula obat
b. Periocular
Digunakan untuk infeksi segmen anterior, uveitis posterior, cystoid, dan edema
makula. Absorpsi cepat dan terus menerus berdasarkan formula.
- Subconjunctival ⟶ diinjeksi di conjunctiva
- Sub-Tenon’s ⟶ diinjeksi di dekat sklera
- Retrobulbar ⟶ diinjeksikan di belakang bola mata
c. Intraocular
Memberikan konsentrasi yang tinggi pada lokasi peradangan dengan
kemungkinan paparan sistemik yang lebi rendah dibandingkan pemberian obat
secara oral atau intravena. (Co : sarilumab, tocilizumab, ustekinumab)
- Intracameral ⟶ diinjeksikan pada rongga (eye cavity)
Digunakan untuk operasi organ pada segmen anteior, serta infeksi
- Intravitreous ⟶ diinjeksikan pada vitreus
Digunakan untuk endophthalmitis, dan retinis
Farmakokinetika Obat Intraokular
a. Absorpsi
Absorpsi obat intraokular ebih cepat daripada obat yang diberikan secara
topikal maupun sistemik karena terhindar dari banyak barrier yang ada pada
administrasi topikal dan sistemik.
- Injeksi intracameral ⟶ absorpsi berlangsung cepat
- Injeksi intravitreous ⟶ tanpa adsorpsi
b. Distribusi
Dipengaruhi oleh :
- Berat molekul obat
Obat dengan berat molekul lebih rendah akan lebh mudah terdistribusi
dengan difusi di dalam cairan vitreous
- Ikatan obat dengan protein dalam vitreous
Dapat memperlambat distribusi
- Muatan obat
Obat (+) terdifusi lebih lambat karena vitrepus (-)
c. Metabolisme
Terjadi dengan biotransformasi yang melibatkan berbagai enzim yang terdapat
dalam mata.
Beberapa enzim :
- Esterase ⟶ berkaitan dengan pengembangan prodrug untuk
meningkatkan permeabilitas kornea
- Oksidoreduktase
- Lisosomal
- Peptidase
- Glukuronida
- Sulfat transferase
- Monoamin oksidase
- 11-beta-hidroksosteroid dehidrogenase
d. Eliminasi
Proses eliminasi:
1. Jalur anterior
Digunakan untukobat hidrofilik dan berukuran besar
Vitreous ⟶ 13 anterior chamber ⟶ aqueous ⟶ saluran sclemm ⟶
sirkulasi
2. Jalur posterior
Digunakan secara khusus untuk obat lipofilik dan berukuran kecil
Retina ⟶ kapiler darah di mata ⟶ sirkulasi
4. Mekanisme Obat untuk Dilatadi dan Konstriksi Pupil
a. Mekanisme Obat untuk Dilatasi (Mydriasis)
Cahaya redup ⟶ saraf simpatik ⟶ simulasi otot radial/pupilae dilator untuk
kontraksi ⟶ pelebaran ukuran pupil (dlatasi)
Obat :
- Antagonis Muskarinik
Memblokir respons kolinergk dari otot sfingter dan otot siliaris
yang mengendalikan kelengkungan lensa
- Simpatomimetik
Menstimulasi α adrenergik reseptor yang dikandung oleh otot dilator
pupil radialis
b. Mekanisme Obat untuk Konstriksi (Miosis)
Cahaya terang ⟶ saraf simpatik ocumulator (III) ⟶ stimulasi otot sirkuler
(sfingter pupilae) di iris untuk berkontraksi ⟶ penyempitan ukuran pupil (miosis)
Obat :
- Agonis kolinergik
Menstimulasi reseptor kolinergik yang ada dalam mata , lalu bekerja
pada reseptor muskarinik tipe M3 yang terdapat pada otot sfingter
iris.
5. Pengobatan untuk Glaucoma, Infeksi Mata, Inflamasi Mata dan Macular
Degeneration
 Pengobatan Glaukoma
Glaukoma adalah kerusakan saraf mata akibat tekanan intraokular yang
berlebihan dalam mata. Glaukoma sering disebut pencuri penglihatan karena
penderita tidak menyadari bahwa dirinya terjangkit.
Klasifikasi :
a. Glaukoma primer
Tidak diketahui penyebabnya
b. Glaukoma sekunder
Akibat dari penyakit lain seperti katarak dan diabetes, trauma atau
kecelakaan pada mata, penggunaan obat-obatan seperti steroid, dll.
c. Glaukoma kongenital
Ditemukan sejak lahir. Disebabkan oleh perkembangan sistem
pembuangan dalam mata yang gagal/kurang lengkap. (penyakit
keturunan)

- Open Angle Glaucoma


Glaukoma kronik yang terjadi secara perlahan dan ditemukan pada
pasien dengan umur > 50 tahun
o Masih terdapat celah antara iris dan ciliary body, tetapi
trabecular meshwork tersumbat oleh sesuatu sehingga
pengeluaran aqueous humor terhambat.
o Tekanan intraocular pada glaucoma open angle berkisar antara
20-40 mmHg
⟶ Pengobatan :
1. 𝛽-blocker
Memblokade ujung saraf simpatis pada epitel badan siliaris
2. Analog Prostaglandin
Meningkatkan arus keluar air mata
⟶ timolol maleat, levobunolol, metipranolol, carteolol (non-
selective)
⟶ betaxolol hydrochloride (selective)
3. Agonis 𝛼2
Memberikan efek neuroprotection, mengurangi produksi aqueous
humor dan meningkatkan proses pengeluaran air mata
⟶ brimonidine tartrate
4. Trabeculectomy
Pembuangan sebagian jaringan trabecular meshwork pada saluran
cairan aqueous humor agar aliran cairan mata dapat lebih lancar
- Closure Angle Glaucoma
Glaukoma akut yang disebabkan trabecular meshwork terhalang oleh
iris
o Celah antara iris dan ciliary body tertutup rapat sehingga
pengeluaran aqueous humor juga terhambat.
o Tekanan intraocular pada glaucoma lebih dari 40 mmHg.
⟶ Pengobatan :
1. Operasi iridektomi
Pengikisan iris sehigga terbentuk lubang yang menghubungkan
anterior chamber dan posterior chamber
2. Pilokarpin
Mengaktivasi reseptor kolinergik yang dapat menyebabkan
trabecular meshwork terbuka sehingga aqueous humor dapat
mengalir
 Pengobatan Infeksi Mata
- Infeksi pada permukaan mata ⟶ tetes mata topikal antimikroba
- Beberapa infeksi ocular adnexa (hordeolum dan prespital cellulitis)
⟶ secara oral dengan anti mikroba
- Operasi/ bedah ⟶ injeksi
a. Disebabkan oleh bakteri
⟶ pengobatan : anti-bakteri
1. Menginhibisi sintesis dinding sel bakteri
- Penisilin dan Chepalosporins (β-lactam ring)
- Bacitracin
- Vancomycin
2. Mempengaruhi membran sel
- Polymyxin B
- Gramicidin
3. Sintesis protein
- Aminoglycosides
- Chloramphenicol
4. Mempengaruhi biosintsis asam folat
- Sulfanamida
- Pyrimethamine dan trimethoprin
5. Mempengaruhi sintesis DNA
- Fluoroquinolones
b. Disebabkan oleh virus
- Herpes Simple dan Herpes Zoster Viral Infect
⟶ Acyclovir, Trifluridine
- CMV Infections
⟶ injeksi intravitreal foscarnet, cidofovir, ganciclovir, implan di area
vitreous
c. Disebabkan oleh jamur
⟶ obat :
- Polyenes
- Pirimidin / metabolit
- (-azole) ⟶ voriconazole, posaconazole, ketoconazole,
itraconazole, fluconazole, miconazole
- (Echinocandin) ⟶ caspofungin, micafungin, anidulafungin
d. Disebabkan oleh protozoa
 Pengobatan Inflamasi Mata
a. Conjunctivitis
Proses inflamasi konjungtiva yang bervariasi dalam tingkat keparahan dah
hiperemia ringan hingga keluarnya cairan bernanah parah
b. Keratitis
Inflmasi pada kornea mata yang dapat terjadi pada epitelium,
subepitelium, stroma, endotelium
c. Endophtalmitis
Inflamasi mata yang berpotensi parah dan melibatkan jaringan intraokular
d. Blepharitis
Kondisi peradangan umum yang biasanya menyerang kelopak mata
⟶ Dibromopropamidine
⟶ obat : anti-inflamasi (-one) co : dexametasone, NSAID
 Pengobatan Macular Degeneration
- Macular : bagian mata yang berperan sebagai bagian fungsional
pada retina. Berfungsi untuk memberikan penglahatan pusat yang
jelas dan tajam dan tempat cahaya masuk difokuskan sebelum
sinyal dilanjutkan ke otak.
- Macular degeneration : suatu kondisi medis yang dapat
mengakibatkan penglihatan kabur / tidak ada pusat bidang visual.
a. Tipe dry
Diakibatkan penumpukan lemak di sekitar retina
b. Tipe wet
Diakibatkan karena pembuluh darah baru yang berlebihan, lalu
pembuluh darah pecah di sekitar retina
Tahap :
o Lipofuscinogenesis
⟶ pembentukan (pembentukan lemak di banyak titik)
o Drusogenesis
⟶ pembentukan drusen (pembentukan lemak di satu titik)
o Inflammation
o Neovascularization (wet)
⟶ Obat : verteporfin (merusak pembuluh darah baru), pegaptinib
(menghambat VEGF, yaitu grow factor yang membentuk pembuluh darah
baru) , bevacizumab

6. Reaksi Obat yang tidak diinginkan dalam Terapi Obat Sistemik untuk Mata dan
Lensa Mata
⟶ Respon terhadap suatu obat yang berbahaya dan tidak diharapkan serta terjadi
pada dosis lazim yang dipakai manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis maupun
terapi
Faktor :
1. Polifarmasi
2. Jenis kelamin
3. Kondisi penyakit yang didertia
4. Usia
5. Ras dan poliorfisa genetika
Obat :
1. Analog prostaglandin
Obat ⟶ latanoprost, travoprost, bimatoprost, tafluprost, isopopilunoprostone
ROTD : iris menjadi coklat, perubahan warna kelopak mata, dan peningkatan
pertumbuhan/ketebalan bulu mata, penglihatan kabur, iritasi mata, gatal, dan
sakit kepala
2. Agonis α-adrenoreceptor
Obat ⟶ brimonidine dan apraclonidine
ROTD : Dermatitis kontak, mulut kering, sakit kepala, hipotensi, dan
mengantuk
3. Antagonis β-adrenoreceptor
Obat ⟶ timolol, betaxolol, carteolol, dan levobunolol
ROTD : bradikardia, hipotensi, sakit kepala, penurunan toleransi olahraga, dan
bronkopasme
4. Carbonic Anhydrase Inhibitors (CAIS)
Obat ⟶ dorzolamide dan brinzolamide (topikal)
ROTD : penglihatan kabur dan perasa berubah
Acetazolamide (oral)
ROTD : ketidakseimbangan elektrolit, asidosis metabolik, diskarsia
darah, reaksi alergi kulit yang serius, dan pembetukan batu ginjal
5. Agen parasimpatomimetik
Obat ⟶ carbachol dan pilocarpine
ROTD : berkeringat, sekresi saliva, sakit mata, penglihatan kabur, sakit perut,
dan sakit kepala
6. Agen parasimpatomimetik
Pred Forte (Prednisolone Acetate Ophtalmic Suspension)
Obat ⟶ steroid
ROTD : rasa menyengat/membakar/gatal/iritasi mata selama 1-2 menit,
penglihatan berawan sementara, sensitif terhadap cahaya, penglihatan buram,
rasa mengganjal di mata, dan reaksi alergi
7. Hidroksiklorokuin dan Klorokuin
ROTD : menyebabkan kerusakan retina sentral
8. Topiramate
ROTD : angle-closure glaucoma disebabkan oleh saluran drainase yang
tersumbat di mata, yang mengakibatkan peningkatan tekanan intraokular
secara tiba-tiba
9. Vigabatrin
ROTD : penggunaan dengan dosis yang tidak tepat dan jangka waktu yang
lama menyebabkan penurunan sensitivitas retina ⟶ keterbatasan kemampuan
penglihatan ⟶ kebutaan permanen
10. Isotretinoin
ROTD : memiliki efek pengeringan pada selaput lendir ⟶ menyebabkan
mata kering dan disfungsi kelenjar meibom
11. Tetrasiklin
ROTD : menyebabkan perubahan warna kuning pada konjugtiva mata
12. Amiodarone
ROTD : terdapat pola ulir berwarna cokelat/keabu-abuan pada kornea mata

Anda mungkin juga menyukai